Subscribe

Jumat, 18 Desember 2009

Perbandingan Sastra Daerah (Puteri Hijau dan Puteri Alang)



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
Facebook : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me














PUTERI HIJAU

Pada abad ke- 15 di daerah deli ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Sulaiman. Beliau mempunyai tiga orang putra. Yang pertama bernama Mambang Yasid, yang kedeua Putri hijau, dan yang ketiga Mambanh Khayali. Ketika raja sulaiman wafat, kerajaan dipimpin oleh Mambang Yasid dan dibantu oleh kedua adiknya.
Di antara ketiga putra tersebut, yang paling dikenal adaklah Putri Hijau. Selain cantik, Putri Hijau memiliki keelokkan tersendiri. Tubuhnya selalu memancarkan cahaya hijau yang kemilau, apalagi pada malm bulan purnama.
Suatu malam pada saat terang purnama, kilau cahaya hijau yang keluar dari Sang putrid sempat terlihat oleh Sultan Mukhayat Syah, seorang Raja Aceh yang sedang beristirahat di tamannya. Dia sangat terpesona melihat kilauan warna tersebut. Maka, keesokan harinya raja menyuruh punggawa istana untuj mencari asal-usul cahaya hijau yang dilihatnya semalam. Setelah menyelidiki apa yang diperintahkan Sultan, para penggawa itu melaporkan bahwa cahaya hijau itu memancar keluar dari Putri Hijau yang berada di Kerajaan Deli Tua. Karena begitu terpesona, maka Sultan tidak bisa lagi menahan keinginannya untuk melihat sang Putri. Ternyata Si Sultan jatuh cinta kepada Putri Hijau.
Sultan Mukhayat Syah segera mengirim utusan peminangan ke kerajaan Deli Tua. Utusan tiu duterima oleh Mambang Yasid. Tapi sayang, pinangan itu ditolak oleh Putri Hijau. Utusan itu segera melaporkan perihal penolakkan tersebut kepadaSultan Mukhayat Syah. Tentu saja, Sultan merasa berang dan sangat terhina. Akhirnya, peperangan antara kedua kerajaan tersebut tak terelakan lagi.
Pasukan Aceh menggunakan tipu muslihat sehingga para prajurit Deli Tua mudah dilumpuhkan. Mambang Khayali menjelma menjadi sebuah meriam, namun meriam itu pun patah. Mambang Yasid Sadar bahwa Kerajaan Deli Tua tidak mungkin dapat bertahan dari gempuran pasukan Aceh. Kemudian ia berpesan kepada Puteri Hijau bahwa jika pada suatu saat Sang Puteri ditawan oleh Sultan Aceh, dia harus mengajukan beberapa syarat. Syarat tersebut antara lain, minta agar Puteri dimasukkan ke dalam keranda kaca dan sebelum tiba di Aceh tubuhnya tidak boleh disentuh oleh Sultan Aceh serta setelah sampai di Aceh seluruh rakyat diminta untuk membawa persembahan, masing-masing sebutir telur ayam dan segenggam bertik. Semua persembahan tersebut dionggokkan di tepi pantai. Seusai upacara onggokkan harus dibuang ke laut. Pada saat itu Puteri harus keluar dari kaca lalu membakar kemenyan sambil memanggil nama Mambang Yasid. Selesai menyampaikan pesannya, mambang Yasid menghilang secara ajaib.
Benar saja, akhirnya Puteri Hijau ditawan Sultan Aceh. Dia segera mengajukan syarat-syarat seperti yang diajarkan oleh kakaknya. Sultan Aceh mengabulkan semua persyaratan tersebut dan kemudian Sang Puteri diboyong ke Aceh melalui perjalanan laut. Di Aceh kapal Sultan berlabuh di Tannjung Jambu Air. Sultan memerintahkan rakyatnya untuk mengadakan upacara persembahan di pantai itu. Sesudah upacara tersebut, Puteri Hijau terlihat keluar dari keranda kaca lalu ia membakar kemenyan sambil memanggil nama Mambang Yasid. Tak beberapa lama sesudah itu, turunlah hujan yang sangat deras disertai angina ribut. Halilintar sambar menyambar, ombak pun gulung-menggulung menyeret kapal tersebut ke tengah laut. Dari balik ombak yang dahsyat itu, muncullah seekor naga raksasa yang bergerak menuju ke kapal Sultan Aceh. Ekornya yang panjang menghantam kapal itu sampai pecah dan tenggelam, namun sultan dapat menyelamatkan diri. Dalam kekacauan itu Puteri Hijau segera kembali ke keranda kaca. Ketika ombak menyapu kapal yang sudah tenggelam tersebut Sang Puteri terapung-apung di laut dalam keranda kacanya. Sang Naga segera mendekati kaca tersebut, mengangkat dengan mulutnya dan membawanya ke selat Malaka.










PUTERI BONGSU ALANG

Pada zaman dahulu tinggallah sebuah keluarga di tepi sungai Bilah. Keluarga tersebut mempunyai seorang anak gadis yang cantik yang bernama Bongsu Alang, artinya anak bungsu. Kedua kakaknya meninggal ketika dilahirkan. Keluarga tersebut hidup bahagia dan sangat menyayangi Bongsu Alang.
Bongsu Alang adalah seorang gadis yang berhati mulia. Teman-temannya sangat sayang padanya karena selain cantik, ia juga berperilaku baik.
Suatu ketika Raja Pulong yang berasal dari daerah lain mendengar kecantikan Bongsu Alang yang tiada taranya itu. Raja tersebut ingin mengambil Bongsu Alang sebagai permaisurinya. Maka, diutuslah beberapa orang untuk meminang Puteri Bongsu Alang.
Sesampainya di tumah Bongsu Alang, para utusannya menyampaikan maksud kedatangan mereka. Puteri Bongsu Alang mau dijadikan permaisuri, namun dengan satu syarat, yakni ia minta dicarikan limau purut sebanyak tujuh buah yang pengambilannya tidak boleh dilakukan dengan tangan melainkan dengan kedua kaki.
Syarat yang disampaikan Puteri Bongsu Alang disampaikan kepada Raja Nulong. Walaupun sulit mendapatkan buah yang diminta, Raja Nulong bertekad memenuhi syarat dari Puteri Bongsu.
Beberapa hari kemudian datanglah utusan Raja Nulong dengan membawa tujuh buah limau purut dan diserahkan kepada Puteri Bongsu Alang. Ketujuh buah limau itu disimpannya dalam ruas bambu.
Persyaratan telah terpenuhi. Akhirnya, Puteri Bongsu Alang diboyong ke istana dan diangkat menjadi permaisuri Raja Nulong. Dalam perjalanan waktu permaisuri Raja mendapat simpati di hati rakyatnya karena keramahan, kesanggupan menyelesaikan masalah-masalah kerajaan, dan tentu saja karena kecantikannya. Kerajaan yang berada dalam pemerintahan Raja Nulong dan Permaisuri Bongsu Alang dalam suasana damai, tentram, dan makmur.
Kehidupan permaisuri dalam istana dilayani oleh para dayang. Di antara mereka ada seorang dayang yang bernama Jebak Jabir. Dayang tersebut berhati dengki. Ia menginginkan kedudukan sebagai permaisuri sehingga ia berniat melenyapkan Puteri Bongsu Alang.
Suatu hari Puteri Bongsu Alang yang tidak dapat berenang diajari oleh Jebak Jabir. Sang Permaisuri sudah hamper pandai berenang. Oleh sebab itu, Jebak Jabir mengajaknya ke tengah kolam dan berkata, “Tuan Puteri sudah pandai berenang, berarti tidak perlu dituntun lagi!” Jawab Puteri Bongsu, “Benar!” ujarnya dengan nada senang. “Ayo kita coba!” kata Jebak Jabir. Kata Puteri Bongsu Alang, “Baiklah!”.
Kesempatan baik itu dipergunakan oleh Jebak JAbir untuk mendorong Tuan Puteri ke tengah kolam. Tuan Puteri berteriak minta tolong karena memang dia belum pandai berenang di tempat yang lebih dalam. Namun, Jebak Jabir membiarkan Tuan Puteri tenggelam.
Kemudian Jebak Jabir mengenakan pakaian Puteri Bongsu Alang dan segera pulang ke istana menemui raja dan berkata, “Kanda, Jebak Jebir telah tiada. Dayang satu-satunya yang kusayang telah tiada.” Permaisuri palsu ini menangis tersedu-sedu.
Bertanyalah Raja NUlong, “Kemana dia? Apa yang terjadi? Mengapa kulitmu menjadi hitam?” Jawab permaisuri, “Kami pergi mandi berdua di kolam dan Jebak Jebir tenggelam di sana. Seharian kami mencarinya sehingga kulitku menjadi hitam. Sampai sekarang Jebak Jabir belum dapat ditemukan”.
Berkatalah Raja Nulong, “Sudahlah, tak usah kau bersedih! Beristirahatlah saja! Itu sudah suratan tangan!” Sahut Jebak Jabir, :Baiklah, Kanda!”.
Setelah mengahadap raja masuklah Jebak Jabir ke kamar permaisuri. Ia sangat senang karena keinginannya kini telah tercapai. Raja sendiri tidak curiga terhadap Jebak Jabir, permaisuri palsu karena wajah Jebak Jabir dan permaisuri Bongsu hamper sama, bagai pinang dibelah dua.
Sebenarnya Puteri Bongsu tidak mati tenggelam, tapi menjelma menjadi sebatang pohon rindang di tepi kolam. Saat angina bertiup, daun-daun solah-olah berbisik, “Jebak Jabir, permaisuri palsu!”
Suatu hari Raja Nulong menemukan ruas bamboo berisi limau purut yang dulu diberikannya untuk Puteri Bongsu Alang. Rupanya benda tersebut dibuang orang di taman. Tiba-tiba Raja Nulong merasakan adanya keganjilan atas sikap Bongsu Alang akhir-akhir ini. Pikirnya, “Aku tidak yakin Bongsu Alang membuang benda kesayangannya ini! Lalu, siapa yang membuang benda ini?”
Raja Nulong pergi ke tepi kolam lalu duduk di bawah pohon rindang. Diperhatikannya ruas bamboo kesayangan Bongsu Alang dan ditimangnya sambil berguman sedih, “Bongsu Alang, alangkah teganya kau membuang benda yang kucari dengan susah payah ini!”
Tiba-tiba angina bertiup dan daun-daun berbisik, “JebakJabir, permisuri palsu!” Bisikan itu berulang kali didengar sehingga menyadarkan lamunan Prabu Nulong. Nalurinya mengatakan permaisurinya yang sekarang tentu bukan Bongsu Alang. Pikirnya, “Siapa sebenarnya yang berada dalam kamar permaisuri itu?”
Dengan geram sambil menahan marah Raja Nulong kembali ke istana dan langsung masuk ke kamar permaisuri. “Siapa kau sebenarnya?” bentak Raja Nulong. “Di mana Bongsu ALang sekarang? Kau pasti telah membunuhnya!”
Mendengar bentakan tersebut Jebak JAbir tak dapat berbicara. Seluruh tubuhnya menggigil ketakutan. Lalu diceritakan semua yang telah dilakukan. Kemudian raja menjatuhkan hukuman setimpal atas perbuatan dayang itu.
Atas nasihat nujum istana, air perasan tujuh limau purut milik bongsu Alang itu disiramkan ke sekeliling pohon di tepi kolam. Setelah menyiramkannya, keajaiban terjadi. Tiba-tiba dari batang pohon besar itu keluarlah Puteri Bongsu Alang. Akhirnya, mereka kembali lagi ke istana.
Sejak saat itu tempat tinggal Bongsu Alang dinamai orang sebagai kayu Si Alang. Lama kelamaan orang menyebutnya kayu Tualang. Tempat tersebut berkembang menjadi sebuah kampong. Dan sampai sekarang kampong Tualang masih ada, terletak di daerah kadipaten Labuhan Batu, dekat sungai Bilah.









Perbandingan Sastra Antara Puteri Hijau dan Puteri Bongsu Alang
Kisah Puteri Hijau dan Puteri Bongsu Alang adalah dongeng yang sama-sama menceritakan puteri yang cantik. Dengan kecantikan mereka sehingga Raja ingin mempersunting mereka. Tetapi lain dengan kisah Puteri Bongsu Alang yang menerima lamaran Raja Nolung, Puteri Hijau justru menolak lamaran Raja Aceh hingga Raja Aceh menahan Puteri Hijau dan ditolong oleh kakaknya sendiri.

Pada kisah Puteri Hijau berikut rinciannya :
1. Tokoh
Puteri Hijau : Seorang Puteri yang pemberani, cinta tanah air dan hormat pada
saudara-saudaranya.
Mambang Yasid : Putera Raja yang penuh perhatian pada saudara-saudaranya, rela
berkorban demi mempertahankan negerinya.
Mambang Khayali : Putera Raja yang penuh tanggung jawab, tidak rela bila negerinya
direbut.
Sultan Mukhayat Syah : Raja yang rakus dan cerdik dalam peperangan.

2. Pesan Cerita
a. Semangat cinta tanah air
Mambang Yasid, Puteri Hijau, dan Mambang Khayali adalah gambaran orang yang pemberani, rela berkorban demi mempertahankan negerinya. Semangat demi mempertahankan negerinya. Semangat patriotisme mereka pantas diteladani. Kiranya kita bisa menjadi anak yang baik, berbakti kepada nusa dan bangsa, memupuk semangat rela berkorban, tidak merampas apa yang menjadi hak orang lain.

b. Semangat persaudaraan
Puteri Hijau sangat menghargai saudara-saudaranya. Apa yang dipesankan olah Mambang Yasid, kakaknya, dia laksanakan dengan patuh dan akhirnya semua itu demi keselamatannya juga. Mambang Yasid yang telah menjelma menjadi naga raksasa berhasil membalas kekalahan kerajaannya dan akhirnya dapat menyelamatkan Puteri Hijau, adiknya. Dengan bersatu, membangun persaudaraan, bersama-sama kita dapat mengatasi persoalan yang ada.

Pada kisah Puteri Bongsu Alang berikut rinciannya :
1. Tokoh
Puteri Bongsu Alang : Seorang yang berhati baik, ramah, dan suka membantu sehingga
mampu merebut simpati di hati rakyat.
Raja Nulong : Seorang raja yang memerintahkan dengan arif dan bijaksana
Jebak Jabir : Seorang dayang yang culas dan berhati dengki

2. Pesan Cerita
a. Kerja sama
Puteri Bongsu selalu menyediakan diri untuk membantu Raja menyelesaikan masalah kerajaan. Berkat kerja samanya kerajaan ada dalam keadaan yang tentram dan makmur.
b. Kecermatan bertindak dan kebijaksanaan
Raja Nulong secara cermat meneliti peristiwa yang menimpa permaisuri. Secara bijaksana ia menghukum perbuatan culas dayang Jebak Jabir.





1 komentar:

Sinopsis Indonesia mengatakan...

Thanks banget nih gan seru