Subscribe

Jumat, 01 Januari 2010

Berpikir Ilmiah Masyarakat Kampus



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
Facebook : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita ketahui bersama, bahwa di era modern ini begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu tekhnologi yang semakin hari semakin canggih.
Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu yang relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam.
Di dalam proses penemuan sains tersebut kita mengenal yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai standard keIlmuan. Sains yang terus berkembang bisa dikatakan merupakan impac dari adanya revolusi industri yang terjadi di Eropa. Revolusi industri membawa perubahan besar dalam berbagai aspek. Corak-corak metodologis yang dikembangkan menyebabkan ilmu pengetahuan bersifat posivistik, deterministik, evolusionistik, sehingga segala sesuatu harus dijelaskan dengan metode kuantitatif dan eksperimental melalui observer.
Dewasa ini, ada kecendrungan-kalau tidak mau dikatakan sepenuhnya- para pemikir atau ilmuan berpersepsi bahwa metode ilmiah merupakan satu-satunya metode yang diterapkan dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Bahkan, ia juga dijadikan landasan atau sebagai asas dalam berpikir. Lebih dari itu, terjadi pensakralan terhadapnya.




B. Rumusan Masalah
1. Apakah metode berpikir ilmiah merupakan metode yang tepat digunakan hususnya masyarakat kampus?
2. Metode berpikir apa yang layak dijadikan sebagai basis dan landasan dalam berpikir

C. Tujuan dan Manfaat
Makalah ini bermaksud ingin mengkaji ulang apakah metode ilmiah layak untuk dijadikan sebagai basis (asas) dalam aktivitas berpikir atau tidak hususnya masyarakat kampus sehingga penulis diberi tugas membuat makalah yang berjudul “Berpikir Ilmiah merupakan Tuntutan Masyarakat Kampus” serta sejauh mana sebenarnya cakupan dari metode Ilmiah dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai ilmu pengetahuan sehinnga masyarakat kampus tidak salah lagi.














BAB II
PEMBAHASAN

1. MASYARAKAT KAMPUS
Masyarakat kampus adalah orang-orang atau kelompok yang berada dalam satu wilayah kampus, minimal mahasiswa dan dosen.
A. Peran Mahasiswa
Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana dalam catatan sejarah perubahan selalu menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan . Mahasiswa di kenal dengan jiwa patriotnya serta pengorbanan yang tulus tanpa pamrih . Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang dapat merasakan dan punya kesempatan memperoleh perndidikan hingga ke jenjang ini karena system perekomian di Indonesia yang kapitalis serta biaya pendidikan yang begitu mahal sehingga kemiskinan menjadi bagian hidup rakyat ini . Dalam tulisan ini penulis memetakan ada ada empat peran mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang akan di pikul .

Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda, kini tengah berada di persimpangan. Antara perjuangan idealisme dan pragmatisme. Jargon sebagai agent of change and social control, kini mulai pudar seiring dengan berjalannya waktu.

Namun peran mahasiswa sebagai agent of change and social control saat ini mulai pudar. Karakter pelopor perubahan1 yang seharusnya melekat pada diri mahasiswa mulai usang. Sedikit sekali peran nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa. Sistem pendidikan yang hanya ingin menciptakan tenaga kerja siap pakai dan siap jual, yang hanya “menggiring” mahasiswa dengan how to know things (penalaran teoritis) daripada penguasaan aspek how to do things (keterampilan) menyebabkan munculnya pandangan-pandangan pragmatis di kalangan mahasiswa. Mahasiswa hanya mau tahu dengan apa yang sudah ada didepannya tanpa mau membuka kesadaran kritisnya dan tidak ingin melihat lebih dekat tentang apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan sosialnya. Djaduk Ferianto (seorang seniman asal Yogyakarta) berpendapat sistem pendidikan saat ini seperti pabrik yang hanya mencetak kuantitas, bukan kualitas. Oleh karena itu banyak lulusan sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensi atau jurusan yang diambil semasa kuliah.

Demikian halnya dengan Program Percepatan Kuliah (PPK) yang saat ini sedang digalakkan oleh perguruan tinggi. Efek negatif yang dapat timbul pada diri mahasiswa ialah IP minded atau lebih dikenal dengan istilah SO (Study Oriented). Mahasiswa terbuai dalam teori-teori kuliahnya serta harus berpikir bagaimana memecahkan teori atau soal untuk sekadar mengejar nilai A, tanpa mau memikirkan aplikasi yang dapat bermanfaat bagi lingkungan sosialnya. Terciptalah mahasiswa yang pandai berteori dengan penguasaan aplikasi yang tipis.

B. Peran Dosen
Apa peran dosen sebenarnya? Hal tersebut dapat ditelusuri dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu :
1. Pendidikan dan pengajaran
2. Penelitian
3. Pengabdian pada masyarakat
Jadi, selain mengajar mahasiswa, dosen harus terus mengembangkan ilmunya melalui penelitian, dan menerapkan hasil penelitian tersebut melalui pengabdian pada masyarakat. Berarti seorang dosen harus bertindak sebagai :
1. Pengajar.
Dosen bukan hanya menguasai materi, namun juga dapat mengajarkannya pada orang lain dengan metode yang baik. Menurut saya, dosen juga tidak hanya mengajarkan hal – hal keilmuan pada mahasiswa, namun juga sikap – sikap yang benar dalam menempuh kehidupan yang sementara ini.

2. Peneliti.
Dosen harus meneliti untuk mengembangkan keilmuannya. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sikap haus belajar dan selalu ingin tahu sangat diperlukan dosen untuk maju dan berkembang. Di PT luar negeri, sudah lazim bahwa sebagian besar penelitian terbaru muncul dari kampus, bukan industri atau tempat lain.

3. Pelayan masyarakat.
Dosen tidak cukup hanya tinggal di “menara gading” PT, namun juga harus mau membumi dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan. Sebagai tanggung jawab moral dan sosial terhadap masyarakat, dosen harus mau memberikan ilmu yang ia miliki untuk kepentingan orang banyak

2. Berpikir

A. Hakekat Berpikir
Dalam keseharian kita, ketika beraktivitas dalam lingkungan masing-masing, bisa dipastikan bahwa aktivitas tersebut tidak bisa lepas dari yang namanya berpikir. Hanya saja memang, tingkat daya pikir tersebut masing-masing berbeda pada setiap orang.
Berpikir bisa dikatakan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting. Karena tanpanya, manusia akan berada dalam suasana yang gelap dan hampa. Manusia tidak akan mampu mengenal lingkungan tempat dia tinggal, siapa pencipta alam jagad raya ini, bahkan ia pun tidak akan mampu mengenal dirinya dan hakikat keberadaannya di dunia tanpa melalui sebuah aktivitas berpikir.
Berpikir juga bisa dikatakan suatu hal yang alamiah (fitrah atau natural) bagi setiap manusia yang sehat atau tidak gila- dikarenakan adanya unsur-unsur ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah Swt.
Dalam proses berpikir, sejatinya melibatkan unsur-unsur tertentu, yakni:
a. Otak yang sehat
b. Panca indra
c. Informasi sebelumnya
d. Adanya fakta
Dari empat unsur di atas dapat kita rangkai sebuah definisi sebagai berikut: Pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Definisi ini sekaligus juga merupakan definisi bagi akal, pemikiran, proses berpikir.

B. Berpikir Ilmiah

1. Pengertian berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah yaitu berpikir menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan secara ilmu pengetahuan sesuai prinsip logis dan penjelasan kebenaran.

2. Metode Berpikir Ilmiah
Istilah dari Metode berpikir ilmiah ini sebenarnya dipinjam dari tulisannya Taqiyuddin an-Nabhani dalam bukunya at-Tafkir. Ia menyebut metode ilmiah dengan metode berpikir ilmiah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia di sebutkan, bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb) atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Peter R. Senn mengatakan, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Dan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita padukan menjadi; metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai dan mengetahui maksud atau tujuan yang telah ditentukan yang dengannya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mudah..
Penelitian sebagai suatu rangkaian aktivitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia ke ilmuan disebut metode. Dan untuk menegaskan bidang ke ilmuan itu seringkali dipakai istilah metode ilmiah (scientific method).
Dictionary of Behavioral Science memberikan definisi metode ilmiah dengan “Tekhnik-tekhnik dan prosedur-prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam yang dipergunakan oleh ilmuawan-ilmuwan untuk mengolah fakta-fakta, data, dan penafsirannya sesuai dengan asas-asas dan aturan-aturan tertentu.
Arturo Rosenblueth mengatakan Metode ilmiah adalah suatu prosedur dan ukuran yang dipakai oleh ilmuwan-ilmuwan dalam penyusunan dan pengembangan cabang pengetahuan khusus mereka.
Selanjutnya, James B. Conant memberikan rumusan metode ilmiah menjadi delapan langkah, yakni sebagai berikut:
a. Kenali bahwa suatu situasi yang tak menentu ada. Ini merupakan suatu situasi bertentangann atau kabur yang mengharuskan penyelidikan.
b. Nyatakan masalah itu dalam istilah spesifik
c. Rumuskan suatu hipotesis kerja
d. Rancang suatu metode penyelidikan yang terkendalikan dengan jalan pengamatan atau dengan jalan percobaan ataupun kedua-duanya.
e. Kumpulkan dan catat bahan pembuktian atau data kasar.
f. Alihkan data kasar ini menjadi suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan.
g. Tibalah pada suatu penegasan yang tampak dapat dipertanggungjawabkan. Kalau penegasan itu betul, ramalan-ramalan dapat dibuat darinya.
h. Satu padukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan itu, kalau terbukti merupakan pengetahuan baru dalam ilmu, dengan kumpulan pengetahuan yang telah mapan.

c. Kelemahan-kelemahan dari Metode Berpikir Ilmiah
Kelemahan metode ilmiah dapat kita lihat dari segi cakupan atau jangkauan dari kajiannya, asumsi yang melandasinya, dan kesimpulannya bersifat relatif. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-objek material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Dan melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yangtelah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta materialyang dapat diindera.

b. Metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi. Ini dikarenakan metode ini mengharuskan kita untuk menghapuskan diri dari setiap opini dan keyakinan si peneliti mengenai subjek kajian. Setelah melakukan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah.

c. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan).
Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Dikatakan, bahwa pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara ontologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang memisahkan antara ilmu dan agama…perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan berbedanya metode dalam memecahkan masalah tersebut.
Dikatakan pula, proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan kepada tangkapan pancaindra, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi di samping pengalaman. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam kelompok ilmu…demikian juga halnya dengan bidang sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya.
Muhammad Abdurrahman dalam bukunya at-Tafkeer juga mengatakan hal senada dengan yang telah disebutkan di atas. Ia mengatakan, bahwa metode ilmiah tidak bisa diterapkan pada ilmu yang termasuk dalam humaniora, hal ini dikarenakan bidang-bidang yang termasuk ke dalam humaniora tidak membahas perkara-perkara fisik yang dapat diukur dan diujicobakan. Meskipun demikian, beberapa aspek pengetahuan tersebut dapat menerapkan metode ilmiah dalam pengkajiaannya, misalnya saja aspek pengajaran bahasa sastra dan metematika. Dalam hal ini masalah tersebut dapat dimasukkan ke dalam disiplin ilmu pendidikan yang mengkaji secara ilmiah berbagai aspek proses belajar-mengajar.

C. Metode Berpikir Rasional; Asas Dalam Berpikir
Metode rasional adalah metode tertentu dalam pengkajian yang ditempuh untuk mengetahui realitas suatu yang dikaji, dengan jalan memindahkan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai dengan adanya sejumlah informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut, selanjutnya, otak akan memberikan penilaian terhadap fakta tersebut. Penilaian ini adalah pemikiran atau kesadaran rasional.
Tidak sebagaimana halnya metode ilmiah, metode rasional dapat diterapkan pada objek-objek material yang dapat diindera, namun, juga dapat diterapkan pada objek non material atau yang dikenal dengan namanya humaniora dan pemikiran-pemikiran. Metode berpikir rasional adalah suatu proses berpikir tentang realitas atau masalah yang dihadapi sebagaimana adanya.
Metode rasional indentik dengan definisi dari akal itu sendiri. Dengan menggunakan metode ini, manusia akan mencapai sebuah kesadaran tentang hal apa pun. Metode ini merupakan saatu-satunya metode berpikir. Adapun metode ilmiah (scientific method) dan yang disebut dengan metode logika (logical method) adalah merupakan cabang dari meode rasional atau merupakan salah satu cara yang dituntut dalam pengkajian sesuatu.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Metode Rasional
Dalam menggunakan metode berpikir rasional ada beberapa hal yang patut untuk kita perhatikan, yakni:
a. Dalam pendefinisian metode rasional harus membedakan antara opini (pendapat) terdahulu tentang sesuatu dengan informasi terdahulu tentang sesuatu atau tentang apa yang berkaitan dengan sesuatu itu. Yang ada pada metode rasional haruslah informasi terdahulu bukan opini terdahulu atau pendapat. Opini terdahulu tidak boleh masuk dalam aktivitas berpikir, apabila ini terjadi -yakni adanya informasi terdahulu dalam berpikir- maka akan mengakibatkan kekeliruan dalam memahami sesuatu.

b. Kesimpulan (konklusi) yang telah dihasilkan dari metode berpikir rasional harus dilihat terlebih dahulu berkenaan dengan penilaian terhadap objek yang menjadi penilaian. Jika kesimpulan tersebut adalah hasil dari penilaian atas keberadaan (ekisistensi) sesuatu, maka kesimpulannya adalah bersifat pasti (definite).
Adapun, jika kesimpulan terebut adalah hasil dari penilaian atas realitas (al-Haqiqah) dari sesuatu, atau sifat (karakteristik) dari sesuatu, maka kesimpulan tersebut bersifat dugaan, yang mengandung kemungkinan salah. Akan tetapi, kesimpulan yang ada tetap merupakan pemikiran yang tepat hingga terbukti kesalahannya.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan paparan penulis di atas maka, dapat kita simpulkan bahwa metode berpikir ilmiah tidaklah layak untuk dijadikan sebagai asas bagi metode berpikir terlebih-lebih dikalangan intelektual. Hal ini disebabkan, ia hanya dapat diterapkan pada objek-objek material yang dapat di indera, dan kesimpulan yang dihasilkan darinya tidaklah bersifat pasti. Dengan kata lain, metode ilmiah hanya dapat diterapkan pada ilmu yang sifatnya adalah eksperimental atau non-humaniora.
Metode berpikir ilmiah dianut dan dikembangkan oleh orang-orang Barat setelah mereka menyadari pengaruhnya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Namun kemudian, penggunaan dari metode ini mengalami perluasan diterapkan pada hal-hal yang tidak bisa menggunakan metode ini. Akibatnya, terjadi pencampuradukan antara science dan bidang pengetahuan yang bukan termasuk science yang notabenenya tidak dapat menggunakan metode yang sama.
Adapun metode berpikir yang layak untuk dijadikan sebagai asas dalam metode berpikir adalah metode berpikir rasional. Metode berpikir inilah kiranya yang harus menjadi metode berpikir setiap manusia terlebih-lebih kaum muslimin.









DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahma, M. 2005. Membangun Pemikiran yang Cemerlang. Pustaka Thoriqul Izzah. Bogor.
Annabhani, Taqiyuddin. 2006. Hakikat Berpikir. Pustaka Thoriqul Izzah. Bogor
Annabhani, Taqiyuddin. 2008. Peraturan Hidup dalam Islam.HTI-Press. Jakarta
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Parsuda. Jakarta
Jujun, Sumantri Surya. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan.Jakarta.
Mustasyir, Rizal. 2007. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat. Bumi Angkasa. Jakarta
__________. 2005. KBBI. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
http://dwiarianto.blogspot.com/2006/03/reorientasi-peran-mahasiswa.html
http://ikhwahmuda.wordpress.com/2007/04/01/peran-mahasiswa-sebagai-kekuatan-moral/
http://jurnal-ekonomi.org/2007/09/17/mengaji-ulang-metode-ilmiah-sebagai-asas-dalam-berpikir/
http://uripsantoso.wordpress.com/2008/08/23/cara-berpikir-cerdik-kritis-dan-ilmiah/
http://belajardikampus.wordpress.com/2009/03/04/peran-dosen-dalam-pengajaran-penelitian-dan-pengabdian-pada-masyarakat/






0 komentar: