Subscribe

Kamis, 15 Januari 2009

Menyimak Komplit



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa dalam kurikulum dalam sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu;
a. Keterampilan menyimak
b. Keterampilan berbicara
c. Keterampilan membaca
d. keterampilan menulis
Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan carayang beraneka ragam.keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjuynya setiap keterampilan itu berat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya
.
1.1.1 Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arahsecara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat dari hal-hal yang berikut ini;
a. ujaran biasanya dipelajari melalaui menyimak dan meniri, oleh karna itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang yang ditemuinya dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya.
c. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
d. Berbicara dengan bantuan alat-alat peragakan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang didengar serta disimaknya.

1.1.2 Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca mempunyai persamaan kedua-duanya bersifat menerima bedanya menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan perkataan lain menyimak menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif.penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara membaca dengan menyimak sebagai berikut ini;
a. Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi pelajaran lisan
b. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata penting sekali.
c. Kosa kata simak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
d. Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama yang diajukan oleh sang pembicara


1.1.3 Berbicara dan Membaca
Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dengan kesiapan membaca.kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancer, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna bila diperlukan dan kemampuan mengikuti serta menalusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan aneka kejadian dalam urutan yang wajar.aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam beberapa telaah penelitian, antara lain;
a. Performens atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
b. Pola-pola ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak,
c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuksuatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.andai kata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka hendaklah sang guru mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.

1.1.4 Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak kesajajaran bahkan kesamaan, antara lain;
a. Membuat catatan serta merakit bagan atau kerangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong para siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar.
b. Aneka perbedaan pun terdapat antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis.ekspresi lisan cenderung kearah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap tapi biasanya lebih kacau serta membingungkan ketimbang ekspresi tulis.sebaliknya komunikasi tukis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh lebih teratur dalam penyampaian ide-ide.
c. Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancer, biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang diperolehnyadari tangan kedua.
Demikianlah, para guru bahasa haruslah melihat instruktur atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar.menyimak dan mambaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan slat untik menerima komunikasi.
1.3 Pengajaran menyimak
Tumbuhnya perhatian pada pengajaran menyimak sabagai salah satu sarana penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan nyata dari jumlah literature.salah satu dari sekian telaah permulaan yang menunjukan betapa pentingnya menyimak adalah telaah yang dilakukan oleh Paul T.Rankin pasa tahun 1926 yang melaporkan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju kepada menyimak.intruksi dalam menyimakakan bermanfaat sebagai alat uji yang mengembangkan alat ukur yang lebih baik.dalam kenyataannya, kemajuan menyimak yang melampaui membaca pemahaman diantara para siswa sekolah dasar menjadi kurang efisien kalauketerampilan membaca meningkat.

1.4 Belajar dengan Menyimak
Mempelajari suatu bahasa dapat dilakukan denga jalan;
a. Menyimaknya
b. Menirunya
c. Mempraktekannya
Menyimak yaitu tahap pertama haruslah dihubungkan dengan makna. Walaupun seseorang mungkin saja mendengar atau menyimak suatu pola inyonasi atau suatu urutan bunyi, dan bahkan dengan mudah dapat menirunya, tetapi haruslah kita sadari benar-benar bahwa tidak akan ada belajar yang sesungguhnya terlaksana apabila semua itu tidak dihubungkan dengan sebuah kata, ide, atau tindakan yang mengandung makna baginya.maka langkah yang ditempuh asalah sebagai berikut;
1. Menentukan makna.
2. memperagakan ekspresi
3. menyuruh mengulangi
4. memberikan latihan ekstensif

1.5 Linguistik dan Guru Bahasa
Secara umum dapat dikemukakan bahwa linguistik adalah ilmuwan, pokok bahasannya adalah bahasa.secara linguistic lagi, linguistic murni;
a. Menggarap dengan tekun teori-teori bahasa, berusaha menemukan cara terbaik untuk menalaah
b. Pergi kelapangan mengumpulkan bahan, yang dikumpulkan direkam, diklasifikasikan dan diterbitkan.
c. Mensintesiskan konsep-konsep, ide-ide, hubungan-hubungan berdasarkan bahan-bahab tadi.
Disamping linguistik murni terdapat pula linguistic terapan.dalam bidang ini sang linguis terapan membawa ilmu pengetahuan linguistic untuk menyinggung serta memecahkan masalah-masalah seperti; pengajaran bahasa-bahasa, atau bagaimana cara membuatnya lebih efesien dengan berbagai upaya antara lain;
a. Merancanakan sistem-sisten m menulis bagi bahasa-bahasa yang sampai kini belum mempunyao aksara atau belum mengenal tulisan
b. Membantu para teknisi lainnya membuat mesin penerjemah atau pengalih bahasa
c. Bekerja sama dengan para psikolog, para pakar spesialis dalam membaca, dan lain-lainnya
d. Menyiapkan kamus-kamus, tata bahasa, bahan bacaan bagi khalayak ramai, bagi siswa dan guru.
Agar kita memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh terhadap pusat perhatian serta tugas sang linguis atau pakar bahasa dan sang guru bbahasa, adapun kedelapan prinsip itu, antara lain;
1. Bahasa adalah suatu sistem.suatu sistem pola-pola kompleks dan suatu struktur dasar , didalamnya terdapat ketentuan-ketentuan individual tang bekerja bersama sama dengan kesatuan-kesatuan lainnya.
2. Bahasa adalah vocal. Hanya ujaran sajalah yang mengandung segala tanda utama sesuatu bahasa.bagian-bagian kesatuan itu merupakan bunyi-bunyi yang membuat suatu perbedaan dalam makna, bunyi-bunyi tersebut kita namai fonem-fonem. Dengan perkataan lain fonem adalah kesatuan terkecil yang membedakan makna.
3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer. Ini berarti bahwa hubungan antara lambang dan makna juga bersifat arbitrer atau bersifat mana suka.
4. Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai cirri khas. Tidak ada dua bahasa yang mempunyai perangkat pola yang sama, bunyi-bunyi yang sama, kata-kata atau tata kalimat yang sama.
5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan. Penggunaan sistem itu sendiri sebenarnya berada pada tingkatan kebiasaan. Cara-cara kita mengucapkan suatu bunyi atau menyusun kata-kata menjadi kalimat kita lakukan secara otomatis, yaitu seotomatis kita berjalan.
6. Bahasa adalah sarana komunikasi. Pertama-tama bahasa itu haruslah dapat dipahami atau dimengerti oleh pemakai tetapi juga harus dipahami oleh orang lain.kalau ucapan salah dimengerti, tidak dapat dipahami, atau bentuk-bentuk menyatakan suatu makna yang lain dari yang dimaksud oleh seseorang, maka gagallah bahasa mengkomunikasikan mereka. Hal ini menuntut suatu analisa pendengar atau penyimak.
7. Bahasa berhubungan dengan budaya setempat. Bahasa berada pada para pembicara yang berada pada tempat tertentu melakukan hal-hal tertentu.
8. Bahasa itu berubah dan dinamis. Tidak ada yang tetap didunia ini, termasuk juga bahasa. Semua berubah, semua mengalir. Perubahan ini yang mencakup perubahan kosa kata, bunyi-bunyi bahasa, bentuk kata, bentuk kalimat, ejaan, dan lain-lain.bahasa itu dinamis, kalau tidak, pasti tidak dapat mengikuti kemajuan bangsa Indonesia.

Agaknya kurang lengkap bila para guru bahasa belum mengetahui, memahami, serta menguasai aneka fungsi bahasa.fungsi bahasa yang dimaksud, yaitu;
1. fungsi instrumental, melayani pengelolaan lingkungan, menyebakan aneka peristiwa terjadi.
2. fungsi regulasi bahasa adalah untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa.
3. fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, atau menggambarkan realitas yang sebenarnya seperti yang dilihat oleh seseorang
4. fungsi interaksional, bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi sosial.
5. fungsi personal bahasa memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam.
6. fungsi heuristic melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan.fungsi heuristic sering kali disampaikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menuntut jawaban.
7. fungsi imajinatif, bahasa melayani penciptaan sistem-sistwm ataupun gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif .mengisahkan cerita dongeng, membuat lelucon, ataupun menulis novel, merupakan praktek penggunaan fungsi imajinatif bahasa.
8. fungsi pragmatic, bahasa dipergunakan untuk memancing tindakan atau responsi dari orang lain.
9. fungsi matetik, pada dasarnya mempergunakan bahasa untuk belajar pada masa anak-anak.
10. fungsi idesional, muncul dari penggunaan bahasa untuk belajar lanjutan pada masa anak-anak.

















Bab II
MENYIMAK

2.1 Pengantar
Dalam bab ini secara berturut-turut dan agak terperinci akan dibicarakan bahasan dan pengertian menyimak, tahap-tahap kegiatan menyimak, aneka ragam menyimak, fungsi, tujuan, dan hakikat menyimak, proses mrnyimak, kemampuan menyimak para siswa SD, dan juga hal-hal yang perlu disimak.

2.2 Batasan dan Pengertian manyimak
Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tapi belum sampai pada taraf menyimak.menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan komunikasi ; perbedaannya terletak dalamhal jenis komunikasi, menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan sedangkan membaca berhubungan degan komunikasi tulis.dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan serta kita susun batasan sebsgai berukut ini;
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan

2.3 Tahap-tahap Menyimak
Menurut Ruth G. Strickland tahap-tahap menyimak ada sembilan, diantaranya yaitu;
1. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2. Menyimak dengan pengertian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan
3. Setengah menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati.
4. Menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpasihal-hal tang kurang penting.
5. Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-bentar apa yang disimak
6. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan
7. Menyimak dengan reaksi berkala, terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan
8. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara, dan
9. Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara

2.4 Ragam Menyimak
Dalam pembicaraan terdahulu talah dikemukakan bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makan komunikasi yang hendak disempaikan sang pembicara melalui ujaran.

2.4.1 Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan dari seorang guru.menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan kebebasan bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing.

2.4.1.1 Menyimak Sosial
Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat response-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan. Dikatakan oleh seorang rekan (Dawson [et all], 1963 : 153).

2.4.1.2 Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).

2.4.1.3 Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.

2.4.1.4 Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.

2.4.2 Menyimak Intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.

2.4.2.1 Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.



2.4.2.2 Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan sejinis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah :
1. Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
2. Mencari dan merasakan hubungan-hubungan.
3. Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
4. Memperoleh pemahaman dan pengertian.
5. Merasakan serta mengahayati ide-ide.
6. Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7. Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson, 1972 : 70; Dawson [et all], 1963 : 153).

2.4.2.3 Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakkan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson [et all], 1963 : 153).

2.4.2.4 Menyimak Eksplorasif
Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.

2.4.2.5 Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan.



2.4.2.6 Menyimak Selektif
Dengan memanfaatkan tekhnik menyimak selektif dan menyimak pasif berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai. Satu-satunya cara yang mungkin membuat kita terbiasa dengan bentuk akustik bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya secara selektif.

2.5 Tujuan Menyimak
Tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain :
1. Orang menyimak dengan tujuan memperoleh pengatahuan dari sang pembicara, dia menyimak untuk belajar.
2. Orang menyimak dengan penekanan pada penikmatan, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3. Orang menyimak dengan maksud mendapatkan nilai dari apa-apa yang disimaknya, dia menyimak untuk mengevaluasi.
4. Orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya, dia menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
5. Orang menyimak agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan, maupun perasaan-perasaan, dia menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.
6. Orang menyimak dengan maksud dan tujuan membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
7. Orang menyimak dengan maksud agar memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.
8. Orang menyimak dengan tujuan meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah.

2.6 Proses Menyimak
Ada tahap-tahap dalam proses menyimak, antara lain ;
a) Tahap mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan sang pembicara.
b) Tahap Memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti dan memahami dengan baik.
c) Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, cermat, dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami; dia ingin menfasirkan atau menginterpretasikan isi.
d) Tahap Mengevaluasi; setelah memahami dan menafsirkan isi pembicaraan, sang penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara.
e) Tahap Menaggapi; Merupakan tahap terkahir dalam kegiatan menyimak; sang penyimak menyambut, mencamjan, menyerap serta menerima gagasan atau yang ide yang dikemukakan oleh sang pembicara (Logan [et all], 1972 : 39; Loban ]et all],1969 : 243).

2.7 Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
a) Anak-anak mampu menyimak dengan baik, apabila suatu cerita dibacakan dengan nyaring.
b) Anak-anak mampu menyimak dengan baik, bila seorang pembicara menceritakan suatu pengalaman sejati.
c) Anak-anak dapat menyimak bunyi-bunyi dan nada-nada yang berbeda.
d) Anak-anak dapat menyimak serta menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas.
e) Anak-anak mampu menyimak persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam ujaran.
f) Anak-anak mampu menyimak ritme-ritme dan rima-rima dalam suatu pembacaan puisi atau drama.
g) Anak-anak mampu menyimak ide-ide yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan (Anderson, 1972 : 20).

2.8 Hal-hal yang perlu disimak
a) Bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingtif.
b) Urutan-urutan bunyi.
c) Kata-kata tugas.
d) Infleksi.
e) Perubahan bunyi dalam derivasi.
f) Pengelompokkan struktural.
g) Petunjuk urutan kata.
h) Makna kata-kata.
i) Kata-kata salam, sapaan, dll.
j) Makna budayawi (cultural meaning).

























Bab III
SUASANA MENYIMAK

3.1 Suasana Defensif
Suasana-suasana defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat, antara lain pesan-pesan bersifat :
(i) Evaluatif. Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksama yang telah mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara sadar memancing penilaian khusus.
(ii) Mengawasi. Pesan-pesan disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya ujaran itu.
(iii) Strategis. Para penyimak akan siap memasang siasat atau pertahanan yang strategis.
(iv) Netral. Pesan yang disampaikan pembicara, merangsang penyimak untuk berpikir secara netral.
(v) Superior. Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain.
(vi) Pasti dan Tentu. Pembicara mengemukakan sesuatu yang pasti, yang sudah tertentu.

3.2 Suasana Suportif
Keenam butir perang sang atau pemancing komunikasi suportif adalah sebagai berikut.
(i) Deskripsi. Apabila sang pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deskripsi yang lebih banyak.
(ii) Orientasi permasalahan. Ujaran atau pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahan dapat menjadi suasana menyimak suportif.
(iii) Spontanitas. Pembicara dapat memanfaatka ‘spontanitas’ dalam ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para menyimak lebih mudah mencerna isi pesan.
(iv) Empati. Ketegasan merupakan unsure pentingyang harus dimanfaatkan pembicara dalam menyampaikan pesan.
(v) Ekualitas. Unsur lain dalam ujaran yang dapat menjelmakan suasana suportif adalah ekualitas atau persamaan (hak).
(vi) Provisionalisme. Ketepatan, ketentuan, walaupun bersifat sementara merupakan salah satu unsure pembentuk suasan suportif.

3.3 Saran Praktis Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Beberapa saran yang praktis untuk meningkatkan keterampilan menyimak berikut di bawah ini.
(i) Bersikap secara positif
Kita harus beranggapan bahwa pembicara adalah orang penting dan menarik, orang yang akan menyajikan gagasasn-gagasan yang berguna dan menyenangkan bagi kita.
(ii) Bertinklah responsive
Pembicara mungkin menginginkan kita sebagai wadah, tempat, sasaran yang akan diberi informasi, yang akan diyakinkan, atau yang akan dihibur.
(iii) Cegahlah gangguan-gangguan
Agar dapat menyimak dengan baik kita harus mencegah aneka gangguan atau kendala yang mungkin timbul.
(iv) Simak dan tanggaplah maksud pembicara
Pembicara mengutarakan atau menyampaiakan maksud dan tujuan penampilannya. Simaklah baik-baik burtir-butir berharga itu.
(v) Carilah tanda-tanda apa yang akan datang
Memberikan penekanan dalam berbicara membantu penyimak agar dapat mengikuti apa yang ditampilkan oleh pembicara.
(vi) Carilah rangkuman pembicaraan terdahulu
Dengan rangkuman-rangkuman singkat untuk lebih myakinkan penyimak telah menangkap butir-butir penting.
(vii) Nilailah bahan-bahanm penunjang
Simaklah baik-baik penjelasan yang disampaikan pembicara.
(viii) Carilah petunjuk-petunjuk verbal
Bersiap siaga terhadap tanda-tanda yang nonverbal membantu anda memahami bagaimana gagasan itu “terasa” bagi sang pembicara.

3.4 Upaya Menyimak Tepat Guna
Berikut upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadi yang lebih tepat guna.
(i) Kembangkanlah suatu kemauan atau kesudian menyimak
Tanpa kemauan tidak ada pekerjaan yang akan beres apalagi mendatangkan hasil yang memuaskan.
(ii) Menyimaklah lebih lama
Bila ada orang memberi ceramah, sebaiknya kita menengarkan dari awal sampai akhir dengan suatu keikhlasan, sebab dari dalamnya dapat kita temukan beberapa ide yang berharga.
(iii) Menyimaklah lebih sering
Keberhasilan orang menyimak, selain ditentukan oleh lamanya, juga ditentukan oleh kekerapannya, keseringannya.
(iv) Menyimaklah dengan penuh respek
Adanya kesediaan dan kesudian untuk menyimak, berarti adanya keyakinan bahwa pembicara mempunyai kelebihan topic itu.
(v) Menyimak dengn umpan balik
Dalam kegiatan menyimak sadar atau tidak, sebenarnya kita ingin membandingkan pengetahuan sang pembicara dengan pembicara lainnya, bahkan dengan pengetahuan kita sendiri.
(vi) Menyimaklah tanpa penilaian atau keputusan yang premature
Adakalanya sebelum berlangsungnya kegiatan menyimak, seseorang telah terlebih dahulu menilai atau membuat keputusan terhadap pembicara besertga materi yang akan dikemukakannya.
(vii) Menyimaklah dengan tenang dan tenggang hati
Kegelisahan dan prasangka dalam kegiatan memang tidak baik. Begitu pula dengan menyimak.
(viii) Menyimaklah secara analisis
Pada saat menyimak perlu pula kita menganalisis butir-butir tertentu dari materi ujaran sang penyimak itu.
(ix) Menyimaklah tanpa keadaan membela diri
Membela diri untuk mempertahankan kebenaran, barulah terpuji.
(x) Menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim
Manusia tidak bisa bebas dari prasangka dan sifat meniru-niru. Tetapi prasangka dan sterotip ini bisa kita kurangu, kita tekan sehingga menjadi minim.
(xi) Simaklah tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen
Gaya, gerak-gerik, mimic, ekspresi wajah sang pembicara pada saat penampilannya dapat pula membantu penyimak memahami butir-butir ujarannya.

3.5 Aneka Kendala Menyimak Efektif
Berikut ini berbagai kondisi internal yang justru dapat menghalangi kita menjadi penyimak yang efektif.
(i) Keegosentrisan. Sifat mementingkan diri sendiri, mungkin saja merupakan cara hidup bagi sementara orang dalam konsdisi temporer saja.
(ii) Keengganan ikut terlibat. Keengganan menanggung risiko jelad menghalangi kegiatan menyimak. Keterlibatan diri adalah salah satu di antaranya.
(iii) Ketakutan akan perubahan. Kalau kita benar-benar menyimak kepada seseorang, maka pada dasarnya kita ingin mempelajari seuatu.
(iv) Keinginan menghindari pertanyaan. Tidak ada alasan bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab pertanyaan orang lain.
(v) Puas terhadap penampilan eksternal. Penyimak yang baik adalah yang dapat melihat yang tersirat dibalik yang terucap.
(vi) Pertimbangan yang premature. Merupakan cirri jelas bahwa orang tersebut tidak ingin menyimak ujarang sang pembicara.
(vii) Kebingungan semantic. Semantik adalah ilmu yang menelaah perbedaan konotasi dan denotasi kata-kata; ilmu yang menelaah makna kata-kata.
3.6 Perilaku Menyimak
Berikut ini dua tipe perilaku dalam kegiatan menyimak.
3.6.1 Menyimak Faktual
Penguasaan yang mantap terhadap tekhnik-tekhnik menyimak factual ini justru memudahkan sang penyimak untuk menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasi yang disampaikan sang pembicara.

3.6.2 Menyimak Empatik
Menyimak empatik menolong kita untuk memahami sikap psokologis dan emosional sang pembicara dan bagaimana sikap tersebut mempengaruhi ujarannya. Menyimak empatik ini dapat disebut menyimak aktif atau menyimak pemahaman. Setiap pesan berisi dua bagian, yaitu isi, dan perasaan atau sikap pembicara terhadap isi tersebut.

3.7 Meningkatkan Perilaku Menyimak
Dibawah ini kita kemukakan beberapa langkah khusus untuk meningkatkan keterampilan menyimak.
(i) Menerima keanehan sang pembicara. Setiap orang mempunyai cirri khas, keanehan sendiri.
(ii) Memperbaiki sikap. Suatu peringatan pada diri kita sendiri, peringatan yang bersifat internal.
(iii) Memperbaiki lingkungan. Pilihlah tempat yang memungkinkan anda dapat menyimak lebih baik.
(iv) Jangan dulu memberikan pertimbangan. Ada baiknya kita melatih diri untuk menahan jangn dulu memperlihatkan tindakan-tindakan yang mengganggu kegiatan menyimak.
(v) Meningkatkan pembuatan catatan. Mencoba membuat celaan yang terlalu terperincidan bertele-tele dapat menggangggu proses menyimak.
(vi) Menyaring tujuan-tujuan menyimak yang spesifik. Menetukan tujuan khusus dalam menyimak.
(vii) Memanfaatkan waktu secara bijaksana. Perlu merencanakan penggunaan waktu secara diferensial.
(viii) Menyimak secara rasional. Perlu merem atau mengurangi diri sendiri untuk bereaksi secara emosional.
(ix) Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit. Penyimak yang baik menerima dengan senang hati segala tantangan dari bahan-bahan yang sulit yang diutarakan pembicara.


























Bab IV
FAKTOR PEMENGARUH MENYIMAK

4.1 Faktor Fisik
Kondisi fisik seseorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menetukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Lingkungan fisik juga mungkin sekali turut bertanggung jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang.

4.2 Faktor Psikologis
Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah:
a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
b. Keegosentrisan dan kewajiban terhadap minat-minat pribadi serta masalah-masalah pribadi.
c. Kepicikan kurang luas pandangan
d. Kebosanan atau tidak ada perhatian pada subjek
e. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, subjek.

4.3 Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan pengalaman kita sendiri. Faktor pengalaman mempengaruhi dalam menyimak seperti penguasaan kosa kata.

4.4 Faktor Sikap
Faktor sikap terdiiri dari 2 yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang yang bersikap menerima akan menerima hal-hal yang menraik saja. Sedangkan orang yang bersikap menolak akan menolak hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan.

4.5 Faktor Motivasi
Kalau motivasi kuat maka untuk mengerjakan sesuatu yang diharapkan akan berhasil. Motivasi ini erat juga berkaitan dengan pribadi seseorang.

4.6 Faktor Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.

4.7 Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik yaitu agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Lingkungan Sosial yaitu agar siswa dapat mengekpresikan ide-ide mereka.

4.8 Faktor Peranan dalam Masyarakat
Peranan dalam masyarakat yaitu sangat penting dalam menyampaikan informasi kita harus mendengarkan ceramah/pidato yang disampaikan.

4.9 Kebiasaan Jelek dalam Menyimak
1. Menyimak Lompat Tiga
Yang dimaksud menyimak lompat tiga adalah perhatian penyimak melompat-lompat karena kecepatan berfikr menyimak + 400 kata permenit sedangkan kecepatan berbicara hanya + 200 kata permenit.
2. Menyimak daku dapat fakta
Menyimak daku dapat fakta maksudnya penyimak berusaha menangkap satu dua fakta, dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak tidak dapat bernalar dengan baik.
3. Menyimak Ketulian emosional
Penilaian yang seksama bias any akan mencerminkan bahwa sebenarnya kata-kata tersebut tidak akan mengganggu sama sekali.
4. Menyimak superintensif
Selalu menyimak baik-baik ujaran pembicara. Kalau dia telah selesai berbicara, barulah merencanakan pertanyaan-pertanyaan.
5. Menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit
Simaklah baik-baik diskusi mengenai subjek yang menuntut upaya untuk memahami.
6. Penolakan secara gegabah terhadap sesuatu subjek sebagian yang tidak menarik perhatian
Unutk memperbaiki kebiasaan menyimak yang jelek ini, disarankan pada penyimak untuk mengadakan ancangan atau pendekatan egois.
7. Mengkritik cara berpidato dan penampilan fisik seseorang pembicara
8. Perhatian pura-pura
9. Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan.

4.10 Mengapa Orang Tidak Menyimak
Ada beberapa sebab yang dapat membuat orang tidak menyimak, antara lain :
(i) Orang berada dalam keadaan capek.
(ii) Orang berada dalam keadaan tergesa-gesa.
(iii) Orang berada dalamkeadaan bingung, pikirang sedang kacau.
(iv) Orang dapat dibingungkan oleh faktor-faktor lain.

4.11 Perilaku Jelek dalam Menyimak
Secara garis besar perilaku-perilaku yang termasuk jelek atau tidak baik dalam praktek menyimak, adalah sebagai berikut ini :
a) Tidak mau menerima keanehan sang pembicara.
b) Tidak mau memperbaiki sikap.
c) Tidak mau memperbaiki lingkungan.
d) Tidak dapat menahan diri.
e) Tidak mau meningkatkan pembuatan catatan.
f) Tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus.
g) Tidak memanfaatkan waktu secara tepat guna.
h) Tidak dapat menyimak secara rasional.
i) Tidak mau berlatih menyimak hal-hal yang rumit.


4.12 Kesalahpahaman
Di antara sekian banyak kesalahpahaman yang berkaitan dengan perilaku menyimak adalah seperti berikut ini :
a) Anggapan bahwa semua perilaku menyimak itu sama saja. Pendapat seperti ini jelas tidak benar.
b) Anggapan bahwa “mendengar” dan “menyimak” sama saja.
c) Anggapan bahwa menyimak tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan. Sejumlah program komersil yang terdapat pada wilayah pengembangan menyimak menyatakan bahwa para pengembleng usaha bisnis itu merasakan sebaliknya.
d) Anggapan bahwa hanya sedikit waktu yan g diperlukan buat menyimak.

4.13 Aneka Permasalahan Menyimak
a) Memperasangkai pembicara
b) Berpura-pura menaruh perhatian
c) Kebingungan
d) Pertimbangan yang premature
e) Salah membuat catatan
f) Hanya menyimak fakta-fakta
g) Melamun
h) Bereaksi secara emosional










Bab V
ANEKA SITUASI PELIBAT MENYIMAK

5.1 Menyimak dalam Kehidupan dan Kurikulum
Pada tahun 1929, Paul T. Rankin dari Detroit Public School, menyelesaikan sebuah survey mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan berbahasa. Beliau menelaah komunikasi- komunikasi pribadi 68 orang dari berbagai pekerjaan untuk menentukan presentasi waktu yang mereka pergunakan untuk berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Paul T. Rankin menemui bahwa mereka ini mempergunakan waktu berkomunikasi mereka sebagai berikut :
Menulis 9%
Membaca 16%
Berbicara 30%
Menyimak 45%

5.2 Petunjuk, Keterangan, Pengumuman
Berhasil atau tidaknya, dipahami atau tidaknya petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, serta pengumuman-pengumuman yang disampaikan, sangat tergantung dari taraf penyimakan para penyimak, tergantung dari perhatian yang mereka berikan.

5.3 Percakapan dan Diskusi
Percakapan atau konversi merupakan aktivitas yang paling umum di antara tipe-tipe komunikasi lisan dan oleh karena itu jelas menuntut banyak kegiatan menyimak.

5.4 Laporan
Laporan-laporan memang diperlukan bila kelompok-kelompok kecil ikut serta bekerja dalam panitia yang hubungannya dengan suatu kegiatan kelas; bila seorang individu mengamati atau membaca untuk mempelajari jawaban bagi suatu pertanyaan yang timbul dalam suatu kegiatan belajar, atau bila dia mengadakan suatu percobaan.


5.5 Radio, Televisi, Rekaman, Telepon
Kehidupan modern menuntut kegiatan menyimak yang lebih meningkat. Pada masa kini kebanyakan rumah tangga memiliki satu atau lebih jenis-jenis perlengkapan radio, televisi, rekaman, dan telepon.

5.6 Aneka Alasan Menyimak
(i) Karena ingin mempelajari sesuatu dari bahan simakan.
(ii) Karena ingin memikat hati orang lain.
(iii) Karena ingin menjadi orang yang sopan santun.
(iv) Karena ingin mencari keuntungan uang.
(v) Karena ingin memperoleh manfaat dari bahan simakan.
(vi) Karena ingin menghilangakan rasa bosan.
(vii) Karena ingin memperbandingkan beberapa pendapat.
(viii) Karena ingin memperluas pandangan dan pengertian.
(ix) Karena ingin memenuhi rasa ingin tahu.
(x) Karena ingin disenangi orang lain.















BAB VI
MENINGKATKAN DAYA SIMAK

6.1 Aneka Pengalaman Audio Pemertinggi Kemampuan Menyimak
Tidak dapat disangkali lagi bahwa pengalaman-pengalaman audio pun dapat meningkatkan daya simak seseorang. Di antara pengalaman-pengalaman serta kegiatan-kegiatan yang akan turut mempertinggi daya simak para siswa adalah:
A. Menyimak pada guru apabila dia:
a) Memperkenalkan bunyi-bunyi.
b) Memberikan petunjuk-petunjuk.
c) Memberikan kalimat-kalimat.
d) Memberikan isyarat-isyarat.
e) Menceritakan suatu kisah.
f) Meminta mereka turut serta dalam kegiatan-kegiatan praktis tertentu.
B. Menyimak pada para siswa lainnya memberi petunjuk-petunjuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan.
C. Turut serta mengambil bagian.
D. Menyimak pada para pembicara.
E. Menyimak pada film-film bicara beberapa kali.
F. Turut berpartisipasi dalam kelompok-kelompok diskusi.
G. Pergi menonton dalam permainan-permainan bahasa.

6.2 Aneka Kegiatan Peningkat daya simak
Pembicaraan kita disini hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan peningkatan daya menyimak konversasif, apresiasif, eksplorasif, dan konsentratif saja. Berikut ini akan dijelaskan secara terperinci.
1. Menyimak Konversasif
Demi perbaikan, peningkatkan, serta kemajuan bagi kegiatan menyimak maka prosedur-prosedur berikut ini dapat kita manfaatkan:
a. menyiagakan, menyuruh anak bersiap-siap
b. mengadakan norma-norma atau standar-standar bagi menyimak yang sopan santun
c. membuat rekaman percakapan serta menerapkan norma-norma yang ditetapkan itu.
d. Membuat suatu daftar norma-norma
e. Mengevaluasi percakapan percakapan
f. Mendorong para siswa untuk mengevaluasi diri sendiri
g. Memberi kesempatan untuk mengadakan evaluasi
2. Menyimak Apresiatif
Dalam kegiatan menyimak apresiasif ini haruslah kita perhatikan dua aspek yang berbeda yaitu:
a. Keresponsifan
b. pengembangan serta pengolahan cita rasa
3. Menyimak Eksplorasif
Peningkatan serta kemajuan dalam menyimak eksplorasif atau menyimak penjelajahan ini dapat timbul dari kegiatan-kegiatan:
a. memperluas dan mendalami makna-makna kata
b. mengadakan suatu eksperimen sederhana melaksanakan beberapa usaha dalam keahlian dan konstruksi
c. menulis petunjuk-petunjuk
d. menyimak informasi baru mengenai suatu topik
4. Menyimak Konsentratif
Bentuk lain menyimak konsentrarif tersebut adalah:
a. menyimak detail-detail yang akan membantu dalam proses manyimak
b. menganalisisis kuliah-kuliah tertulis
c. memperhatikan ide-ide penting dan rencana organisasi pembicara

6.3 Sikap Guru Turut Mempertinggi Daya Simak Siswa
R.G. Nicholas dan Leonard A. Stevens dalam buku mereka yang berjudul “Are You Listening?” memberikan saran-saran atau petunjuk-petunjuk berikut ini:
a) Sediakanlah waktu untuk menyimak.
b) Berilah perhatian.
c) Berikanlah reaksi lisan yang wajar.
d) Jangan mengorek fakta-fakta tambahan.
e) Jangan menilai apa yang telah dikatakan.
f) Jangan menghilangkan kepercayaan kemampuasn si pembicara.

6.4 Kualifikasi Guru Menyimak
Hal ini sangat penting karena turut menentukan masa depan mereka sebagai guru dan juga masa depan siswa; pendek kata; masa depan bangsa dan Negara kita. Tugas guru adalah tugas mulia. Dan tidak ada tugas mulia yang dapat dicapai dengan berpangku tangan.

6.5 Mengatasi Kendala Menyimak
Caranya antara lain sebagai berikut:
a. Jauhkanlah sifat egosentris dalam kegiatan menyimak, karena ini jelas mengurangi perhatian kepada pembicara
b. Jangan enggan turut berpartisipasi dan terlibat dengan orang lain dalam kegiatan diskusi yang melibatakan kita sebagai pembicara maupun sebagai penyimak
c. Jangan takut dan kuatir bahwa komunikasi lisan dapat mengubah pendapat dan pikiran kita.
d. Jangan malu-malu dalam meminta penjelasan dari pembicara mengenai hal yang belum kita pahami.
e. Jangan terlalu cepat merasa puas dengan penampilan luar sang pembicara.
f. Jangan membuat pertimbangan yang gegabahdan ceroboh terhadap makna sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara.
g. Hindarialah sedapat mungkin kebingungan-kebingungan semantic dengan cara bertanya atau mencari makna sesuatu kata didalam kamus.


6.6 Aneka Kaidah Peningkat Menyimak
a) Kembangkanlah dan tingkatkanlah keinginan untuk menyimak.
b) Bangunlah kebiasaan-kebiasaan menyimak yang baik.
c) Berikanlah perhatian yang besar dan wajar pada sang pembicara.
d) Jangan dulu memberikan penilaian terhadap pembicara.
e) Simaklah gagasan, konsep pembicara.
f) Manfaatkan dan gunakanlah kecepatan berpikir secara wajar.
g) Manfaatkanlah waktu luang dengan bijaksana.






















BAB VII
MEMILIH BAHAN SIMAKAN YANG MENARIK PERHATIAN

7.1 Duolog dan Dialog
Kita dapat menggunakan konsep Abraham Kaplan mengenai duolog sebagai lawan dari dialog. Duolog merupakan suatu situasi kelompok dua orang atau kelompok kecil dimana masing-masing memperoleh giliran berbicara tetapi tidak seorangpppun menyimaknya. Kita dapat menemui contoh-contoh duolog di sekolah, gereja, mesjid dan pemerintahan. Sementara satu orang berbicara dan yang lainnya sibuk berfikir atau merenung. Bukan mengenai apa yang dikemukakan pembicara tetapi justru mengenai apa yang akan menjadi response mereka nanti.
Sebaliknya dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang lain seperti halnya pada diri sendiri. Dialog menuntut ancangan atau pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruh perhatian kepada orang lain dan memberi response secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan. Kegunaan dialog ini sangat terasa dalam kehidupan modern, terlebih dalam bidang politik antar Negara.

7.2 Hakikat Perhatian
Perhatian adalah suatu proses penyeleksian dari berbagai ragam stimuli sebuah stimulus yang penting bagi sesorang pada saat tertentu.

7.3 Perhatian dalam Komunikasi
Kitahendaknya menyadari benar-benar bahwa komunikasi lisan yang tepat guna tergantung kepada pengirim, penerima, dan tanggapan terhadap pesan-pesan.

7.4 Faktor Pemengaruh Perhatian Menyimak
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhatian kita untuk menyimak. Kita harus memperhitungkan pengalaman, pembawaan, sikap, dan motivasi yang dapat menunjang penyimakan yang baik sebelum kita menelaah aneka metode bagi peningkatan keterampilan ini.
Faktor pengalaman sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk menyimak sesuatu. Pengalaman yang dimaksudkan dapat berasal dari pembicara maupun dari penyimak.
Faktor pembawaan seseorang pun turut berperan, apakah perhatiannya untuk menyimak sesuatu itu besar atau tidak. Ada orang yang berpembawaan baik dan ada pula orang yang berpembawaan jelek. Yang berpembwaan baik dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi, sedangkan yang berpembawaan jelek justru sebaliknya.
Faktor sikap tidak boleh kita abaikan terhadap perhatian menyimak. Sikap terbuka memang sangat dibutuhkan dalam kegiatan menyimak. Sebaliknya sikap tertutup, sikap curiga akan mengurangi minat atau perhatian seseorang untuk menyimak pembicaraan seseorang.
Faktor motivasi, dorongan atau alasan, sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk menyimak ceramah, kuliah, khotbah, atau pembicaraan yang dibawakan oleh seorang pembicara.

7.5 Mengapa Kita Menyimak?
1. Menyimak demi Kenikmatan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali bahan simakan yang dapat memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan kepada kita. Ada pakar yang mengatakan bahwa menyimak akan terasa menguntungkan bila :
a. Duduklah secara menyenangkan
b. Usahakanlah adanya suatu sikap yang reseptif
c. Gunakanlah imajinasi dan empati
d. Periksalah secara kritis reaksi-reaksi diri sendiri
2. Menyimak demi Pemahaman
Menyimak pemahaman menuntut suatu pemetikan tema atau pesan tertentu dan terarah, suatu perasaan mengenai keseluruhan strukturnya, pemahaman pengertian-pengertian istilah pengenalan atas jenis-jenis materi penunjang, suatu perasaan untuk membedakan yang lebih penting dalam pembicaraan itu, dan juga suatu penafsiran bagaimana caranya sang pembicara menyesuaikan ide, sikap, keyakinan, dan nilainya dengan/terhadap penyimak. Ada beberapa langkah-langkah pencegahan dalam menyimak pemahaman, antara lain:
a. Kenalilah ide-ide utama atau gagasan pokok sang pembicara
b. Kenalilah struktur atau susunan butir-butir pokok yang dominan
c. Periksalah secara kritis perincian-perincian yang dipakai untuk mengembangkan serta menunjang ide-ide pokok
d. Hubungkanlah ide-ide pokok pembicara dengan kepercayaan, sikap, nilai-nilai, dan perilaku Anda/perilaku diri sendiri.
3. Menyimak demi Penilaian
Dalam kegiatan menyimak evaluatif ini, kita selaku penyimak harus mampu memberikan penilaian, pendapat, keputusan, dan komentar yang kritis terhadap materi pembicaraan.

7.6 Bahan Simakan Yang Menarik Perhatian
a. tema harus up-to-date
b. tema terarah dan sederhana
c. tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman
d. tema bersifat sugestif dan evaluatif
e. tema bersifat motifatif
f. pembicaraan harus dapat menghibur
g. bahasa sederhana mudah dimengerti
h. komunikasi dua arah










DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.



Read More...

Manajemen Sistem Informasi Siemens



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULAN
Siemens merupakan kelompok besar di dunia elektronik dan elektrikal, operasi di industri, sektor energi dan kesehatan. Perusahaan tersebut telah memiliki sekitar 400.000 karyawan (dalam operasi) untuk bekerja dan mengembangkan produk, desain dan memasang sistem kompleks dan proyek-proyek, dan menyesuaikan berbagai solusi untuk setiap persyaratan. Untuk lebih dari 160 tahun, Siemens telah berdiri untuk pencapaian teknis, inovasi, kualitas, kehandalan dan secara internasional. Pada tahun fiskal 2007, pendapatan dari Siemens telah € 72,4 miliar dan pendapatan dari operasi yang € 3,9 miliar (IFRS).
Di Indonesia, Siemens telah aktif untuk hampir 100 tahun dan memegang posisi terkemuka di tiga bidang aplikasi: Energi dan Lingkungan Perawatan / Otomasi dan Kontrol, Industri dan Infrastruktur Umum / Kesehatan. Siemens telah menyumbang sekitar satu-keenam dari kapasitas terpasang daya di Indonesia dengan menyediakan lengkap berbagai peralatan listrik. Siemens di Indonesia adalah operasi dengan total 4 perusahaan manufaktur dan fasilitas 4.
Fasilitas produksi PT. Siemens Indonesia di Pulo Mas (Jakarta) dan Cilegon (Banten), Siemens telah menjadi 'internasional dari pusat untuk switchgear panel kompetensi dan daya tanaman komponen tertentu, mengekspor sekitar 80% dari mereka output.
Pada tahun fiskal 2007 (1 Oktober 2006 - 30 September, 2007), penjualan untuk pelanggan di Indonesia jumlahnya mencapai € 115 juta. Pesanan baru totaled € 132 juta. Siemens saat ini memiliki sekitar 2.800 karyawan di Indonesia.



BAB II
ISI
A. Sejarah Siemens
Dari kecil lokakarya di Berlin untuk sebuah perusahaan global - sangat sedikit perusahaan dapat melihat kembali pada sebuah sejarah panjang dan sukses sebagai Siemens dapat. Sejarah kami Siemens situs Web yang membawa Anda melalui perjalanan waktu dari awal perusahaan pada tahun 1847 hingga saat ini.

1855 - 1988 Dari lokakarya global untuk pemutar



Navigasi dengan mengklik pada periode yang diperlukan

1855


Disertakan pertama pointer telegram ke Indonesia.



1909




Siemens kantor pertama dibuka di Surabaya, Jawa Timur.

1921


Kantor cabang lain didirikan di Bandung dan Batavia.



1957




SSW dan S & HG mentransfer badan mereka untuk Republik Indonesia untuk Technik Umum NV Jakarta dengan perjanjian kontrak.

1968 1.968


Siemens Indonesia Kantor akan diubah menjadi Perusahaan Daerah.



1973 1.973




Siemens Indonesia Kantor akan diubah menjadi Perusahaan Daerah.

1988 1.988


Pusat Pelatihan kejuruan didirikan untuk melatih dan mendidik yang sesuai dipungut biaya apapun untuk menjadi teknisi








1993 - 2006 yang Globalisasi Usia



Navigasi dengan mengklik pada periode yang diperlukan

1993


PT Siemens Indonesia membangun kedua fasilitas manufaktur di Cilegon untuk manufaktur Tinggi Precision Komponen mekanis.



1995




Perkebunan PT Indo VDO Instrumen menyediakan sistem otomotif.

1997


Establisment PT Jawa Power - pemilik Paiton II Power Plant di Jawa Timur. Siemens "150 Tahun Hari Peringatan" dan "142 Tahun di Indonesia". Perkebunan PT Siemens Bulding teknologi.



1998




Perkebunan PT Osram Indonesia menyediakan sistem lampu. Perkebunan PT Siemens acamalt menyediakan sistem keamanan bangunan.

2000


PT Siemens Pendengaran Instrumen pulau di Batam dengan dimulainya operasi.



2008 2.008




Siemens aktif dengan 4 perusahaan yang beroperasi dengan fasilitas manufaktur 4.








B. Manajemen Siemens






Dewan Direksi
Hans-Peter Haesslein
Wolfgang Hofmann, Markus-Erich Strohmeier, Andreas Herrmann



Energi


PTD (Power Transmission and Distribution)/(Power Penularan dan Distribusi)
Markus-Erich Strohmeier


PG (Power Generation)/(Listrik)
Jochen Overberg





Industri


A&C (Automation & Control)/(Otomasi & Control) Andreas Herrmann


SBT (Siemens Building Technologies)/(Siemens Building Technologies)
Iwan Koerniawan


TS (Transportation Systems)/(Sistem Transportasi)
Markus-Erich Strohmeier





Kesehatan


Med (Medical)/(Kedokteran)
Stefanus Widananta



























C. Siemens di Indonesia
Siemens telah aktif untuk hampir 100 tahun di Indonesia, di mana ia memegang posisi terkemuka di tiga bidang aplikasi: Energi dan Lingkungan Perawatan / Otomasi dan Kontrol, Industri dan Infrastruktur Umum / Kesehatan. Siemens telah menyumbang sekitar satu-keenam dari kapasitas terpasang daya di Indonesia dengan menyediakan lengkap berbagai peralatan listrik. Siemens di Indonesia adalah operasi dengan total 5 perusahaan manufaktur dan 5 fasilitas. Pada tahun fiskal 2007 (1 Oktober 2006 - 30 September, 2007), penjualan untuk pelanggan di Indonesia jumlahnya mencapai USD 115 juta. Pesanan baru totaled USD 132 juta. Siemens saat ini memiliki sekitar 2.800 karyawan di Indonesia.
Pada tahun fiskal 2007, Siemens di Indonesia dinilai utama keberhasilan dalam bidang aplikasi berikut:
Energi dan perawatan lingkungan hidup
• Siemens' Listrik Group (PG) menerima pesanan dari PT. Energi Sengkang, independen daya produsen di provinsi Sulawesi Selatan, untuk dua turbin gas 60MW kapasitas. Selain itu, Siemens juga menerima pesanan untuk pertama bermotor kompresor untuk terminal LNG oleh Energi Dunia Corporation di Sengkang.
• PT. Siemens' Power Penularan dan Distribusi Group (PTD) juga disertakan nasional utilitas. PLN (Persero) di provinsi Jawa Timur dengan 500 MVA, 500 KV transformator unit dan telah berhasil mengeluarkan sebuah skala besar SCADA memberikan solusi dari negara-seni-teknologi dan nilai optimal.
Pada sektor lampu, OSRAM Indonesia pasokan pemerintah kota Jakarta 50000 dengan hemat energi lampu jalan setiap tahun. Sekitar 50 persen dari semua mobil baru dijual di Indonesia menggunakan headlamps dari OSRAM.



Kesehatan
Siemens' Kedokteran Solutions Group (Med) menandatangani kontrak untuk mensuplai Departemen Kesehatan dengan Somatom emosi 6 Computed Tomography scanner terbaru dengan multi-slice teknologi dan kebenaran Luminos TF yang ekspose sistem fluoroscopy pasien untuk radiasi dan juga kurang optimal kerja. Siemens juga disertakan dalam Sahid Sahirman Memorial Rumah Sakit di Jakarta dengan semua yang diperlukan deteksi dan peralatan diagnostik imaging.
Otomasi dan Kontrol, Industri dan Umum Infrastruktur
• Yang Otomasi dan Kelompok Drives (A & D) telah dianugerahkan kontrak oleh Holcim Indonesia untuk meningkatkan bahan baku mill dengan kipas MV drive dan motor.
• Industri yang Solutions dan Services Group (I & S) menerima pesanan dari PT. Cemex Indonesia untuk instalasi listrik dan peralatan yang dibutuhkan untuk membangun kembali dari Cilegon fasilitas di Provinsi Banten.
• Bangunan yang Siemens Technologies Group (SBT) menerima pesanan dari PT. (Persero) Angkasa Pura II untuk memasang api SINTESO sistem alarm di Bandara Soekarno-Hatta Bandar Udara Internasional di Jakarta.
• Kelompok yang Sistem Transportasi (TS) dilaksanakan proyek-proyek besar di bidang cabang elektrifikasi dan menerima pesanan tambahan untuk elektrifikasi baru rel ganda garis besar di kawasan Jakarta. Siemens juga disertakan konvensional as counter dan jalur mesin teknologi untuk Industri Kereta Api Indonesia.
Sejarah Siemens di Indonesia tanggal kembali ke 1855. Delapan tahun setelah Siemens didirikan di Jerman, perusahaan pertama produk tiba di Batavia: 10 pointer mesin telegram disampaikan ke Nasional Telegraph Kantor Pemerintah Kolonial Belanda. Siemens established its first Representative Office in Surabaya, East Java, in 1909. Siemens pertama yang didirikan Kantor Perwakilan di Surabaya, Jawa Timur, pada 1909.

Saat ini, Siemens telah yang kuat dan sangat dihormati grup perusahaan di Indonesia. Perusahaan tempat-tempat yang tinggi pada nilai good corporate kewarganegaraan. Siemens benar-benar berkomitmen untuk sebuah strategi bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan kontribusi untuk kesejahteraan setiap orang, yang ia bertindak dan masyarakat dunia pada umumnya. Karena pendidikan adalah di crucially penting untuk kesehatan masyarakat, perusahaan berinvestasi secara menyeluruh di masyarakat, meningkatkan kemampuan mereka untuk memastikan bahwa Indonesia akan terus mempertahankan posisi yang kuat di Asia dinamis, ekonomi berbasis pengetahuan. Sejak pertama kali berdiri pada tahun 1977, Pusat Pelatihan Kejuruan di PT. Siemens Indonesia telah berhasil lulus 700 teknisi terampil di bidang Industri Electric, Mechanic Industri, Mekatronika, dan Telekomunikasi.
Dalam bidang tanggung jawab sosial, Siemens dialokasikan sekitar USD 1 juta di Siemens peralatan medis dan lain item sumbangan untuk membantu korban tsunami di Aceh dan korban gempa bumi di Pulau Nias dan di Jogjakarta. Kami juga membantu untuk membangun kembali sebuah sekolah kejuruan di Aceh dan terlibat dalam memberikan beasiswa untuk siswa local.

















D. Perusahaan Siemens
Siemens aktif dengan 4 operasi perusahaan manufaktur 4 dengan fasilitas dan dapat diandalkan telah menjadi mitra untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia
PT. Siemens Indonesia
• Sebuah anak perusahaan dari Siemens AG, Jerman didirikan di Jakarta pada tahun 1973.
• Menawarkan produk yang lengkap, sistem, serta solusi pelayanan di sektor Industri, Power dan Kesehatan.
• Kedua fasilitas manufaktur yang berlokasi di Jakarta dan Banten.
PT. Jawa Power

• Siemens memegang 50% saham di perusahaan patungan yang menjual listrik ke negara sendiri perusahaan utilitas PLN di bawah kontrak jangka panjang.
• Pemilik dari 2 x 610MW menyeruput batu bara panas tenaga listrik "Paiton II", yang paling ramah lingkungan menyeruput daya batu bara di dunia, yang terletak di Jawa Timur.
PT. Siemens hearing instrument

• Didirikan di pulau Batam pada Oktober 2000, perusahaan yang dimiliki 100% oleh Siemens Instrumen Kedokteran Pte. Ltd. Singapore. Ltd Singapura.
• Ia produsen alat pendengaran mulai dari "Dibalik The Ear Instrumen" ke Pra-Majelis untuk mereka "Selesai di Canal" Instrumen yang hampir tidak kelihatan dan cosmetically banding.







PT. Osram Indonesia

• Perusahaan didirikan pada tahun 1997 producting pijar dan lampu neon baik untuk pasar domestik dan ekspor di pabrik di Tangerang, Banten.
• Berhasil disediakan pemerintah kota Jakarta 70000 dengan beberapa lampu hemat energi termasuk ringan dari Jakarta Monumen Nasional.

























E. Siemens Sistem Informasi Ltd (SISL)
Siemens Sistem Informasi Ltd (SISL) adalah terkemuka "Sistem Integrator dan Total Solutions Provider" yang menawarkan tinggi-akhir konsultasi di daerah seperti Kesehatan, Telekomunikasi, Manufaktur, Utilitas, Public Sektor & Pemerintah. Kami menawarkan komprehensif-sumber tunggal solusi dan layanan di sepanjang Konsultasikan - Desain - Build - Aktifkan - Mempertahankan layanan rantai.
Didukung oleh junjungan kami keturunan dan hubungan dengan Siemens IT Solutions dan Jasa dan Siemens Indonesia, SISL-cepat dilacak dan diperoleh luas domain keahlian dan spesialisasi dalam bidang niche dengan menawarkan terbuka, fleksibel dan scalable solusi didorong oleh teknologi terkemuka-ujung.
Teknologi kemitraan dengan para pemimpin dunia seperti SAP AG, i2 Technologies, IBM dan SDRC telah mengaktifkan kami mengendalikan global teknologi dan mencapai sinergis manfaat baik kami sendiri serta kami bermitra solusi untuk klien.
Dengan lebih dari 3.000 insinyur perangkat lunak, dan fungsional ahli spesialis bisnis, perusahaan keberhasilan berasal dari komitmennya untuk membangun nilai tambah TI solutions.Today, dunia adalah domain kami. Dengan kedua-siap dibuat serta disesuaikan persembahan. Dengan sumber-sumber yang fleksibel, jalan dari tim dan dikelola pengiriman. Dengan strategi dinamis dan inovatif. Dan dengan kiriman yang kelas dunia, pada waktu dan dalam anggaran, sehingga pelanggan senang.
Sebuah SEI-CMMi Tingkat 5, PCMM Tingkat 3 dan sertifikat ISO 9001 perusahaan, komitmen kami untuk memberikan kualitas kelas dunia-solusi telah ditanggung-lama berdiri sebuah hubungan dengan para langganan.
Pada hari ini lingkungan bisnis, di mana ia adalah penting untuk mengenali dan memenuhi global peluang baru dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan IT dan lain dari beragam bisnis, SISL, undisputedly, beroperasi di inti kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dari http:// www.siemens.co.id/
Dari http:// www.osram.co.id/
Dari http:// www.jawapower.co.id/
Dari http://www.google.co.id



Read More...

Makalah Menyimak3



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : suryahadidi@yahoo.co.id
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.
Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28).

B. Identifikasi Masalah
Suasana dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Suasana tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
























BAB II
ISI

A. Pengertian Menyimak
Dalam kehidupan sehari-hari, kata menyimak sering dipergunakan bukan untuk pancaindera telinga saja bahkan dipakai pula indera mata dan hati. Dalam bab ini secara terperinci akan dijelaskan bahasan dan pengertian menyimak, berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat dari beberapa pakar mengenai batasan pembahasan pengertian menyimak adapun diantaranya adalah sebagai berikut:
Russel & Russel, 1959; Anderson, 1972
“Menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.”
Harimurti K. 1981
“Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
W.J.S. Poerwadorminto
“Menyimak adalah mendengarkan ( memperhatikan apa yang diucapkan atau dibaca orang, meninjau ataupun memeriksa).”
Djago Tarigan
“Menyimak mencakup mendengarkan dan disertai usaha pemahaman, dan adanya unsur kesengajaan dan penuh perhatian dan minat.”
Guntur Tarigan
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh melalui ujaran atau bahasa lisan.”

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasan yang lebih lengkap yaitu:
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan nonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.

B. Suasana-suasana dalam Menyimak
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif. Berikut penulis akan menguraikannya :

a. Menyimak Defensif
Menyimak defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat, antara lain pesan-pesan bersifat :
1. Evaluatif. Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksama yang telah mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara sadar memancing penilaian khusus.
2. Mengawasi. Pesan-pesan disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya ujaran itu.
3. Strategis. Para penyimak akan siap memasang siasat atau pertahanan yang strategis.
4. Netral. Pesan yang disampaikan pembicara, merangsang penyimak untuk berpikir secara netral.
5. Superior. Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain.
6. Pasti dan Tentu. Pembicara mengemukakan sesuatu yang pasti, yang sudah tertentu.

b. Suasana Suportif
Kalau suasana komunikasi defensif kerap kali ditimbulkan oleh pesan-pesan manipulatif dari pihak pembicara, maka suasana komunikasi suportif atau suasana komunikasi yang bersifat mendukung atau menunjang justru timbul dari Keenam butir perangsang atau pemancing komunikasi suportif adalah sebagai berikut.
(i) Deskripsi. Apabila sang pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deskripsi yang lebih banyak.
(ii) Orientasi permasalahan. Ujaran atau pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahan dapat menjadi suasana menyimak suportif.
(iii) Spontanitas. Pembicara dapat memanfaatka ‘spontanitas’ dalam ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para menyimak lebih mudah mencerna isi pesan.
(iv) Empati. Ketegasan merupakan unsure pentingyang harus dimanfaatkan pembicara dalam menyampaikan pesan.
(v) Ekualitas. Unsur lain dalam ujaran yang dapat menjelmakan suasana suportif adalah ekualitas atau persamaan (hak).
(vi) Provisionalisme. Ketepatan, ketentuan, walaupun bersifat sementara merupakan salah satu unsure pembentuk suasan suportif.

C. Upaya Menyimak Tepat Guna
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.
Berikut upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadi yang lebih tepat guna.
(i) Kembangkanlah suatu kemauan atau kesudian menyimak
Tanpa kemauan tidak ada pekerjaan yang akan beres apalagi mendatangkan hasil yang memuaskan.
(ii) Menyimaklah lebih lama
Bila ada orang memberi ceramah, sebaiknya kita menengarkan dari awal sampai akhir dengan suatu keikhlasan, sebab dari dalamnya dapat kita temukan beberapa ide yang berharga.
(iii) Menyimaklah lebih sering
Keberhasilan orang menyimak, selain ditentukan oleh lamanya, juga ditentukan oleh kekerapannya, keseringannya.
(iv) Menyimaklah dengan penuh respek
Adanya kesediaan dan kesudian untuk menyimak, berarti adanya keyakinan bahwa pembicara mempunyai kelebihan topic itu.
(v) Menyimak dengan umpan balik
Dalam kegiatan menyimak sadar atau tidak, sebenarnya kita ingin membandingkan pengetahuan sang pembicara dengan pembicara lainnya, bahkan dengan pengetahuan kita sendiri.
(vi) Menyimaklah tanpa penilaian atau keputusan yang premature
Adakalanya sebelum berlangsungnya kegiatan menyimak, seseorang telah terlebih dahulu menilai atau membuat keputusan terhadap pembicara besertga materi yang akan dikemukakannya.
(vii) Menyimaklah dengan tenang dan tenggang hati
Kegelisahan dan prasangka dalam kegiatan memang tidak baik. Begitu pula dengan menyimak.
(viii) Menyimaklah secara analisis
Pada saat menyimak perlu pula kita menganalisis butir-butir tertentu dari materi ujaran sang penyimak itu.
(ix) Menyimaklah tanpa keadaan membela diri
Membela diri untuk mempertahankan kebenaran, barulah terpuji.
(x) Menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim
Manusia tidak bisa bebas dari prasangka dan sifat meniru-niru. Tetapi prasangka dan sterotip ini bisa kita kurangu, kita tekan sehingga menjadi minim.
(xi) Simaklah tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen
Gaya, gerak-gerik, mimic, ekspresi wajah sang pembicara pada saat penampilannya dapat pula membantu penyimak memahami butir-butir ujarannya.

D. Perilaku Menyimak
Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbul, ataumati.
Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dalam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dapat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.
Berikut ini dua tipe perilaku dalam kegiatan menyimak.
a. Menyimak Faktual
Penguasaan yang mantap terhadap tekhnik-tekhnik menyimak factual ini justru memudahkan sang penyimak untuk menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasi yang disampaikan sang pembicara.

b. Menyimak Empatik
Menyimak empatik menolong kita untuk memahami sikap psokologis dan emosional sang pembicara dan bagaimana sikap tersebut mempengaruhi ujarannya. Menyimak empatik ini dapat disebut menyimak aktif atau menyimak pemahaman. Setiap pesan berisi dua bagian, yaitu isi, dan perasaan atau sikap pembicara terhadap isi tersebut.

E. Meningkatkan Perilaku Menyimak
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.
Dibawah ini kita kemukakan beberapa langkah khusus untuk meningkatkan keterampilan menyimak.
(i) Menerima keanehan sang pembicara. Setiap orang mempunyai cirri khas, keanehan sendiri.
(ii) Memperbaiki sikap. Suatu peringatan pada diri kita sendiri, peringatan yang bersifat internal.
(iii) Memperbaiki lingkungan. Pilihlah tempat yang memungkinkan anda dapat menyimak lebih baik.
(iv) Jangan dulu memberikan pertimbangan. Ada baiknya kita melatih diri untuk menahan jangn dulu memperlihatkan tindakan-tindakan yang mengganggu kegiatan menyimak.
(v) Meningkatkan pembuatan catatan. Mencoba membuat celaan yang terlalu terperincidan bertele-tele dapat menggangggu proses menyimak.
(vi) Menyaring tujuan-tujuan menyimak yang spesifik. Menetukan tujuan khusus dalam menyimak.
(vii) Memanfaatkan waktu secara bijaksana. Perlu merencanakan penggunaan waktu secara diferensial.
(viii) Menyimak secara rasional. Perlu merem atau mengurangi diri sendiri untuk bereaksi secara emosional.
(ix) Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit. Penyimak yang baik menerima dengan senang hati segala tantangan dari bahan-bahan yang sulit yang diutarakan pembicara.






BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan nonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif.
Upaya menyimak tepat guna terdiri dari kesudian menyimak, menyimak lebih lama, menyimak lebih sering, menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim, dan menyimak tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen.
Perilaku menyimak terdiri dari menyimak faktual dan menyimak empatik. Adapun upaya untuk meningkatkan perilaku menyimak adalah menerima keanehan sang pembicara, memperbaiki sikap, jangan dulu memberikan pertimbangan, memanfaatkan waktu secara bijaksana, dan berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit.

2. Saran
Penulis memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Menerapkan dan memahami suasana dalam menyimak
2. Menerapkan menyimak tepat guna dalam kehidupan sehari-hari
3. Melaksanakan perilaku menyimak dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa

Gibb; Jack R. 1961. “Defensive Communication” dalam The Journal of Communication,
11 (1961): 141-8

Logan; Lilian M. [et al]. 1972. Creative Communication: Teaching The Language Arts.
Toronto: Mc Graw. Hill Ryerson Ltd

Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunia

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED




Read More...

Makalah Menyimak2



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : suryahadidi@yahoo.co.id
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

B. Identifikasi Masalah
Dalam pokok bahasan ini akan dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
(1) Pembicara
(2) Pembicaraan
(3) Situasi
(4) Penyimak

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.

Agar proses menyimak berhasil baik, perlu diperhatikan faktor-faktor yang turut mempengaruhi menyimak. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan menyimak. Tetapi kenyataan sering penyimak kurang efektif untuk menyimak.




















BAB II
ISI

A. Defenisi Menyimak
Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tapi belum sampai pada taraf menyimak.menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan komunikasi ; perbedaannya terletak dalamhal jenis komunikasi, menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan sedangkan membaca berhubungan degan komunikasi tulis.dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan serta kita susun batasan sebsgai berukut ini;
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

B. Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan, suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.
Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:
1. pembicara
2. pembicaraan
3. situasi
4. penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Karena itu ada sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:
(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan tersebut.
(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.
(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.
(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.
(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam menyimak.























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
1. Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan.
2. Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya.
3. Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak.
4. Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak.

B. Saran
Ada beberapa saran dari penulis yaitu :
1. Setiap faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak harus lebih diperhatikan karena mempengaruhi keberhasilan menyimak.
2. Faktor-faktor menyimak harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kualitas menyimak lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.











DAFTAR PUSATAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1985a . Aneka Dimensi Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia.
Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED

Dari http://www.google.co.id
Dari http://kakashiiyomoto.blogspot.com





Read More...

Makalah Menyimak



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : suryahadidi@yahoo.co.id
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.
Bila perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.

B. Identifikasi Masalah
Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.
Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.



BAB II
ISI

A. Defenisi Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28).
Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman, penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.

B. Proses Menyimak
Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:
1. Mendengar
2. Mengidentifikasikan
3. Menginterpretasi
4. Memahami
5. Menilai
6. Menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasaitu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.
Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.
Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.
Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahamiatau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian.
Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

C. Menyimak Sebagai Proses
Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:
1. Mendengar
2. Mengidentifikasi
3. Menginterpretasi
4. Memahami
5. Menilai
6. Menaggapi
Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.
Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.
Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.
Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.
Perlu didasari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-annya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.
Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata,kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.
Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.
Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan.
Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.
Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang penyimak yaitu :
1. Kemampuan memusatkan perhatian
2. Kemampuan mengingat
3. Kemampuan menangkap bunyi
4. Kemampuan linguistik
5. Kemampuan nonlinguistik
6. Kemampuan menilai
7. Kemampuan menanggapi

B. Saran
Adapun sumbangan/saran pemikiran yang dapat penulis sarankan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan sesuai dengan aktivitas penyimak.
2. Proses menyimak harus diterapkan dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih baik.








DAFTAR PUSATAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1985a . Aneka Dimensi Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia.
Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Tarigan, Henry Guntur. 1985b. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunia

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED

Dari http://www.google.co.id
Dari http://kakashiiyomoto.blogspot.com


Read More...