NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.
Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana bahasa bisa digunakan untuk berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori .
Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja ia dapat mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan keinginannya.
Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara.
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna.
Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas.
1. Bagaimana perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi ?
2. Bagaimana kata-kata pertama yang digunakan dalam bahasa anak ditinju dari segi semantik ?
3. Bagaimana perkembangan kosa kata yang cepat dalam pembentukan kalimat awal ?
4. Mengapa dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan ?
5. Apakah pemerolehan semantik berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan ?
C. Tujuan Penelitian
Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi menjadi salah satu tujuan yang penting dalam membahas aspek perkembangan bahasa anak yang ditinjau darisegi semantik.
Berikut beberapa tujuan yang menjadi tujuan penulisan:
1. Mengetahui perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi.
2. Membahas proses percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan.
3. Mengetahui pemerolehan semantik berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan.
D. Manfaat Penelitian
Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem semantik tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan kata mana yang dipakai untuk membedakan makna.
Berikut beberapa manfaat yang didapat dari penulisan ini
1. Memberikan pengetahuan bahwa perkembangan bahasa anak di bidang semantik memberikan makna yang berbeda.
2. Mampu menginterpretasikan perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi yang dimengerti dalam semantik.
3. Memberikan komunikasi timbal balik yang saling dimengerti sesuai dengan teori.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Proses Fisiologi Bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Proses reseptif – Proses dekode
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan.
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.
Proses ekspresif – Proses encode
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.
B. Perkembangan Bahasa pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun
Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf. Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan.
Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu anak mengatur kerangka kerja otak.
Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara.31,32 Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.
Tahap perkembangan bahasa di atas hampir sama dengan pembagian menurut Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.
1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan. Periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata-kata pertama : transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.
4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya.
C. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan 5 kata perhari di usia 18 bulan sampai 6 tahun.Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat di usia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima.
Proses pemerolehan bahasa merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kemampuan bahasa setiap individu. Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya( Abdul Chaer, 2005:161). Proses pemerolehan bahasa inilah yang menentukan kemampuan setiap individu dalam menguasai bahasa pertamanya. Setiap anak mengalami perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya setiap anak yang normal mulai berbicara antara umur dua puluh sampai dua puluh delapan bulan. Hal tersebut terjadi karena organ-organ bicara yang dimiliki setiap anak sudah mulai berkembang dan terprogram untuk memperoleh bahasa. Salah satu bidang bidang pemerolehan bahasa pada anak menyangkut bidang semantis. Bidang semantik meliputi kemampuan anak dalam memahami ujaran lawan bicaranya. seperti kemampuan memahami kata yang di ucapkan oleh lawan bicaranya. Salah satu golongan kosakata yang dikuasai oleh anak adalah golongan kelas kata nomina terutama yang akrab dengan tempat tinggalnya.
Beberapa peneitian tentang pemerolehan bahasa anak sudah banayak dilakukan, diantaranya oleh Soejono Dardjowidjojo, beliau melakukan penelitian terhadap cucunya yang bernama Echa. Penelitian yang dilakukannya bersifat longitudinal(dari satu waktu ke waktu yang lain/berkelanjutan). Hasilnya menekankan bahwa jadwal kemunculan bunyi adalah jadwal biologis dan bukan kronologis. Menurutna mugkin saja seorang anak mampu mengucapkan bunyi /r/ jauh lebih awal dari umur 49 bulan seperti yang dinyatakan oleh Jacobson. Selain itu menurut beliau bahwa dari mulai usia dua tahun seorang anak sudah mampu memahami beberapa kosa kata yang di ucapkan lawan bicaranya. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami suatu tuturan tergantung perkembangan psikologis anak. Namun terkadang walaupun mereka sudah memahami sebuah kosakata ketika mereka mengucapkannya kata yang mereka ucapkan mengalami pergeseran sehingga tidak sesuai dengan acuan(referentnya).
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Kontempasi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performasi yang terdiri dari dua buah proses yakni proses pemahaman dan proses penerbitran atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian mengamati atau keampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar . Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau meneritkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua jenis proses proses kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan linguistik kanak-kanak itu. Jadi kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan atau menerbitkan kalimat-kalimat baru.
Melaui bahasa, seorang anak belajar untuk menjadi “angota masyarakat”. Bahasa pertama(B1) menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian dan sebagainya, dalam bentuk-bentuk bahasa yang dianggap wajar oleh anggota-angota masyarakat di mana anak itu tinggal. Sebelum mampu memahami tuturan lawan bicaranya secara sempurna, sejak usia satu tahun seorang anak mulai belajar memahami tuturan lawan biaranya dalam bentuk yang sederhana. Biasanya mereka mulai memahami kosakata yang diujarkan lawan bicaranya yang berkategori nomina seperti kata mamah, bapa, baju, domba, dsb. Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuk-bentuknya benar bukan, ini belum berarti ia telah menguasai bahasa pertamanya itu, karena dapat saja ia memberi arti yang lain pada kalimat-kalimat yang diucapkanya itu. Namun sebaliknya ada juga kecendurungan, walaupun seorang anak sudah memahami tentang arti suatu kata tetapi ia mengucapkan kosa kata tersebut menjadi berbeda atau tidak sesuai dengan kosakata yang sebenarnya. Contohnya ketika peneliti menunjukan sebuah benda yang disebut sepatu, anak tersebut tidak mengucapkan sapatu(sepatu) tetapi dia mengucapkan kata sopato. Padahal si anak sudah mengetahui bahwa benda yang ditunjukan adalah sapatu, keterpahaman itu ditunjukkan ketika suatu saat ditanyakan kembali si anak mengucapkan kata sapatu. Dalam hal ini terjadi penyimpanagan tuturan karena kosakata yang di ucapkan tidak sesuai dengan dengan referentnya(acuannya).
Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian dan lokasi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat, dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk
BAB III
HASIL PENELITIAN
OLEH : SURYA HADIDI
NIM : 208311125
KELAS: B EKSTENSI
BIODATA ANAK :
NAMA : ADI SYAHPUTRA GINTING
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
TT.LAHIR : MEDAN, 29 OKTOBER 2005
UMUR : 17 BULAN (SATU TAHUN 5 BULAN)
ANAK KE : TIGA DARI TIGA BERSAUDARA
BIODATA ORANGTUA ANAK:
NAMA
AYAH : DARSIM ANTONI GINTING
IBU : REHULINA BR SEMBIRING
PENDIDIKAN TERAKHIR
AYAH : S1
IBU : D3
PEKERJAAN ORANGTUA
AYAH : GURU
IBU : IBU RUMAH TANGGA
ALAMAT : POKOK MANGGA, PALES VII B. MEDAN
A. Semantik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007), Semantik adalah
1) ilmu tentang kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata.
2) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara.
Dalam kajian semantik bahasa anak dibawah 5 tahun, Definisi kata benda anak usia ini meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran ,warna dan bunyi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses.
“guguk” => menyatakan anjing(kt,benda) berdasarkan bunyi yang dikeluarkan
“bem-bem” => menyatakan motor/mobil(berdasarkan bunyi yang dikeluarkan)
“yang melah mau Oty” => ( Oky mau yang merah) menyatakan kata benda(celananya) berdasarkan warna
B. Daftar Kosa Kata yang Diucapkan
1. Mam = makan
2. Mimik = Minum
3. Wang = uang
4. seyibu = seribu
5. Sayatus = seratus
6. Buyung = burung
7. enjen = Jeni
8. Naik Kreta = Brum
9. Nana = Celana
10. cucu = Susu
11. Kerupuk = Keyupuk
12. Itan = Ikan
13. Puyang = Pulang
14. Joyok = jorok
15. boya = Bola
16. Bakco = Bakco
17. Cing = Kucing
C. Analisi Berdasarkan Semantik
1. Mam
Dari bahasa inggris artinya adalah ibu, tetapi segi semantic kata mam artinya adalah makan apabila diucapkan oleh seorang anak apabila ia merasa lapar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan ”mak mam” ibunya langsung mengambilkan makan kepada anaknya.
2. Mimik
Dari arti sebenarnya kata mimik ini adalah raut muka seseorang, tetapi Dari segi semantic kata mimik artinya adalah minum, apabila kata ini diucapkan seorang anak apabila dia haus. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan “mak mimik” dan ibunya langsung mengambilkan minum kepada anaknya.
3. Wang
Menurut penelitian saya terhadap seorang anak kata wang deri segi semantic berarti kata uang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak, pak wang seyibu ( meminta uang seribu kepada bapaknya)” bapaknya langsung mengasi uang seribu.
4. Seyibu
Dari segi semantik kata seyibu artinya adalah seribu apabila yang mengucapkan kata itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak, pak wang seyibu ( meminta uang seribu kepada bapaknya)” bapaknya langsung mengasi uang seribu.
5. Seyatus
Dari segi semantik kata seyatus artinya adalah seratus apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak seyatus “ ketika melihat uang seratus logam.
6. Buyung
Dari segi semantik kata buyung artinya adalah burung apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak tu buyung “ sambil menunjuk burung yang terbang.
7. Nana
Dari segi semantik kata nana artinya adalah celana apabila yang menyebutkannya adalah seorang anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “mak nana” sambil menunjuk celana dan ibunya mengambilkan celana.
8. Cucu
Dari segi semantik kata cucu artinya adalah susu apabila disebutka oleh anak-anak yang baru bias berbica bukan berarti cucu yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ mimic cucu” yang artinya minum susus.
9. Joyok
Dari segi semantik kata joyok adalah jorok yang apabila yang menyebutkannya adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ mak tangan iki joyok” dan langsung membersihkannya.
10. Olang
Dari segi semantik kata olang berarti menyebutkan kata orang. Ini hanya disebutkan oleh anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “pak olang mananya itu” anak itu bermaksud menyatakan orang.
11. Boya
Dari segi semantik kata boya artinya adalah bola apabila yang menyebutkannya itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak main boya” padahal maksunya adalah bermain bola.
12. Bakco
Dari segi semantik kata bakco artinya adalah bakso apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bisa berbicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ mak bli bakco sambil menunjuk bakso yang sebenarnya “
13. Pempuan
Dari segi semantik kata pempuan artinya adalah perempuan apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “pung pempuan datang” disebutakn oleh seorang anak yang situasinya ompung perempuannya datang.
14. Pung
Dari segi semantik kata pung adalah ompung apabila yang menyebutkan kata itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pung pempuan datang” disebutakn oleh seorang anak yang situasinya ompung perempuannya datang.
15. Cing
Kata cing dari segi semantik adalah kencing. Ini dapat terjadi karena anak yang saya teliti ketika ia ingin kencing selalau mengatakan cing, hal ini dapat dilihat dalam percakapan berikut:
Anak : “mak cing,cing!”
Ibu : (langsung membukakan celananya)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa:
1. Anak telah dapat memproduksi bentuk yang dekat bunyinya dengan bentuk orang dewasa dan dapat mengaitkan bentuk dengan makna meskipun kata-kata yang diucapkan masih belum sempurna.
2. Dari segi semantik bahwa kata-kata yang diucapkan anak yang umur 4 tahun kebawah masih terdapat penyimpangan makna. Dimana kata yang di ucapkan tidak sama dengan makna yang senenarnya.
3. Dalam penelitian tersebut diperoleh gambaran bahwa pada usia tersebut ada beberapa fonem yang belum sempurna diucapkan yaitu Fonem /r/ digantikan dengan fonem /l/, /ng/, hal tersebut disebabkan bahwa pada usia tersebut organ-organ penghasil tuturan terutama lidah belum sepenuhnya lentur.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Syahnan. 2010. Pemerolehan dan Pembelajaran bahasa. Bandung: Citapustaka Media Perintis
http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/
http://aiman-khairul.blogspot.com/2010/03/pada-dasarnya-seluruh-manusia-belajar.html
Dardjowidjojo, Soejono, Jaya Atma Unika.2003.Psikolinguistik.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/tahap pemerolehan bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerolehan_bahasa
Sabtu, 22 Januari 2011
Analisis Perkembangan Bahasa Anak Berdasarkan Semantik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
makasih ya,,membantu bnget makalahnya,,
merit casino【WG】freenxn
merit casino【WG】freenxn หาเงินออนไลน์ 【WG98.vip】⚡,freenxn 【WG98.vip】⚡,freenxn 메리트 카지노 주소 casino,freenxn casino,freenxn casino,freenxn 바카라 online casino,freenxn
Posting Komentar