NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks (lengkapnya: teks kesastraan), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu. Misalnya, untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, dan gaya bahasa di antara teks-teks yang dikaji. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya dan pada karya yang muncul kemudian.
Tujuan kajian interteks itu sendiri adalah untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap karya sastra. Penulisan dan pemunculan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur kesejarahannya sehingga memberi makna secara lebih lengkap jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan (Teeuw dalam Nurgiyantoro, 1995:50).
Masalah ada tidaknya hubungan antarteks ada kaitannya dengan niatan pengarang dan tafsiran pembaca. Dalam kaitan ini, Luxemburg (dalam Nurgiyantoro, 1995:50), mengartikan intertekstualitas sebagai : “kita menulis dan membaca dalam suatu ‘interteks’ suatu tradisi budaya, sosial dan sastra yang tertuang dalam teks-teks. Setiap teks bertumpu pada konvensi sastra dan bahasa dan dipengaruhi oleh teks-teks sebelumnya”.
Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya tak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks kesastraan yang ditulis sebelumnya. Dalam hal ini dapat diambil contoh, misalnya sebelum para penyair Pujangga Baru menulis puisi-puisi modernnya, di masyarakat telah ada berbagai bentuk puisi lama, seperti pantun dan syair, mereka juga berkenalan dengan puisi-puisi angkatan 80-an di negeri Belanda yang juga telah mentradisi.
Adanya karya-karya yang ditranformasikan dalam penulisan karya sesudahnya ini menjadi perhatian utama kajian intertekstual, misalnya lewat pengontrasan antara sebuah karya dengan karya-karya lain yang diduga menjadi hipogramnya. Adanya unsur hipogram dalam suatu karya, hal ini mungkin disadari atau tidak disadari oleh pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi hipogramnya mungkin berwujud dalam sikapnya yang meneruskan, atau sebaliknya, menolak konvensi yang berlaku sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengkajian Intertekstual Puisi
Kajian Intertekstual adalah kajian puisi dengan membandingkan dua puisi yang sezaman atau puiai dengan zaman yang berbeda.
Dalam kesustraan Indonesia, hubungan intertekstual antara suatu karya sastra dengan karya lain, baik antara karya sastra sezaman maupun antara satu zaman dengan zaman yang lain banyak terjadi. Misalnya antara karya-karya pujangga baru dengan karya-karya angkatan 45, atau pun dengan karya lain. Misalnya beberapa puisi Chairil Anwar mempunyai hubungan intertekstual dengan puisi-puisi Amir Hamzah. Hubungan intertekstual itu menunjukkan adanya pandangan hidup yang berlawanan. Misalnya ada intertekstual antara puisi ”Kusangka” dengan ”Penerimaan”.
Prinsip intertektualitas yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau tranformasi dari karya-karya yang lain. Masalah intertekstual lebih dari sekadar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya, baik berupa teks fiksi maupun puisi. Misalnya, sebagaimana dilakukan oleh Teeuw (1983:66-69) dengan membandingkan antara sajak Berdiri Aku karya Amir Hamzah dengan Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar. Pradopo membandingkan beberapa sajak yang lain dengan sajak-sajak Chairil, sajak Chairil dengan sajak Toto Sudarto Bakhtiar dan Ajip Rosyidi. Nurgiyantoro juga mencoba meneliti hubungan interteks antara puisi-puisi Pujangga Baru dengan Pujangga Lama.
Adanya hubungan intertekstual dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Pada dasarnya pembacalah yang menentukan ada atau tidaknya kaitan antara teks yang satu dengan teks yang lain itu. Unsur-unsur hipogram itu berdasarkan persepsi, pemahaman, pengetahuan, dan pengalamannya membaca teks-teks lain sebelumnya. Penunjukan terhadap unsur hipogram pada suatu karya dari karya-karya lain, pada hakikatnya merupakan penerimaan atau reaksi pembaca.
Memahami puisi ialah usaha menangkap maknanya ataupun usaha memberi makna puisi. Untuk itu perlulah konteks kesejarahan puisi itu diperhatikan. Dalam kaitannya dengan konteks kesejarahan ini, perlu diperhatikan prinsip intertektualitas, yaitu hubungan antara satu teks dengan teks lain. Berdasarkan prinsip intertekstualitas seperti yang dikemukakan oleh Riffaterre (dalam Pradopo, 2002: 227), puisi biasanya baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan puisi lain, baik dalam hal persamaannya atau pertentangannya.
Puisi baru dapat dipahami maknanya secara sepenuhnya setelah diketahui hubungannya dengan puisi lain yang menjadi latar penciptaannya. Misalnya, puisi itu diciptakan untuk menentang atau menyimpangi konvensi puisi sebelumnya, baik dalam struktur formal maupun pikiran yang dikemukakan. Dengan menjajarkan kedua puisi itu akan diketahui untuk apa karya sastra itu ditulis, yaitu untuk menentang, menyimpangi, ataupun meneruskan konvensinya. Di samping itu, suasana puisi akan menjadi lebih terang dan kiasan-kiasannya menjadi lebih dapat dipahami. Jadi, puisi yang dicipta kemudian itu dapat menjadi lebih terang arti dan maknanya jika dianalisis dengan cara membandingkan dengan puisi sebelumnya.
Prinsip intertekstualitas merupakan salah satu sarana pemberian makna kepada sebuah teks sastra (puisi). Hal ini mengingat bahwa sastrawan itu selalu menanggapi teks-teks sebelumnya. Dalam menanggapi teks-teks itu penyair mempunyai pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan konsep estetik sendiri yang ditentukan oleh horison harapannya, yaitu pikiran-pikiran, konsep estetik dan pengetahuan sastra yang dimilikinya (Pradopo, 2002: 228-229).
2) Hubungan Intertekstual Puisi
Hubungan intertekstualitas antara satu karya sastra dengan karya sastra yang lain dalam sastra Indonesia, baik antara karya sezaman maupun zaman sebelumnya banyak terjadi. Misalnya, dapat dilihat hubungan intertekstual antara karya-karya Pujangga Baru dengan Angkatan ‘45 ataupun dengan karya lain. Untuk memahami dan mendapatkan makna penuh sebuah puisi perlu dilihat hubungan intertekstual ini. Misalnya, beberapa puisi Chairil Anwar mempunyai hubungan intertekstual dengan sajak-sajak Amir Hamzah. Hubungan intertekstual ini menunjukkan adanya persamaan dan pertentangan dalam hal konsep estetik dan pandangan hidup yang berlawanan. Contoh puisi “Berdiri Aku” (Amir Hamzah) dengan “Senja di Pelabuhan Kecil” (Chairil Anwar), ”Kusangka” (Amir Hamzah) dengan ” Penerimaan” (Chairil Anwar), ”Dalam Matamu” (Amir Hamzah) dengan ”Sajak Putih” (Chairil Anwar), memiliki hubungan intertekstual.
Dengan mengutip pendapat Riffaterre, Teeuw (1983: 65-66) mengemukakan bahwa untuk memahami makna sebuah puisi secara penuh, maka orang perlu melihat intertekstualitas antara puisi yang diteliti dengan puisi yang mendahuluinya. Dengan landasan prinsip di atas,Teeuw membandingkan puisi Chairil Anwar ”Senja di Pelabuhan Kecil” dengan puisi Amir Hamzah”Berdiri Aku” yang merupakan hipogramnya. Dalam hal ini puisi”Berdiri Aku” ditanggapi atau ditransformasikan Chairil Anwar dengan sikapnya yang berbeda dalam menanggapi senja di pantai. Amir Hamzah menggunakan pandangan yang romantis, berdiri terpesona di tengah alam yang maha indah dan tenteram. Sebaliknya, Chairil Anwar menanggapi senja di pantai dengan pandangan yang realistis, dengan gambaran keadaan yang muram, penuh kegelisahan, dan tidak sempurna (Teeuw,1983; 68).
Berikut ini disajikan hubungan intertekstualitas puisi ”Kusangka” Karya Amir Hamzah dengan puisi”Penerimaan’ ‘ Karya Chairil Anwar.
KUSANGKA
Kusangka cempaka kembang setangkai
Rupanya melur telah diseri…..
Hatiku remuk mengenangkan ini
Wasangka dan was-was silih berganti.
Kuharap cempaka baharu kembang
Belum tahu sinar matahari…..
Rupanya teratai patah kelopak
Dihinggapi kumbang berpuluh kali.
Kupohonkan cempaka
Harum mula terserak…..
Melati yang ada
Pandai tergelak…..
Mimpiku seroja terapung di paya
Teratai putih awan angkasa…..
Rupanya mawar mengandung lumpur
Kaca piring bunga renungan…..
Igauanku subuh, impianku malam
Kuntum cempaka putih bersih…..
Kulihat kumbang keliling berlagu
Kelopakmu terbuka menerima cembu.
Kusangkau hauri bertudung lingkup
Bulumata menyangga panas Asmara
Rupanya melati jangan dipetik
Kalau dipetik menguku segera.
Amir Hamzah (Pradopo, 2002:232-233)
PENERIMAAN
Kalau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Chairil Anwar (Pradopo, 2002: 233)
Puisi/sajak Chairil Anwar itu merupakan penyimpangan atau penolakan terhadap konsep estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Demikian halnya dengan pandangan romantik Amir Hamzah ditentang dengan pandangan realistis Chairil Anwar.
Keenam bait sajak “Kusangka” menunjukkan kesejajaran gagasan. Sesuai dengan zamannya, Amir Hamzah mempergunakan ekpresi romantik dengan cara metaforis-alegoris, membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetaforakan sebagai bidadari (hauri) dan merpati.
Berdasarkan keenam bait itu dapat disimpulkan bahwa penyair (si aku) mencintai gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sudah tidak suci lagi karena sudah dijamah oleh pemuda-pemuda lain. Hal ini tampak pada bait /rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi kumbang berpuluh kali / kulihat kumbang keliling berlagu / kelopakmu terbuka menerima cembu /.
Chairil Anwar dalam menanggapi gadis (wanita) yang sudah tidak murni lagi, sangat berlawanan dengan sikap Amir Hamzah. Ia tidak berpandangan realistis. Si ‘aku’ mau menerima kembali wanitanya (kekasihnya, isterinya) yang barangkali telah menyeleweng, meninggalkan si ‘aku’ atau telah berpacaran dengan laki-laki lain, asal si wanita kembali kepada si aku hanya untuk si ‘aku’ secara mutlak.
Chairil Anwar mengekpresikan gagasannya secara padat. Untuk memberikan tekanan pentingnya inti persoalan, bait pertama diulang dengan bait kelima, tetapi dengan variasi yang menyatakan kemutlakan individualitas si ‘aku’. Dengan cara seperti itu, secara keseluruhan ekspresi menjadi padat dan tidak berlebih-lebihan.
Dalam penggunaan bahasa Chairil Anwar juga masih sedikit romantik. Hal ini mengingatkan gaya sajak yang menjadi hipogramnya. Ia membandingkan wanita dengan bunga (kembang). Wanita yang sudah tidak murni itu diumpamakan oleh Chairil Anwar sebagai bunga yang sarinya sudah terbagi / bak kembang sari sudah terbagi / yang dekat persamaannya dengan Amir Hamzah: / rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi kumbang berpuluh kali /.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Chairil Anwar mempergunakan bahasa sehari-hari dengan gaya ekspresi yang padat. Hal ini sesuai dengan sikapnya yang realistis (Pradopo, 2002: 232-235).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis dan interpretasi puisi di atas hanyalah berupa awal bagaimana sebuah puisi ditafsirkan. Tentu masih banyak model analisis puisi yang ditawarkan para ahli. Namun, satu hal yang harus diingat, pemilihan model analisis harus disesuaikan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh interpreter. Pemahaman awal tentang konsep dasar model analisis yang akan digunakan akan sangat membantu interpreter dalam menganalisis dan menginterpretasikan puisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sumber : http//www.google.com
Sumber : http://gemasastrin.wordpress.com/2008/11/03/beberapa-model-interpretasi
dan-pengkajian-teks-puisi/
Senin, 31 Januari 2011
Kajian Intertekstual Puisi “Kusangka” dengan “Penerimaan”
Rabu, 26 Januari 2011
Analisis Gaya Bahasa Pada Drama "Lukisan Masa" Karya Armijn Pane
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya.
Pengertian dari suatu gaya bahasa diungkapkan oleh Sujiman dalam bukunya Kamus Istilah Sastra yaitu suatu ungkapan yang mengungkapkan makna kiasan (Sujiman, 1986 : 48). Dengan melihat pengertian di atas jelaslah diungkapkan bahwa ungkapan yang disebut gaya bahasa ini yaitu semua jenis ungkapan yang digunakan untuk mengungkapkan segala sesuatu dengan makna kias.
Dengan melihat pengertian tersebut di atas kita dapat menarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang dikandung oleh suatu ungkapan yang disebut gaya bahasa ini. Suatu gaya bahasa mempunyai ciri umum bahwa suatu gaya bahasa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan makna kias. Selain itu suatu gaya bahasa tentu saja harus berupa suatu ungkapan bahasa yang bergaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang “Lukisan Masa”
Armijn Pane adalah seorang pengarang, dan juga seorang pendiri majalah Poedjangga Baroe. Ia pun telah banyak memberikan jasa-jasanya dalam perkembangan dunia kesusastraan Indonesia di tahun 1940-an.
Dilahirkan di Muara Sipongi Tapanuli Selatan pada 18 Agustus 1908. Bakat mengarang ini diwarisinya dari ayahnya Sutan Pengurabaan. Dari delapan bersaudara dua orang mewarisi bakat ayahnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane.
Adapun hasil karya Armijn Pane antara lain, Belenggu karyanya ini ditulis pada tahun 1940. Jiwa Berjiwa yang diorbitkan sebagai salah satu nomor khusus Pujangga Baru pada tahun 1939, Gamelan Jiwa tahun 1960. Karya-karya yang berupa drama atau sandiwara adalah Jinak-Jinak Merpati tahun 1953, Lenggang Kencana tahun 1937, Lukisan Masa tahun 1937, dan Ratna tahun 1943 yang merupakan karya saduran dari buku Nora, karya Ibsen. Kisah Antara Manusia tahun 1952 adalah buku kumpulan cerita pendeknya. Kemudian buku pelajaran, Tujuan Hidup (BPII) Sebuah Buku Tinjauan Tentang Sastra Indonesia Modern yang ditulis dalam bahasa Belanda dengan judul Kort Overzicht Van de Modern Indonesiche Literatuur tahun 1949, Membangun Hari Kedua tahun 1956 yang merupakan karya terjemahan dari roman karya Ilya Ehrenburg. Sajak-sajak Muda Mr. Mohammad Yamin tahun 1954, Jalan Sejarah Dunia tahun 1953, Habis Gelap Terbitlah Terang tahun 1953 yang merupakan terjemahan dari surat-suratnya R.A. Kartini yang dibukukan oleh Mr. Abendanon dalam bukunya Van Duisternis to Licht, dan Mencari Sendi-Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia tahun 1950 ini adalah buku pelajaran mengenai bahasa Indonesia.
Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang memiliki muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya Rustam Effendi yang berjudul Bebasari.
Pada periode kebangkitan, tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis. Sastrawan pada masa ini adalah sebagai berkut
1. Rustam Efendi, karyanya Bebasari
2. Muhammad Yamin, karyanya Ken Arok dan Ken Dedes , Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
3. Sanusi Pane, karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru
4. Armin Pane, karyanya Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu
B. Tokoh-Tokoh “Lukisan Masa”
Suparman : bekas mahasiswa di Rotterdam, pengangguran
Harsini : tunangan Suparman, guru
Kartono : adik Harsini, murid sekolah NIAS
Martono : pegawai magang pada sebuah kantor gubernemen
Suratman : lepasan HIK, penganggur
Sarti : kawan Harsini
Mr. Abutalib : buami Sarti
Puspohadi : bapak Harsini
Istri Puspohadi
Dr. Sumarjo : bapak Sarti
Bujang Laki-laki
C. Sinopsis “Lukisan Masa”
Suparman merupakan tokoh yang paling ditonjolkan dalam drama ini. Suparman dikisahkan sebagai seorang pemuda yang pernah mengikuti perkuliahan sebagai mahasiswa di Rotterdam, namun walaupun telah tamat kuliah Suparman tidak mendapatkan pekerjaan sehingga Suparman merasa psismis dan selalu merendahkan dirinya sebagai orang yang tidak berguna. Akibat dari perasaan dirinya yang selalau merendah diri dia berniat memutuskan tunangannya dengan Harsini karena merasa malu dan putus asa tidak mendapatkan pekerjaan. Berbeda dengan Harsini yang mendapatkan pekerjaan yang menjadi Guru. Harsini sudah berusaha meyakinkan Suparman untuk melanjutkan pertunangan mereka karena ketulusan cinta Harsini kepada Suparman.
Namun Suparman tetap bersih hati untuk memutuskan pertunangan mereka karena Suparman tidak mau bila menikah nanti dia hidup dari gaji istrinya yaitu Harsini yang bekerja sebagai guru.
Kartono adik Harsini menjadi tempat Suparman untuk mencurahkan hatinya yang telah merasa malu dan rendah. Kartono juga sebagai teman Suparman memberikan pengertian bahwa kakaknya Harsini sangat mencintainya apa adanya.
Dalam kisah drama juga terdapat gambaran kehidupan dari setiap zaman yang berbeda dengan adat dan kebudayaan masing-masing umur. Di dalam kisah ini mengisahkan kehidupan para pemuda-pemuda yang selalu ingin menikah tapi belum bekerja atau pengangguran.
Seperti kisah Pemuda Suratman yang juga teman Kartono, Suratman adalah pemuda lepasan HIK. Namun karena keadaan lingkungan dia tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran. Walapun dia belum mendapatkan pekerjaan dia tetap mnginginkan unutk menikah begitu juga dengan Bujang Laki-Laki lainnya.
Berbeda dengan Suratman, ada seorang pemuda yang bernama Martono yang sudah bekerja sebagai pegawai magang pada sebuah kantor gubernemen. Walaupun dia sudah bekerja dia belum mau untuk menikah.
Kisah drama karya Armijn Pane ini juga mengisahkan perbedaan masa muda sekarang dengan masa muda Orang Tua. Seperti Orang tua Harsini dan Kartono yaitu Bapak Puspohadi dan Istrinya. Mereka berteman dengan seorang dokter yang bernama Dr. Sumarjo. Di dalam drama tersebut dikisahkan mereka membandingkan masa muda mereka dengan masa anak muda yang sekarang yang kebanyakan pengangguran tetapi sudah ingin kawin.
Anak Dr. Sumarjo yang sekaligus teman dekat Harsini yang bernama Sarti yang juga bekerja sebagai guru sama seperti Harsini. Sarti sudah dinikahi oleh seorang pemuda yang bernama Mr. Abutalib. Namun sayang Mr. Abutalib menikah dengan Sarti ketika Mr. Abutalib masih sekolah. Setelah Mr. Abutalib selesai sekolah dia tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran sehingga dia dan istrinya tinggal di rumah mertuanya Dr. Sumarjo.
Diakhir kisah drama ini Suparman yang sudah merasa malu, hampa, dan merendahkan diri. Dia mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan pertunangannya dengn Harsini. Walaupun hatinya sedih dia yakin itu sebagai keputusan yang baik karena juga untu masa depan Harsini yang cerah. Diakhiri dengan bersalaman antara Suparman dan Harsini maa draman ini pun selesai.
D. Gaya Bahasa “Lukisan Masa”
1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
TONIL IV
Suparman : (Berhenti, lalu memandang arah Harsini) Baik juga kita
bertemu. (Dia berhenti sebentar lalu sikapnya tegap berani) Ni, baik juga aku berkata terus terang. Sudah lama kupikir-pikir. Ni, baiklah kita mengubah janji kita yang dahulu.
(Harsini memandangnya dengan terkejut. Lalu kemudian tertawa).
Suparman : (Dengan sungguh-sungguh) Engkau tertawa? Ni, dengarlah.
Aku berkata dengan sungguh-sungguh. Aku tiada berpengharapan.
Harsini : (Dengan mengolok-olok) Lalu?
Suparman : Baiknya kita memutuskan percintaan kita.
2. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat.
TONIL I
Kartono : Berjanjilah kau datang besaok.
Suparman : Besok ?
Kartono : Ya, besok!
3. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
TONIL III
Martono : Dan anak gadis zaman sekarang tinggi-tinggi pula
kehendaknya. Betul-betul. Sekarang lebih baik jangan mengikat anak gadis dengan janji. Janji itu mudah terlepas dengan tiada sekehendak hati.
4. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
TONIL III
Martono : Tiada mudah mengubahnya. Tiada sembarang orang ada
tenaganya dan cakap mengubah.
5. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
TONIL III
Kartono : Mereka puji-memuji, katanya, “rekan” si Anu pintar.
6. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
TONIL III
Martono : Mana pula mungkin ? mereka ini melihat ke atas, hendak
dengan akademisi, meester, dokter, insinyur, entah apa lagi, atau yang sudah banyak gaji.
7. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
TONIL IV
Suparman : Sebetulnya aku tidak hendak datang ke sini. Entah apa
sebabnya, aku datang juga. Sebetulnya aku jangan datang lagi, tapi aku terarus juga datang ke sini. Sebagai daun tua aku ini, tiada berdaya, deiembus-embuskan angin. Dahulu aku daun muda, teguh bertangkai; pohon muda.
8. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
TONIL IV
Suparman : Kami tiada terhitung lagi. Kami entah, No, padi diantara
beras, harus dicampakkan tiada berharga, No. Kalau baanyak entah, barangkali masih boleh jadi makanan ayam.
9. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
TONIL I
Suparman : Beberapa kali aku tegak di tepi pantai laut di Tanjung Priok,
terang bulan, banyak orang di sana bersenang-senang. Aku tegak, menduga dalam air dengan mataku.
10. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
TONIL II
Puspohadi : Zaman maju kata orang; rupanya mundur juga
Dr. Sumarjo : Sekarang, tiada gaji, mau hidup besar.
Puspohadi : Sebenarnya salah kita juga. Kita didik dia hidup besar.
Dr. Sumarjo : Disekolahkan, habis sekolah menganggur. Kita orang tua
yang terus membantu. Tiada disekolahkan, semakin celaka lagi. Tapi.... Eh, sudah laat, lihat pasien lagi.
11. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
TONIL III
Kartono : Cuma seperti menggantung asap saja, cuma jempol di angan
angannya saja.
12. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
TONIL III
Kartono : Katakan saja terus terang; kepada uang!
Harsini : Jadi cinta yang dibeli. Ada kubaca, sebutan orang Jakarta,
Lupa lagi...
13. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
TONIL III
Harsini : Sedihnya, girangnya, lebih-lebih lagi perjuangannya dengan
dirinya sendiri, kurang diperhatikan orang. Ya benar, hakikatnya perjuangan Kartini ialah perjuangan dengan diri sendiri.
14. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri.
TONIL I
Dr. Sumarjo : Jangan lagi saya ini. Coba, kemarin Sarti mengatakan: “Pak,
ganti mobilnya. Beli model 1937, terraplane, Pak. Saya malu duduk dalam mobil yang begini”. Coba pikir.... maunya tentu dibeli buat dia oto baru.
TONIL III
Martono : Kolot? Modern! Coba pikir, apa perlunya perempuan bekerja
sendiri. Pekerjaan sudah sedikit, lalu perempuan menjadi concurrent pula.
15. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?
TONIL III
Sarti : (Tersenyum) Kalau dikata, lakiku ini bukan main manisnya.
16. Sinisme
Adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
TOLIN III
Harsini : Sebentar saja bercerai, sudah rindu-rinduan.
TOLIN II
Istri Puspohadi : Ah, lupa menyuguh wedang lagi.
Dr. Sumarjo : Karena memikirkan zaman modern ini!
17. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
TONIL III
Harsini : Masih ada juga laki-laki yang sekolot ini.
BAB III
PENUTUP
Suatu gaya bahasa mempunyai ciri umum bahwa suatu gaya bahasa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan makna kias. Selain itu suatu gaya bahasa tentu saja harus berupa suatu ungkapan bahasa yang bergaya. Gaya bahasa juga mencerminkan dari ciri khas pengarang yang menulis dengan sepenuh hatinya dengan memilih gaya bahasa yang begitu indah.
Gaya bahasa yang digunakan oleh Armijn Pane dalam karya drama atau sandiwara “Lukisan Masa” tema dan motif lakonnya masih sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis. Karya drama “Lukisan Masa” ini diterbitkan dalam majalah Pujangga baru yaitu pada tahun 1937. Sehingga karya drama “Lukisan Masa” ini masih tergolong dalam periode kebangkitan.
DAFTAR PUSTAKA
Pane, Armijn. 1937. Lukisan Masa. Majalah Pujangga Baru
Sumber : http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/armijnpane.html
Sumber : http://www.crayonpedia.org/mw/Pembahasan_Pementasan_Drama_9.2
Sumber : http://daudp65.byethost4.com/ssastra/ssastra5.html
Sabtu, 22 Januari 2011
Analisis Perkembangan Bahasa Anak Berdasarkan Semantik
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.
Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana bahasa bisa digunakan untuk berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori .
Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja ia dapat mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan keinginannya.
Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara.
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk membedakan makna.
Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas.
1. Bagaimana perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi ?
2. Bagaimana kata-kata pertama yang digunakan dalam bahasa anak ditinju dari segi semantik ?
3. Bagaimana perkembangan kosa kata yang cepat dalam pembentukan kalimat awal ?
4. Mengapa dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan ?
5. Apakah pemerolehan semantik berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan ?
C. Tujuan Penelitian
Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi menjadi salah satu tujuan yang penting dalam membahas aspek perkembangan bahasa anak yang ditinjau darisegi semantik.
Berikut beberapa tujuan yang menjadi tujuan penulisan:
1. Mengetahui perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi.
2. Membahas proses percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan.
3. Mengetahui pemerolehan semantik berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan.
D. Manfaat Penelitian
Selama usia pra sekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem semantik tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan kata mana yang dipakai untuk membedakan makna.
Berikut beberapa manfaat yang didapat dari penulisan ini
1. Memberikan pengetahuan bahwa perkembangan bahasa anak di bidang semantik memberikan makna yang berbeda.
2. Mampu menginterpretasikan perkembangan bahasa anak sebagai komunikasi yang dimengerti dalam semantik.
3. Memberikan komunikasi timbal balik yang saling dimengerti sesuai dengan teori.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Proses Fisiologi Bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Proses reseptif – Proses dekode
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan.
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.
Proses ekspresif – Proses encode
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.
B. Perkembangan Bahasa pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun
Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf. Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan.
Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu anak mengatur kerangka kerja otak.
Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara.31,32 Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.
Tahap perkembangan bahasa di atas hampir sama dengan pembagian menurut Bzoch yang membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.
1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan. Periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata-kata pertama : transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.
4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang dewasa. 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya.
C. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan 5 kata perhari di usia 18 bulan sampai 6 tahun.Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat di usia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima.
Proses pemerolehan bahasa merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kemampuan bahasa setiap individu. Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya( Abdul Chaer, 2005:161). Proses pemerolehan bahasa inilah yang menentukan kemampuan setiap individu dalam menguasai bahasa pertamanya. Setiap anak mengalami perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya setiap anak yang normal mulai berbicara antara umur dua puluh sampai dua puluh delapan bulan. Hal tersebut terjadi karena organ-organ bicara yang dimiliki setiap anak sudah mulai berkembang dan terprogram untuk memperoleh bahasa. Salah satu bidang bidang pemerolehan bahasa pada anak menyangkut bidang semantis. Bidang semantik meliputi kemampuan anak dalam memahami ujaran lawan bicaranya. seperti kemampuan memahami kata yang di ucapkan oleh lawan bicaranya. Salah satu golongan kosakata yang dikuasai oleh anak adalah golongan kelas kata nomina terutama yang akrab dengan tempat tinggalnya.
Beberapa peneitian tentang pemerolehan bahasa anak sudah banayak dilakukan, diantaranya oleh Soejono Dardjowidjojo, beliau melakukan penelitian terhadap cucunya yang bernama Echa. Penelitian yang dilakukannya bersifat longitudinal(dari satu waktu ke waktu yang lain/berkelanjutan). Hasilnya menekankan bahwa jadwal kemunculan bunyi adalah jadwal biologis dan bukan kronologis. Menurutna mugkin saja seorang anak mampu mengucapkan bunyi /r/ jauh lebih awal dari umur 49 bulan seperti yang dinyatakan oleh Jacobson. Selain itu menurut beliau bahwa dari mulai usia dua tahun seorang anak sudah mampu memahami beberapa kosa kata yang di ucapkan lawan bicaranya. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami suatu tuturan tergantung perkembangan psikologis anak. Namun terkadang walaupun mereka sudah memahami sebuah kosakata ketika mereka mengucapkannya kata yang mereka ucapkan mengalami pergeseran sehingga tidak sesuai dengan acuan(referentnya).
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Kontempasi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performasi yang terdiri dari dua buah proses yakni proses pemahaman dan proses penerbitran atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian mengamati atau keampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar . Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau meneritkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua jenis proses proses kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan linguistik kanak-kanak itu. Jadi kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan atau menerbitkan kalimat-kalimat baru.
Melaui bahasa, seorang anak belajar untuk menjadi “angota masyarakat”. Bahasa pertama(B1) menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian dan sebagainya, dalam bentuk-bentuk bahasa yang dianggap wajar oleh anggota-angota masyarakat di mana anak itu tinggal. Sebelum mampu memahami tuturan lawan bicaranya secara sempurna, sejak usia satu tahun seorang anak mulai belajar memahami tuturan lawan biaranya dalam bentuk yang sederhana. Biasanya mereka mulai memahami kosakata yang diujarkan lawan bicaranya yang berkategori nomina seperti kata mamah, bapa, baju, domba, dsb. Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuk-bentuknya benar bukan, ini belum berarti ia telah menguasai bahasa pertamanya itu, karena dapat saja ia memberi arti yang lain pada kalimat-kalimat yang diucapkanya itu. Namun sebaliknya ada juga kecendurungan, walaupun seorang anak sudah memahami tentang arti suatu kata tetapi ia mengucapkan kosa kata tersebut menjadi berbeda atau tidak sesuai dengan kosakata yang sebenarnya. Contohnya ketika peneliti menunjukan sebuah benda yang disebut sepatu, anak tersebut tidak mengucapkan sapatu(sepatu) tetapi dia mengucapkan kata sopato. Padahal si anak sudah mengetahui bahwa benda yang ditunjukan adalah sapatu, keterpahaman itu ditunjukkan ketika suatu saat ditanyakan kembali si anak mengucapkan kata sapatu. Dalam hal ini terjadi penyimpanagan tuturan karena kosakata yang di ucapkan tidak sesuai dengan dengan referentnya(acuannya).
Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian dan lokasi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat, dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk
BAB III
HASIL PENELITIAN
OLEH : SURYA HADIDI
NIM : 208311125
KELAS: B EKSTENSI
BIODATA ANAK :
NAMA : ADI SYAHPUTRA GINTING
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
TT.LAHIR : MEDAN, 29 OKTOBER 2005
UMUR : 17 BULAN (SATU TAHUN 5 BULAN)
ANAK KE : TIGA DARI TIGA BERSAUDARA
BIODATA ORANGTUA ANAK:
NAMA
AYAH : DARSIM ANTONI GINTING
IBU : REHULINA BR SEMBIRING
PENDIDIKAN TERAKHIR
AYAH : S1
IBU : D3
PEKERJAAN ORANGTUA
AYAH : GURU
IBU : IBU RUMAH TANGGA
ALAMAT : POKOK MANGGA, PALES VII B. MEDAN
A. Semantik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007), Semantik adalah
1) ilmu tentang kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata.
2) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara.
Dalam kajian semantik bahasa anak dibawah 5 tahun, Definisi kata benda anak usia ini meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran ,warna dan bunyi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses.
“guguk” => menyatakan anjing(kt,benda) berdasarkan bunyi yang dikeluarkan
“bem-bem” => menyatakan motor/mobil(berdasarkan bunyi yang dikeluarkan)
“yang melah mau Oty” => ( Oky mau yang merah) menyatakan kata benda(celananya) berdasarkan warna
B. Daftar Kosa Kata yang Diucapkan
1. Mam = makan
2. Mimik = Minum
3. Wang = uang
4. seyibu = seribu
5. Sayatus = seratus
6. Buyung = burung
7. enjen = Jeni
8. Naik Kreta = Brum
9. Nana = Celana
10. cucu = Susu
11. Kerupuk = Keyupuk
12. Itan = Ikan
13. Puyang = Pulang
14. Joyok = jorok
15. boya = Bola
16. Bakco = Bakco
17. Cing = Kucing
C. Analisi Berdasarkan Semantik
1. Mam
Dari bahasa inggris artinya adalah ibu, tetapi segi semantic kata mam artinya adalah makan apabila diucapkan oleh seorang anak apabila ia merasa lapar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan ”mak mam” ibunya langsung mengambilkan makan kepada anaknya.
2. Mimik
Dari arti sebenarnya kata mimik ini adalah raut muka seseorang, tetapi Dari segi semantic kata mimik artinya adalah minum, apabila kata ini diucapkan seorang anak apabila dia haus. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan “mak mimik” dan ibunya langsung mengambilkan minum kepada anaknya.
3. Wang
Menurut penelitian saya terhadap seorang anak kata wang deri segi semantic berarti kata uang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak, pak wang seyibu ( meminta uang seribu kepada bapaknya)” bapaknya langsung mengasi uang seribu.
4. Seyibu
Dari segi semantik kata seyibu artinya adalah seribu apabila yang mengucapkan kata itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak, pak wang seyibu ( meminta uang seribu kepada bapaknya)” bapaknya langsung mengasi uang seribu.
5. Seyatus
Dari segi semantik kata seyatus artinya adalah seratus apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak seyatus “ ketika melihat uang seratus logam.
6. Buyung
Dari segi semantik kata buyung artinya adalah burung apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak tu buyung “ sambil menunjuk burung yang terbang.
7. Nana
Dari segi semantik kata nana artinya adalah celana apabila yang menyebutkannya adalah seorang anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “mak nana” sambil menunjuk celana dan ibunya mengambilkan celana.
8. Cucu
Dari segi semantik kata cucu artinya adalah susu apabila disebutka oleh anak-anak yang baru bias berbica bukan berarti cucu yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ mimic cucu” yang artinya minum susus.
9. Joyok
Dari segi semantik kata joyok adalah jorok yang apabila yang menyebutkannya adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ mak tangan iki joyok” dan langsung membersihkannya.
10. Olang
Dari segi semantik kata olang berarti menyebutkan kata orang. Ini hanya disebutkan oleh anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “pak olang mananya itu” anak itu bermaksud menyatakan orang.
11. Boya
Dari segi semantik kata boya artinya adalah bola apabila yang menyebutkannya itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pak main boya” padahal maksunya adalah bermain bola.
12. Bakco
Dari segi semantik kata bakco artinya adalah bakso apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bisa berbicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ mak bli bakco sambil menunjuk bakso yang sebenarnya “
13. Pempuan
Dari segi semantik kata pempuan artinya adalah perempuan apabila yang menyebutkannya adalah anak-anak yang baru bias bicara. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “pung pempuan datang” disebutakn oleh seorang anak yang situasinya ompung perempuannya datang.
14. Pung
Dari segi semantik kata pung adalah ompung apabila yang menyebutkan kata itu adalah seorang anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan percakapan “ pung pempuan datang” disebutakn oleh seorang anak yang situasinya ompung perempuannya datang.
15. Cing
Kata cing dari segi semantik adalah kencing. Ini dapat terjadi karena anak yang saya teliti ketika ia ingin kencing selalau mengatakan cing, hal ini dapat dilihat dalam percakapan berikut:
Anak : “mak cing,cing!”
Ibu : (langsung membukakan celananya)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa:
1. Anak telah dapat memproduksi bentuk yang dekat bunyinya dengan bentuk orang dewasa dan dapat mengaitkan bentuk dengan makna meskipun kata-kata yang diucapkan masih belum sempurna.
2. Dari segi semantik bahwa kata-kata yang diucapkan anak yang umur 4 tahun kebawah masih terdapat penyimpangan makna. Dimana kata yang di ucapkan tidak sama dengan makna yang senenarnya.
3. Dalam penelitian tersebut diperoleh gambaran bahwa pada usia tersebut ada beberapa fonem yang belum sempurna diucapkan yaitu Fonem /r/ digantikan dengan fonem /l/, /ng/, hal tersebut disebabkan bahwa pada usia tersebut organ-organ penghasil tuturan terutama lidah belum sepenuhnya lentur.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Syahnan. 2010. Pemerolehan dan Pembelajaran bahasa. Bandung: Citapustaka Media Perintis
http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/
http://aiman-khairul.blogspot.com/2010/03/pada-dasarnya-seluruh-manusia-belajar.html
Dardjowidjojo, Soejono, Jaya Atma Unika.2003.Psikolinguistik.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/tahap pemerolehan bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerolehan_bahasa
Minggu, 11 April 2010
CARA MUDAH MEMBANGUN JARINGAN LAN
CARA MUDAH MEMBANGUN JARINGAN LAN
Jaringan Komputer
Saat ini, banyak orang yang memiliki dua komputer atau lebih, terutama bila membeli komputer baru yang lebih canggih, sedangkan komputer lama masih bisa di pakai. Komputer bias berupa komputer desktop, laptop/notebook, dan Personal Digital Assistant (PDA).
Dua unit komputer dapat dihubungkan menjadi sebuah jaringan komputer. Komputer yang terhubung dengan jaringan akan memberikan manfaat yang lebih banyak. Yaitu Berbagi file antar komputer, berbagi perangkat keras, seperti printer atau CDRoom, bermain game multi-player, dan berbagi koneksi internet merupakan beberapa contoh mamfaat dari jaringan komputer.
Disini saya akan menjelaskan definisi jaringan komputer, perkembangan jaringan komputer, system operasi yang mendukung jaringan komputer, dan manfaat jaringan komputer.
I. Definisi Jaringan Komputer
1. Jaringan komputer adalah suatu system yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Komputer, printer, atau perangkat keras yang terhubung dengan jaringan dikenal dengan istilah node.
2. Jaringan komputer yang paling sederhana, terdiri dari dua buah node. Jaringan tersebut dapat disusun oleh hubungan dua bauh komputer atau perangkat keras.
II. Topologi Jaringan Komputer
1. Topologi adalah cara menghungkan sebuah komputer dengan komputer lainnya hingga membentuk sebuah jaringan. Topologi yang paling sederhana adalah topologi Point to Point. Topologi ini digunakan untuk menghubngkan dua buah titik pada suatu jaringan.
2. Topologi Line merupakan pengembangan dari Topologi Point to Point. Komputer yang telah terhubung dalam jaringan point to point di sambungkan kembali hingga membentuk susunan seperti sebuah garis.
3. Topologi Bus merupakan topologi dimana semua node dihubungkan melalui dua buah ujung. Pada kedua ujung kabel di pasang suatu perangkat yang berfungsi untuk mencegah hilangnya sinyal pada kabel. Perangkat tersebut dikenal dengan istilah Terminator.
Keuntungan penggunaan topologi ini adalah strukturnya yang sederhana dan membutuhkan sedikit kabel.
Kelemahan topologi ini adalah sulitnya mengisolasi kesalahan jaringan dan padatnya lalu-lintas data dalam jaringan. Jaringan dengan topologi ini membutuhkan repeater untuk jarak kabel yang jauh. Jika ada suatu node yang terputus, seluruh jaringan akan putus total.
4. Topologi Ring adalah suatu cara menghubungkan komputer sehingga membentu ring (lingkaran). Topologi Ring yang berupa lingkaran membuat data dikirim ke setiap node dalam jaringan. Informasi yang diterima oleh suatu node akan diperiksa terlebih dahulu, apakah data itu ditujukan untuk node tersebut atau bukan. Penggunaan topologi ini mampu menghemat penggunaan kabel. Kerugian penggunaan topologi Ring adalah peka kesalahan dan pengembangan jaringan lebih kaku.
5. Topologi Star merupakan topologi dimana semua node dihubungkan melalui suatu node secara terpusat. Titik pusat jaringan ini atau concentrator berupa suatu Hub atau Switch. Semua data yang ditransmisikan antar node dalam topologi star memberikan keuntungan berupa control yang terpusat pada satu titik. Perubahan atau gangguan pada suatu node tidak akan mengganggu kelancaran jaringan secara keseluruhan. Namaun kelemahan topologi ini ada pada titik pusat jaringan. Jika perangkat concentrator mengalami kerusakan, seluruh node dalam jaringn juga akan terganggu.
III. Jenis - Jenis jaringan Komputer
1. Local Area Network (LAN) merupakan jaringan yang bersifat pribadi atau lokal. Jaringan ini umumnya digunakan dalam lingkup yang kecil, seperti dalam suatu kantor atau kampus. Penggunaan jaringan LAN bertujuan untuk berbagi sumber daya (resource sharing) atau bertukar informasi.
2. Metropolitan Area Network (MAN) sesungguhnya merupakan jaringan komputer dengan ukuran menengah. Jaringan MAN seringkali tersusun oleh gabungan beberapa buah LAN di dalamnya. Jaringan MAN umumnya digunakan untuk menghubungkan jaringan LAN antar gedung atau kampus.
3. Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan komputer dengan ukuran yang sangat besar. Jaringan WAN menghubungkan jaringan – jaringan MAN menjadi suatu jaringan besar dengan berbagai macam layanan didalamnya. Jarring WAN dapat mencakup wilayah geografis yang sangan luas, bahkan dapat menghubungkan jaringan komputer antar Negara. Jaringan Internet dapat dikatagorikan sebagai jaringan WAN.
IV. Mamfaat Penggunaan Jaringan Komputer
4. Resource sharing atau berbagi sumber daya. Komputer – komputer yang terhubung dalam jaringan dapat menggunakan sumber daya yang ada secara bersama-sama. Misalnya, berbagi file antar komputer, berbagi peripheral, seperti printer Atau CD-Room, bermain multiplayer game, bahkan berbagi koneksi internet.
5. Reliabilitas tinggi. Dengan jaringan komputer, data-data penting dapat disimpan dibeberapa computer yang terkoneksi dalam jaringan. Sehingga apabila ada komputer yang rusak maka salinan di komputer yang lain dapat digunakan.
6. Memperkecil Jarak. Jaringan komputer membuat seseorang yang berada ribuan kilometer dapat bercakap-cakap dan saling tukar-menukar data.
Perangkat Keras Jaringan
Instalansi jaringan komputer menuntut ketersediaan perangkat keras, seprti kartu jaringan, kabel jaringan, konektor RJ45, Ethernet Hub, Modem, dan Router. Kebutuhan akan perangkat ini tergantung dari desain dan fungsi jaringan komputer yang akan dibangun. Untuk mambangun jaringan komputer saja. Anda membutuhkan kartu jaringan, kabel, konektor RJ45 dan Ethernet Hub. Moden dan Router dibutuhkan jika jaringan komputer yang dibangun akan dihubungkan dengan internet atau dengan jaringan komputer yang berbeda.
I. Kartu Jaringan
1. Kartu Jaringan atau network card atau LAN Card merupakan perangkat yang berfungsi menghubungkan komputer melalui jaringan komputer. Teknologi yang digunakan pada kartu jaringan adalah teknologi Ethernet, sehingga perangkat ini juga disebut Ethernet Adapter. Kartu jaringan dipasang pada slot PCI atau ISA pada Motherboard.
2. Pada Komputer jinjing, seperti Laptop atau Notebook, tersedia kartu jaringan khusus. Kartu ini ditancapkan pada slot PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association).
II. Kabel Jaringan
1. Kabel jaringan berfungsi menghubungkan kartu jaringan yang ada di komputer dengan hub atau switch. Kabel jaringan juga bias menghubungkan dua buah komputer langsung tanpa perantara hub atau switch. Kabel jaringan yang digunakan adalah kabel telekomunikasi katagori 5 atau CAT5. kabel ini berisi 4 pasang kabel kecil yang saling melilit (twisted pair).
2. Kabel CAT5 pada umumnya tersedia tanpa pembungkus alumunium yang berfungsi sebagai pelindung sehingga disebut kabel Unshielded Twisted Pair atau UTP. Sebelum kabel ini anda gunakan, anda harus memasang konektor RJ45 pada ujung-ujung kabel ini. Kabel UTP digunakan pada jaringan 10BASE-T (10Mbps), 100BASE-TX (100Mbps), DAN 1000BASE-T (1000Mbps).
III. Konektor RJ-45
1. Konektor RJ-45 dipasang pada ujung-ujung kabel UTP. Konektor ini berfungsi untuk menghubungkan kabel UTP dengan kartu jaringan atau hub.
IV. Network Hub
1. Network Hub atau concentrator merupakan alat yang berfungsi menghubungkan beberapa jaringan menjadi satu sehingga terbentuk suatu jaringan. Data yang melalui perangkat ini akan dialirkan begitu saja tanpa adanya pengaturan sehingga rentan terhadap tabrakan data (data collision) dalam jaringan
2. Swich Hub merupakan Hub yang memiliki tekonologi yang lebih canggih. Switch hub tidak hanya menyambungkan kabel jaringan, namun juga bisa mengatur data yang mengalir didalamnya. Data akan dikirim ke computer yang di tuju, bukan disebar keseluruh jaringan sehingga penggunaan bandwidth pada jaringan lebih normal.
V. Modem
1. Modem (modulator demodulator) merupakan perangkat yang berfungsi mengirimkan dan menerima data yang dikirimkan melalui sinyal analog seperti jaringan telepon PSTN. Dengan penggunaan modem memungkinkan suatu komputer terkoneksi ke internet melalui jaringan telepon.
VI. Router
1. Router merupakan suatu perangkat yang mamiliki fungsi routing dan forwarding. Router digunakan untuk menghubungkan suatu jaringan komputer dengan jaringan komputer yang lain berdasarkan subnet masknya. Umumnya router di gunakan pada jaringan yang besar.
Instalansi Jaringan
Instalansi jaringan komputer dapat dimulai setelah semua persiapan selesai dilakukan seperti instalansi kartu jaringan, kabel jaringan Straight, Switch hub, serta pemasangan kabel jaringan.
I. Memasang Kartu Jaringan
1. Kartu jaringan PCI diinstalasi pada slot ekspansi apda motherboard.
2. Masukkan kartu jaringan secara tegak lurus kearah slot ekspansi.
II. Membuat Kabel Jaringan Straight
1. Kabel jaringan Straight digunakan untuk menghubungkan kartu jaringan dengan hub atau switch. Kabel jaringan Straight menggunakan kabel UTP CAT-5 dan konektor RJ-45.
2. pada kabel UTP CAT-5 terdapat empat pasang kabel yang saling melilit. Kabel-kabel tersebut di beri kode warna, yaitu hijau-putih, hijau, orange-putih, orange, coklat-putih, coklat, biru-putih, biru.
3. Ada dua standar urutan warna pada pengkabelan UTP CAT-5, yaitu T568A dan T568B. Pada Standar T568A terdiri dari susunan warna kabel: Orange-putih, Orange, Hijau-putih, Biru, Biru-putih, Hijau, Coklat-putih, Coklat.
Pada Standar T568B terdiri dari susunan warna kabel: Hijau-putih, Hijau, Orange-putih, Biru, Biru-putih, Orange, Coklat-putih dan Putih.
4. Kabel Straight disusun menggunakan standar yang sama pada kedua ujung kabelnya.
III. Memasang Kabel Jaringan ke Hub
1. Dengan kabel jaringan Straight Masukkan konektor RJ-45 pada ujung kabel ke dalam lubang port hub. Pilih lubang port yang pertama pada hub. Untuk mengetahui kabel terhubung, lampu indicator pada hub akan menyala.
2. pasanglah semua kabel yang akan digunakan pada jaringan komputer.
IV. Membuat Kabel Jaringan Cross
1. Kabel jaringan Cross di gunakan untuk menghubungkan jaringan secara Peer to Peer atau Point to Point. Kabel ini juga digunakan untuk menghubungkan dua buah hub atau switch. Kabel jaringan Cross merupakan kabel dengan susunan T568A pada salah satu ujungnya dan T568B di ujung yang lain.
2. Setelah di susun urutan kabelnya, Masukkan kebel ke dalam konektor RJ-45
V. Jaringan Komputer Peer to Peer (Point to Point)
1. Jaringan komputer Peer to Peer merupakan jaringan yang hanya menghubungkan dua buah titik saja (dua buah komputer)
2. Masukkan salah satu ujung kabel ke komputer 1 dan ujung satu lagi ke computer 2. dan sudah bisa digunakan (terhubung).
Konfigurasi Jaringan
Proses instalansi jaringan membutuhkan konfigurasi lebih lanjut. Konfigurasi yang dibutuhkan setiap komputer adalah pengalamatan komputer. System pengalamatan komputer umum digunakan adalah TCP/IP (Transmission Control Protocoll dan Internet Protocol). TCP/IP merupakan sekelompok aturan pada jaringan komputer agar komputer-komputer dalam jaringan mampu saling mengenali dan bertukar data.
TCP berfungsi mengirimkan dan menerima data, sedangkan IP berfungsi sebagai alamat atau identitas bagi komputer dalam jaringan.
Alamat IP dibuat dan dikelola oleh organisasi bernama Internet Assigned Numbers Authority (IANA) Organisasi ini kemudian membagikan alamat-alamat IP ke Internet Service Provider dan perusahaan besar.
Alamat IP di Indonesia dikelola oleh Asia Pacific Network Inter Change (APNIC).
I. Alamat IP (IP Address)
1. Ada 2 versi alamat IP yang digunakan saat ini, yaitu IP versi 4 (IPv4) dan IP versi 6 (IPv6). IPv4 memiliki panjang 32 bit dengan jumlah sekitar 4 milyar alamat IP. IPv4 terdiri dari 4 oktet, dimana setiap octet (dibatasi dengan titik) merupakan bilangan dengan angka maksimal 8 bit. Jika di desimalkan, angka yang diperbolehkan dakam tiap octet antara 0 hingga 255.
192 . 168 . 100 . 200
11000000 . 10101000 . 01100100 . 11001000
2. Komfigurasi pada jaringan komputer saat ini kebanyakan masih menggunakan IPv4. IPv4 dibagi menjadi beberapa kelas yaitu A, B, dan C. Masing-masing kelas memiliki perbedaan pada struktur Network ID dan Host ID-nya.
a. Network ID untuk kelas A merupakan oktet pertama, sedangkan tiga oktet berikutnya merupakan Host ID. Kelas ini diperuntukan jaringan komputer dengan jumlah yang sangat banyak.
1.0.0.1 hingga 126.255.255.254
b. IPv4 kelas B diperuntukan untuk jaringan komputer dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Network ID untuk kelas B merupakan bilangan oktet pertama dan kedua. Sedangkan dua oktet berikutnya merupakan Host ID.
128.0.0.1 hingga 191.255.255.254
c. IPv4 kelas C dialokasikan bagi jaringan komputer dengan jumlah yang sedikit. Network ID untuk kelas C terletak pada bilangan oktet pertama, kedua, dan ketiga. Oktet terakhir merupakan Host ID bagi IPv4 kelas C.
192.0.0.1 hingga 223.255.255.254
3. Pada jaringan komputer local atau LAN, digunakan IP Private atau IP local. Alamat IP ini bebas digunakan di jaringan komputer local manapun. Masing-masing kelas dalam IPv4 memiliki alokasi alamat IP Private.
IP PRIVATE KELAS A
10.0.0.1 hingga 10.255.255.254
IP PRIVATE KELAS B
172.16.0.1 hingga 172.31.255.254
IP PRIVATE KELAS C
192.168.0.1 hingga 192.168.255.254
4. Konfigurasi alamat IP pada suatu jaringan harus memperhatikan aturan Network ID dan Host ID. Misalnya jika anda memilih alamat IP Private kelas C dengan Network ID 192.168.1, maka seluruh komputer pada jaringan harus menggunakan ID 192.168.1. Sedangkan angka pada Host ID dapat anda pilih antara 1 sampai 154 dan tidak harus berurtan, namun tidak boleh menggunakan angka yang sama.
II. Konfigurasi TCP/IP
1. Pada Windows XP Professional, alamat IP dikonfigurasikan melalui menu Network Connection.
2. Pada menu Network Connection ditampilkan kartu jaringan yang sudah terinstalasi. Pilihlah kartu jaringan yang ditampilkan pada bagian LAN or High Speed Internet. Klik dua kali ikon Local Area Connection lalu pilih Properties untuk membuka alamat IP.
3. Pilihlah menu Internet Protocol (TCP/IP), lalu klik tombol Properties.
4. Pada jendela Internet Protocol (TCP/IP) Properties ditampilkan konfigurasi IP address (alamat IP), Subnet Mask, Default Gateway dan alamat DNS Server. Contoh pada konfigurasi diisikan IP address dengan alamat 192.168.1.10 serta Subnet Mask dengan alamat 255.255.255.0. Biarkan kolom Default gateway dan DNS server kosong karena untuk saat ini belum dibutuhkan. Klik Ok untuk menutup jendela ini, lalu klik Ok sekali lagi pada jendela Local Area Connection Properties
III. Penamaan Komputer dan Jaringan
1. Komputer yang terhubung dengan jaringan membutuhkan identitas tersendiri. Selain konfigurasi alamat IP, setiap computer harus memiliki nama computer yang bersifat unik. Misalnya kom 1, kom 2 dan seterusnya. Konfigurasi dapat diakses melalui System Properties pada Control Panel.
2. Klik tab Computer Name pada jendela System Properties tersebut menampilkan deskripsi computer dan nama jaringan yang digunakan. Anda dapat mengubah nama computer dan jaringan dengan menekan tobol Change.
3. Isikan nama computer pada kolom Computer Name. Isikan nama jaringan pada kolom Workgroup. Klik Ok untuk selesai.
4. Perubahan nama computer membutuhkan proses redtart sebelum dapat diaktifkan. Klik tombol Ok pada jendela System Properties untuk menutup konfigurasi ini.
IV. Cek Konfigurasi LAN
1. Setelah alamat IP selesai dikonfigurasikan, anda dapat memeriksanya melalui Command prompt. Jalankan menu Start > Run lalu ketikkan cmd lalu Ok.
2. di jendela Command prompt ketikkan perintah ipconfig, lalu tekanlah tombol Enter pada keyboard.
3. Pada jendela command prompt ditampilkan informasi tentang konfigurasi alamat IP, Subnet Mask, dan Default gateway. Periksalah alamat IP dan Subnet Mask yang ditampilkan.
4. Untuk memeriksa apakah computer sudah terhubung dengan computer lain. Ketikkan perintah ping dengan format ping ip-komputer-tujuan pada Command prompt. Sebagai contoh perintah yang diketikkan adalah ping 192.168.1.1.
5. Perintah ping akan mengirimkan paket data dalamukuran yang kecil ke computer dengan alamat IP 192.168.1.1. Jika computer terhubung akan ditampilkan respon berupa
“Reply from 192.168.1.1 : bytes=32 time=5ms TTL=64”. Semakin kecil waktu yang ditampilkan, semakin cepat data dikirmkan dalam jaringan. Langkah ini dapat di ulang untuk memeriksa computer lainnya.
TOLAK PELURU
TOLAK PELURU
1. ATLETIK ( TOLAK PELURU )
Meskipun cabang olahraga ini termasuk event atau nomor lempar , akan tetapi istilah yang yang dipergunakan bukan lempar peluru tetapi tolak peluru. Hal ini sesuai dengan cara melepaskan peluru, ialah dengan cara mendorong atau penolak dan bukan melempar. Istilah bahasa inggrisnya dalah the short put.
A. Teknik Memegang dan Melempar peluru
Ada dua macam gaya yang sering digunakan pada tolak peluru yaitu;
1. gaya lama atau gaya ortodoks
2. gaya baru atau gaya O Brian
Cara memegang peluru ada tiga macam yaitu:
1. jari jari renggang. jari kelingking ditekuk berada disamping peluru,sehingga dapat
membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah tergeser dari tempatnya. Untuk menggunakan cara ini penolak harus memiliki jari jari yang kuat dan panjang.
2. jari jari agak rapat,ibu jari di samping,jari kelingking berada di samping belakang peluru. jari kelingking selain berfungsi untuk menahan jangan sampai peluru mudah bergeser,juga membantu menekan pada waktu peluru ditolakkan. cara ini lebih banyak dipakai oleh atlit.
3. bagi mereka yang tamgannya agak kecil dan jari jarinya pendek, dapat menggunakan cara ketiga ini, yaitu jari jari seperti pada cara kedua tetapi lebih renggang, kelingking di belakang peluru sehingga dapat ikut menolak peluru, ibu jari untuk menahan geseran ke samping, karena tangan pelempar kecil dan berjari jari pendek, peluru diletakkan pada seluruh lekuk tangan.
Cara menolak peluru
1. Pengenalan peluru.
- peluru dipegang dengan satu tangan dan dipindahkan ke tangan yang lain.
- peluru dipegang dengan tangan kanan dan diletakan di bahu dengan cara yang benar.
- peluru dipegang oleh tangan dengan sikap berdiri agak membungkuk,kemudian kedua tangan yang memegang peluru diayunkan ke arah belakang dan peluru digelindingkan ke depan.
2. sikap awal akan menolak peluru. mengatur posisi kaki, kaki kanan ditempatkan d muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan disamping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan, bersamaan dengan ayunan kaki kiri,kaki kanan menolak ke arah lemparan dan mendarat ditengah lingkaran sewaktu kaki kanan mendarat badan dalam keadaan makin condong ke samping kanan,bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri masih pada sikap semula.
3. cara menolakan peluru. dari sikap menolakkan peluru ini, tanpa saat berhenti dan harus diikuti dengan gerakan menolak peluru. jalannya dorongan atau tolakan pada peluru harus lurus satu garis,sudut lemparan kurang dari 40*.
4. sikap akhir setelah menolak peluru. sesudah menolak peluru,buat gerakan lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan, bersama dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri ditarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.
5. cara menolak peluru dengan awalan menyamping (ortodoks) .
6. cara menolak peluru dengan awalan membelakangi ( O Brian).
TOLAK PELURU
1. Gambar lapangan
2. Keterangan gambar
a. Garis tengah/diameter = 2,135 m
b. Garis perpanjangan = 0,50 m
c. Sudut lempar 400
d. Garis salah
e. Arah tolakan
f. Garis batas tolak
g. Daerah tolakan
3. Berat peluru
a. Untuk senior putra = 7.257 kg
b. Untuk senior putri = 4 kg
c. Untuk yunior putra = 5 kg
d. Untuk yunior putri = 3 kg
4. Gaya yang dipakai dalam tolak peluru
- Obrient : gaya membelakangi arah tolakan
- Ortodox : gaya menyamping
5. Teknik tolak peluru meliputi
a. Cara memegang
b. Awalan
- Gerakan
- Tolakan
- Sikap badan setelah menolak
6. Diskulifikasi
a. Dipangil selama 3 menit belum menolak
b. Peluru di taruh di belakang kepala
c. Tolakan jatuh di luar sektor lempar
d. Menginjak garis lingkar lapangan
e. Keluar lewat depan garis lingkar
Jumat, 01 Januari 2010
Berpikir Ilmiah Masyarakat Kampus
Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
Facebook : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bersama, bahwa di era modern ini begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu tekhnologi yang semakin hari semakin canggih.
Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu yang relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam.
Di dalam proses penemuan sains tersebut kita mengenal yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai standard keIlmuan. Sains yang terus berkembang bisa dikatakan merupakan impac dari adanya revolusi industri yang terjadi di Eropa. Revolusi industri membawa perubahan besar dalam berbagai aspek. Corak-corak metodologis yang dikembangkan menyebabkan ilmu pengetahuan bersifat posivistik, deterministik, evolusionistik, sehingga segala sesuatu harus dijelaskan dengan metode kuantitatif dan eksperimental melalui observer.
Dewasa ini, ada kecendrungan-kalau tidak mau dikatakan sepenuhnya- para pemikir atau ilmuan berpersepsi bahwa metode ilmiah merupakan satu-satunya metode yang diterapkan dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Bahkan, ia juga dijadikan landasan atau sebagai asas dalam berpikir. Lebih dari itu, terjadi pensakralan terhadapnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah metode berpikir ilmiah merupakan metode yang tepat digunakan hususnya masyarakat kampus?
2. Metode berpikir apa yang layak dijadikan sebagai basis dan landasan dalam berpikir
C. Tujuan dan Manfaat
Makalah ini bermaksud ingin mengkaji ulang apakah metode ilmiah layak untuk dijadikan sebagai basis (asas) dalam aktivitas berpikir atau tidak hususnya masyarakat kampus sehingga penulis diberi tugas membuat makalah yang berjudul “Berpikir Ilmiah merupakan Tuntutan Masyarakat Kampus” serta sejauh mana sebenarnya cakupan dari metode Ilmiah dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai ilmu pengetahuan sehinnga masyarakat kampus tidak salah lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. MASYARAKAT KAMPUS
Masyarakat kampus adalah orang-orang atau kelompok yang berada dalam satu wilayah kampus, minimal mahasiswa dan dosen.
A. Peran Mahasiswa
Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana dalam catatan sejarah perubahan selalu menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan . Mahasiswa di kenal dengan jiwa patriotnya serta pengorbanan yang tulus tanpa pamrih . Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang dapat merasakan dan punya kesempatan memperoleh perndidikan hingga ke jenjang ini karena system perekomian di Indonesia yang kapitalis serta biaya pendidikan yang begitu mahal sehingga kemiskinan menjadi bagian hidup rakyat ini . Dalam tulisan ini penulis memetakan ada ada empat peran mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang akan di pikul .
Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda, kini tengah berada di persimpangan. Antara perjuangan idealisme dan pragmatisme. Jargon sebagai agent of change and social control, kini mulai pudar seiring dengan berjalannya waktu.
Namun peran mahasiswa sebagai agent of change and social control saat ini mulai pudar. Karakter pelopor perubahan1 yang seharusnya melekat pada diri mahasiswa mulai usang. Sedikit sekali peran nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa. Sistem pendidikan yang hanya ingin menciptakan tenaga kerja siap pakai dan siap jual, yang hanya “menggiring” mahasiswa dengan how to know things (penalaran teoritis) daripada penguasaan aspek how to do things (keterampilan) menyebabkan munculnya pandangan-pandangan pragmatis di kalangan mahasiswa. Mahasiswa hanya mau tahu dengan apa yang sudah ada didepannya tanpa mau membuka kesadaran kritisnya dan tidak ingin melihat lebih dekat tentang apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan sosialnya. Djaduk Ferianto (seorang seniman asal Yogyakarta) berpendapat sistem pendidikan saat ini seperti pabrik yang hanya mencetak kuantitas, bukan kualitas. Oleh karena itu banyak lulusan sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensi atau jurusan yang diambil semasa kuliah.
Demikian halnya dengan Program Percepatan Kuliah (PPK) yang saat ini sedang digalakkan oleh perguruan tinggi. Efek negatif yang dapat timbul pada diri mahasiswa ialah IP minded atau lebih dikenal dengan istilah SO (Study Oriented). Mahasiswa terbuai dalam teori-teori kuliahnya serta harus berpikir bagaimana memecahkan teori atau soal untuk sekadar mengejar nilai A, tanpa mau memikirkan aplikasi yang dapat bermanfaat bagi lingkungan sosialnya. Terciptalah mahasiswa yang pandai berteori dengan penguasaan aplikasi yang tipis.
B. Peran Dosen
Apa peran dosen sebenarnya? Hal tersebut dapat ditelusuri dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu :
1. Pendidikan dan pengajaran
2. Penelitian
3. Pengabdian pada masyarakat
Jadi, selain mengajar mahasiswa, dosen harus terus mengembangkan ilmunya melalui penelitian, dan menerapkan hasil penelitian tersebut melalui pengabdian pada masyarakat. Berarti seorang dosen harus bertindak sebagai :
1. Pengajar.
Dosen bukan hanya menguasai materi, namun juga dapat mengajarkannya pada orang lain dengan metode yang baik. Menurut saya, dosen juga tidak hanya mengajarkan hal – hal keilmuan pada mahasiswa, namun juga sikap – sikap yang benar dalam menempuh kehidupan yang sementara ini.
2. Peneliti.
Dosen harus meneliti untuk mengembangkan keilmuannya. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sikap haus belajar dan selalu ingin tahu sangat diperlukan dosen untuk maju dan berkembang. Di PT luar negeri, sudah lazim bahwa sebagian besar penelitian terbaru muncul dari kampus, bukan industri atau tempat lain.
3. Pelayan masyarakat.
Dosen tidak cukup hanya tinggal di “menara gading” PT, namun juga harus mau membumi dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan. Sebagai tanggung jawab moral dan sosial terhadap masyarakat, dosen harus mau memberikan ilmu yang ia miliki untuk kepentingan orang banyak
2. Berpikir
A. Hakekat Berpikir
Dalam keseharian kita, ketika beraktivitas dalam lingkungan masing-masing, bisa dipastikan bahwa aktivitas tersebut tidak bisa lepas dari yang namanya berpikir. Hanya saja memang, tingkat daya pikir tersebut masing-masing berbeda pada setiap orang.
Berpikir bisa dikatakan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting. Karena tanpanya, manusia akan berada dalam suasana yang gelap dan hampa. Manusia tidak akan mampu mengenal lingkungan tempat dia tinggal, siapa pencipta alam jagad raya ini, bahkan ia pun tidak akan mampu mengenal dirinya dan hakikat keberadaannya di dunia tanpa melalui sebuah aktivitas berpikir.
Berpikir juga bisa dikatakan suatu hal yang alamiah (fitrah atau natural) bagi setiap manusia yang sehat atau tidak gila- dikarenakan adanya unsur-unsur ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah Swt.
Dalam proses berpikir, sejatinya melibatkan unsur-unsur tertentu, yakni:
a. Otak yang sehat
b. Panca indra
c. Informasi sebelumnya
d. Adanya fakta
Dari empat unsur di atas dapat kita rangkai sebuah definisi sebagai berikut: Pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Definisi ini sekaligus juga merupakan definisi bagi akal, pemikiran, proses berpikir.
B. Berpikir Ilmiah
1. Pengertian berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah yaitu berpikir menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan secara ilmu pengetahuan sesuai prinsip logis dan penjelasan kebenaran.
2. Metode Berpikir Ilmiah
Istilah dari Metode berpikir ilmiah ini sebenarnya dipinjam dari tulisannya Taqiyuddin an-Nabhani dalam bukunya at-Tafkir. Ia menyebut metode ilmiah dengan metode berpikir ilmiah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia di sebutkan, bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb) atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Peter R. Senn mengatakan, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Dan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita padukan menjadi; metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai dan mengetahui maksud atau tujuan yang telah ditentukan yang dengannya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mudah..
Penelitian sebagai suatu rangkaian aktivitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia ke ilmuan disebut metode. Dan untuk menegaskan bidang ke ilmuan itu seringkali dipakai istilah metode ilmiah (scientific method).
Dictionary of Behavioral Science memberikan definisi metode ilmiah dengan “Tekhnik-tekhnik dan prosedur-prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam yang dipergunakan oleh ilmuawan-ilmuwan untuk mengolah fakta-fakta, data, dan penafsirannya sesuai dengan asas-asas dan aturan-aturan tertentu.
Arturo Rosenblueth mengatakan Metode ilmiah adalah suatu prosedur dan ukuran yang dipakai oleh ilmuwan-ilmuwan dalam penyusunan dan pengembangan cabang pengetahuan khusus mereka.
Selanjutnya, James B. Conant memberikan rumusan metode ilmiah menjadi delapan langkah, yakni sebagai berikut:
a. Kenali bahwa suatu situasi yang tak menentu ada. Ini merupakan suatu situasi bertentangann atau kabur yang mengharuskan penyelidikan.
b. Nyatakan masalah itu dalam istilah spesifik
c. Rumuskan suatu hipotesis kerja
d. Rancang suatu metode penyelidikan yang terkendalikan dengan jalan pengamatan atau dengan jalan percobaan ataupun kedua-duanya.
e. Kumpulkan dan catat bahan pembuktian atau data kasar.
f. Alihkan data kasar ini menjadi suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan.
g. Tibalah pada suatu penegasan yang tampak dapat dipertanggungjawabkan. Kalau penegasan itu betul, ramalan-ramalan dapat dibuat darinya.
h. Satu padukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan itu, kalau terbukti merupakan pengetahuan baru dalam ilmu, dengan kumpulan pengetahuan yang telah mapan.
c. Kelemahan-kelemahan dari Metode Berpikir Ilmiah
Kelemahan metode ilmiah dapat kita lihat dari segi cakupan atau jangkauan dari kajiannya, asumsi yang melandasinya, dan kesimpulannya bersifat relatif. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-objek material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Dan melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yangtelah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta materialyang dapat diindera.
b. Metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi. Ini dikarenakan metode ini mengharuskan kita untuk menghapuskan diri dari setiap opini dan keyakinan si peneliti mengenai subjek kajian. Setelah melakukan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah.
c. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan).
Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Dikatakan, bahwa pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara ontologi, ilmu membatasi dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang memisahkan antara ilmu dan agama…perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan berbedanya metode dalam memecahkan masalah tersebut.
Dikatakan pula, proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan kepada tangkapan pancaindra, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi di samping pengalaman. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam kelompok ilmu…demikian juga halnya dengan bidang sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya.
Muhammad Abdurrahman dalam bukunya at-Tafkeer juga mengatakan hal senada dengan yang telah disebutkan di atas. Ia mengatakan, bahwa metode ilmiah tidak bisa diterapkan pada ilmu yang termasuk dalam humaniora, hal ini dikarenakan bidang-bidang yang termasuk ke dalam humaniora tidak membahas perkara-perkara fisik yang dapat diukur dan diujicobakan. Meskipun demikian, beberapa aspek pengetahuan tersebut dapat menerapkan metode ilmiah dalam pengkajiaannya, misalnya saja aspek pengajaran bahasa sastra dan metematika. Dalam hal ini masalah tersebut dapat dimasukkan ke dalam disiplin ilmu pendidikan yang mengkaji secara ilmiah berbagai aspek proses belajar-mengajar.
C. Metode Berpikir Rasional; Asas Dalam Berpikir
Metode rasional adalah metode tertentu dalam pengkajian yang ditempuh untuk mengetahui realitas suatu yang dikaji, dengan jalan memindahkan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai dengan adanya sejumlah informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut, selanjutnya, otak akan memberikan penilaian terhadap fakta tersebut. Penilaian ini adalah pemikiran atau kesadaran rasional.
Tidak sebagaimana halnya metode ilmiah, metode rasional dapat diterapkan pada objek-objek material yang dapat diindera, namun, juga dapat diterapkan pada objek non material atau yang dikenal dengan namanya humaniora dan pemikiran-pemikiran. Metode berpikir rasional adalah suatu proses berpikir tentang realitas atau masalah yang dihadapi sebagaimana adanya.
Metode rasional indentik dengan definisi dari akal itu sendiri. Dengan menggunakan metode ini, manusia akan mencapai sebuah kesadaran tentang hal apa pun. Metode ini merupakan saatu-satunya metode berpikir. Adapun metode ilmiah (scientific method) dan yang disebut dengan metode logika (logical method) adalah merupakan cabang dari meode rasional atau merupakan salah satu cara yang dituntut dalam pengkajian sesuatu.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Metode Rasional
Dalam menggunakan metode berpikir rasional ada beberapa hal yang patut untuk kita perhatikan, yakni:
a. Dalam pendefinisian metode rasional harus membedakan antara opini (pendapat) terdahulu tentang sesuatu dengan informasi terdahulu tentang sesuatu atau tentang apa yang berkaitan dengan sesuatu itu. Yang ada pada metode rasional haruslah informasi terdahulu bukan opini terdahulu atau pendapat. Opini terdahulu tidak boleh masuk dalam aktivitas berpikir, apabila ini terjadi -yakni adanya informasi terdahulu dalam berpikir- maka akan mengakibatkan kekeliruan dalam memahami sesuatu.
b. Kesimpulan (konklusi) yang telah dihasilkan dari metode berpikir rasional harus dilihat terlebih dahulu berkenaan dengan penilaian terhadap objek yang menjadi penilaian. Jika kesimpulan tersebut adalah hasil dari penilaian atas keberadaan (ekisistensi) sesuatu, maka kesimpulannya adalah bersifat pasti (definite).
Adapun, jika kesimpulan terebut adalah hasil dari penilaian atas realitas (al-Haqiqah) dari sesuatu, atau sifat (karakteristik) dari sesuatu, maka kesimpulan tersebut bersifat dugaan, yang mengandung kemungkinan salah. Akan tetapi, kesimpulan yang ada tetap merupakan pemikiran yang tepat hingga terbukti kesalahannya.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan paparan penulis di atas maka, dapat kita simpulkan bahwa metode berpikir ilmiah tidaklah layak untuk dijadikan sebagai asas bagi metode berpikir terlebih-lebih dikalangan intelektual. Hal ini disebabkan, ia hanya dapat diterapkan pada objek-objek material yang dapat di indera, dan kesimpulan yang dihasilkan darinya tidaklah bersifat pasti. Dengan kata lain, metode ilmiah hanya dapat diterapkan pada ilmu yang sifatnya adalah eksperimental atau non-humaniora.
Metode berpikir ilmiah dianut dan dikembangkan oleh orang-orang Barat setelah mereka menyadari pengaruhnya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Namun kemudian, penggunaan dari metode ini mengalami perluasan diterapkan pada hal-hal yang tidak bisa menggunakan metode ini. Akibatnya, terjadi pencampuradukan antara science dan bidang pengetahuan yang bukan termasuk science yang notabenenya tidak dapat menggunakan metode yang sama.
Adapun metode berpikir yang layak untuk dijadikan sebagai asas dalam metode berpikir adalah metode berpikir rasional. Metode berpikir inilah kiranya yang harus menjadi metode berpikir setiap manusia terlebih-lebih kaum muslimin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahma, M. 2005. Membangun Pemikiran yang Cemerlang. Pustaka Thoriqul Izzah. Bogor.
Annabhani, Taqiyuddin. 2006. Hakikat Berpikir. Pustaka Thoriqul Izzah. Bogor
Annabhani, Taqiyuddin. 2008. Peraturan Hidup dalam Islam.HTI-Press. Jakarta
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Parsuda. Jakarta
Jujun, Sumantri Surya. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan.Jakarta.
Mustasyir, Rizal. 2007. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat. Bumi Angkasa. Jakarta
__________. 2005. KBBI. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
http://dwiarianto.blogspot.com/2006/03/reorientasi-peran-mahasiswa.html
http://ikhwahmuda.wordpress.com/2007/04/01/peran-mahasiswa-sebagai-kekuatan-moral/
http://jurnal-ekonomi.org/2007/09/17/mengaji-ulang-metode-ilmiah-sebagai-asas-dalam-berpikir/
http://uripsantoso.wordpress.com/2008/08/23/cara-berpikir-cerdik-kritis-dan-ilmiah/
http://belajardikampus.wordpress.com/2009/03/04/peran-dosen-dalam-pengajaran-penelitian-dan-pengabdian-pada-masyarakat/
Analisis Puisi2
Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
Facebook : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me
LAMPIRAN PUISI “ BULAN LUKA PARAH” KARYA
HUSNI DJAMALUDIN
Bulan Luka Parah
bulan luka parah
karena laut kehilangan ombak
bulan luka parah
karena ombak kehilangan laut
bulan luka parah
darahnya tumpah
ke dalam laut
yang kehilangan ombak
bulan luka parah
darahnya tumpah
jadi ombak
yang kehilangan lau
Tentang pengarang
Penulis ini dilahirkan di Tinambung, Mandar (Sulawesi Utara), tanggal 10 November 1943. Walaupun menulis puisi dilakukannya sejak SMP, tetapi ia mulai serius menulis puisi ketika berusia 35 tahun. Ia jiga aktif dalam kewartawanan. Ia pernah menjadi sekrtaris PWI cabang Makassar. Husni Djamaludin tercatat sebagai seorang pendiri Dewan Kesenian Makasar dan menjabat sebagai Wakil Ketua Kesenian Makassar. Tahin 1981 mengikuti Asian Writers Converence yang diselenggarakan oleh PEN Internasional di Manila, Filipina.
Kumpulan sajaknya, puisi akhir tahun (1969), Obsesi (1970), Kau dan Aku (1973), Anu (1974), Toraja (1979), dan Bulan Buka Parah (1986), dan Berenang-renang Ketepian (1987). Sajak-sajaknya yang lain dimuat dalam Sajak-sajak Dari Makasar(kumpulan sajak bersama Rahmat Arge dan lain-lain, (1974) dan puisi ASEAN (Buku III, 1978).
Analisis puisi “ BULAN LUKA PARAH” KARYA
HUSNI DJAMALUDIN
1. Diksi yang Eksotis
Analisis stilistika dalam puisi ”Bulan Luka Parah” memperlihatkan pemilihan kata kiasan alam yang eksotis. Hal ini merupakan bukti kontemplasi penyair terhadap alam sekitarnya yang bersentuhan dengan kreatif dan imaji penyair. Penggunaaan kata-kata kiasan alam cukup efektif dan efisien untuk memberikan imaji atau pembayangan yang timbul terhadap puisi, karena juga dilengkapi pemakaian simbol atau perlambang yang dinyatakan dengan bahasa kiasan; metafora, personifikasi, dll sehingga menimbulkan puisi yang lebih berjiwa dan hidup.
Diksi yang membangun puisi ”bulan Luka Parah” sebagian besar merupakan bahasa-bahasa kiasan, sehingga sangat sulit sekali dipahami maknanya. Inilah yang menjadi sisi menarik dari puisi ini walaupun terkesan membingungkan dan semuanya merupakan bahasa kias, tetapi pembaca diajak untuk menjelajah alam untuk menemukan amanat dari puisi ini.
Bulan Luka Parah
bulan luka parah
karena laut kehilangan ombak
bulan luka parah
karena ombak kehilangan laut
bulan luka parah
darahnya tumpah
ke dalam laut
yang kehilangan ombak
bulan luka parah
darahnya tumpah
jadi ombak
yang kehilangan laut
Dalam upaya untuk mempercantik puisi, penyair melakukan jalinan antar bait yang cukup rapat dan semuanya menggunakan bahasa kias. Hal menarik juga tergambarkan dalam judul puisi ini, yaitu ”Bulan Luka Parah”. Kata ”bulan” merupakan wujud pencitraan penglihatan penyair. Yang dimaksud dengan ”bulan” dalam kalimat tersebut belum bisa kita artikan secara ekplisit bahwa ”bulan” adalah objek yang ingin diceritakan oleh penyair. Bisa saja penyair ingin menyembunyikan sesuatu yang indah yang ingin diungkapkannya dengan perwujudan kata ”bulan”. Mengapa? Bisa jadi karena bulan tentunya mengajak pembaca kepada keindahan malam yang ”diterangi cahaya bulan” cukup tenang dan mengalir, sehingga pembaca sangat santai untuk ”memasuki” pesan yang ingin disampaikan penyair.
Selanjutnya, terjalin sebuah kalimat ”Bulan Luka Parah”, sebuah kiasan yang cukup indah karena hanya makhluk hidup saja yang bisa mengalami luka, sedangkan ”bulan” bukan merupakan makhluk hidup. Pilihan kata ini cukup eksotis dalam membangun sebuah puisi yang penuh dengan ambiguitas.
Puisi ini terdiri dari enam bait, dan tiap baitnya terdiri dari dua baris. Tiap-tiap baris dalam tiap baitnya tidak memakai penulisan huruf kapital yang biasa digunakan pada awal kalimat. Hal ini, merupakan ciri khas Husni Djamaludin dalam sebagian besar karyanya, yang banyak sekali terdapat dalam puisinya. Salah satu contohnya terdapat dalam puisi ”Kau, aku dan waktu”.
Kau, aku dan waktu
kalau waktu bergerak
karena jam berdetak
di manakah kau
kalau jam berdetak
karena waktu bergerak
di manakah kau
(”Kau, aku dan waktu” dalam kumpulan puisi Bulan Luka Parah )
Bentuk puisi ”Bulan Luka Parah”, dengan ciri-ciri di atas merupakan bentuk puisi yang tidak umum. Kalimat ”bulan Luka Parah” mengalami pengulangan kalimat di bait ke I, II, III dan V. Dalam hal ini penyair ingin menekankan ”Bulan Luka Parah” menjadi inti dari puisi tersebut. Selanjutnya, dengan pengulangan kalimat seperti itu; bait dan bait menjadi kesatuan kalimat yang cukup menarik bisa kita lihat jika bait I dan II digabungkan menjadi;
bulan luka parah
karena laut kehilangan ombak
bulan luka parah
karena ombak kehilangan laut
Kata ”laut” dan ”ombak” ditulis penyair saling melengkapi satu sama lain untuk menggambarkan ”bulan” telah mengalami luka parah, sehingga terjalin keserasian cukup indah dengan bahasa kias; ”bulan luka parah; laut kehilangan ombak; ombak kehilangan laut”.
Pada kalimat tersebut juga terdapat pengulangan yang tidak sempurna dan mempunyai rima dan pola yang hampir sama di setiap baitnya. Upaya ini dilakukan penyair untuk membangun sebuah kekuatan diksi dan kesatuan antar bait yang cukup rapat. Dengan demikian, kalimat-kalimat antar bait terasa cukup efektif dan eksotis.
Hal yang demikian juga terdapat dalam bait III, IV, V dan VI. Kesamaan irama menjadikan korespondesi sintatik yang cukup indah. ”Bulan luka parah/darahnya tumpah/”(bait III), ”ke dalam laut/yang kehilangan ombak” (bait IV), ”bulan luka parah/darahnya tumpah” (bait ke V), ”jadi ombak yang kehilangan laut” (Bait VI). Di sini terlihat kepiawaian penyair dalam merangkai bait dengan bait dengan pengulangan kata yang tepat, sehingga makna sepenuhnya tidak serta-merta dapat ditemukan, dan terdapat pula unsur musikalitas yang cukup baik, serta korespondensi yang indah.
Selain apa yang telah disebutkan di atas, ternyata terdapat juga gaya bahasa metafora yang cukup indah yang menumbuhkan imajinasi pembaca kepada hal yang diacu. Kata-kata ”bulan luka parah” seakan-akan menghidupkan bulan yang merupakan benda mati. Di sini terdapat imajinasi bahwa ”bulan” seakan-akan bisa mengalami luka, dan hal ini merupakan bahasa personifikasi karena tidak mungkin ”bulan” luka parah. Namun dikatakan ”bulan luka parah”, dan ditambahkan pula dengan ”darahnya tumpah”.
Dengan menambahkan perkataan ”darahnya tumpah”, maka seluruh untaian kata itu seakan benar-benar hidup. Di baris selanjutnya, ”laut kehilangan ombak” dan ”ombak kehilangan laut”. Pada baris ini pembaca cukup menikmati jalinan gaya bahasa personifikasi tersebut; emosi pembaca terbawa kepada suasana bulan, laut dan ombak. ”Bulan, Laut, dan Ombak” inilah yang dimaksud sebagai eksotisme kiasan alam pada analisis kali ini
2. ”Bulan Luka Parah” dalam ambiguitas makna
Keutuhan makna yang terkandung di dalam puisi ini dibentuk oleh diksi yang digunakan oleh penyair. Kata-kata “Bulan Luka Parah” merupakan kata-kata eksotis yang dapat mengembangkan imaji pembaca dan larut dalam sebuah makna figuratif yang ingin disampaikan penyair. Di baris selanjutnya, “karena laut kehilangan ombak” dimunculkan oleh penyair. Jadi, penyair ingin membawa kita ke dalam suasana keindahan laut yang seakan-akan telah hilang keindahannya, sehingga imaji pembaca yang sudah berkembang dengan kalimat “bulan luka parah” semakin berintuisi pula dengan kalimat “karena laut kehilangan ombak”.
Pada bait ke II, “Bulan luka parah/karena ombak kehilangan laut”. Irama ini sama dengan irama pada bait pertama, hanya diksinya yang dibalik. Jika di Bait ke I “karena laut kehilangan ombak”, maka di bait ke II “karena ombak kehilangan laut”. Secara keseluruhan irama puisi pada bait ke I dan ke II ini mudah untuk dibaca, tetapi makna yang terkandung di dalamnya sulit dimengerti. Puisi ini dapat dimengerti keutuhan maknanya jika dibaca secara menyeluruh agar kita dapat menemukan makna yang terkandung di dalam puisi ini.
Pada bait ke III, “Bulan luka parah/darahnya tumpah”, terjadi perubahan kata dan irama dengan bait ke IV. Pada dua bait ini sangat berbeda iramanya dengan bait pertama dan kedua karena makna yang terkandung jauh lebih dalam. Penyair mampu menyeimbangkan irama pada bait ke III dan ke IV sehingga makna yang terkandung jauh lebih dalam, membawa pembaca meresapi dan mendalami makna yang sebenarnya. Penyair dapat menghadirkan penjelasan kata yang terperinci dengan gaya bahasa personifikasi yang terfokus.
Pada bait ke IV, merupakan penjelasan dari bait ke III; pemakaian diksi yang lebih dalam dan fokus pada objek yang di tuju yaitu “ke dalam laut/yang kehilangan ombak”. Pada bait ini penyair ingin membawa pembaca menelusuri lebih dalam makna yang terkandung dalam tiap diksinya. Hal yang demikian memberikan kita (pembaca) memahami tiap-tiap baitnya dengan jelas, karena memang puisinya ini dalam tiap bait memiliki irama yang sama dan mengandung satu kesatuan penuh serta memiliki pararelisme makna yang padat.
Keadaan demikian juga terjadi pada bait ke V. Pada bait ini terjadi lagi pengulangan irama dan kata-kata yang sama pada bait ke III, “Bulan luka parah/ darahnya tumpah”. Penyair kembali menggunakan kata-kata yang sama untuk menjelaskan lebih lanjut pada bait ke VI. Pada bait V penyair seolah kehilangan ungkapan lain yang akan disampaikan ke pembaca.
Pada bait ke VI, melalui kata-kata “ Jadi ombak/yang kehilangan laut”, penyair lebih mempertajam makna yang sudah dijelaskan sebelumnya sehingga semakin dalam pula makna yang terkandung dalam puisi ini.
Dari puisi “Bulan Luka Parah” dapat ditafsirkan makna yang terkandung yaitu keadaan hati seorang perempuan yang terluka¬ karena___ bisa jadi___perempuan itu kehilangan belahan hatinya yang dia sayangi. Bisa juga karena ditinggal pergi untuk selamanya atau pula perasaan sakit karena dikhianati kekasihnya. Bisa saja subjek “Aku” disembunyikan oleh penyair agar pembaca semakin penasaran dibuatnya. Ini terlihat jelas dalam kalimat “Bulan luka parah/karena laut kehilangan ombak”
Keutuhan makna ditopang oleh kekuatan gaya bahasa yang digunakan penyair yaitu gaya personifikasi dan simbolik. Kata-kata “Bulan luka parah” seolah itu digambarkan sebagai seorang perempuan. Kata-kata ”Bulan luka parah” diulang sebanyak empat kali dalam puisi ini. Hal ini dapat memperjelas bahwa penyair ingin terus memperlihatkan bahwa “bulan” merupakan suatu subjek. Penyair juga menggunakan kata penghubung “karena” untuk menghidupkan lukisan alam yang eksotis yang dikatakan melalui ombak dan laut; suatu pasangan diksi yang sangat tepat.
Dengan mengulang kata-kata “darahnya tumpah” pada akhir bait ke III dan V menjadikan seluruh rangkaian kata itu sangat berfungsi menghidupkan realita melalui gaya bahasa personifikasi, lalu menonjolkan irama puitik pada seluruh rangkaian ungkapan itu.
Pengaturan baris pada puisi ini menjorok ke luar yaitu pada bait ke I, II, III, dan V, sedangkan pada bait ke IV dan VI menjorok ke dalam sesuai dengan kata-kata “ ke dalam laut” dan kata-kata “ jadi ombak”. Perbandingannya adalah empat bait menjorok ke luar dan dua bait menjorok ke dalam. Ini menunjukkan sejauh mana kedalaman laut itu atau kedalaman hati seorang perempuan itu sendiri.
Jika tafsiran ini dapat diterima, maka ungkapan dibalik bentuk yang seperti ini kurang lebih adalah sebuah perasaan hati seorang wanita yang ditinggalkan oleh seseorang yang dia sayangi baik itu untuk selamanya (meninggal) atau dia sendiri ditinggalkan begitu saja oleh seorang laki-laki yang disayanginya. Kesedihannya menjadi-jadi dengan digambarkan melalui “darahnya tumpah”. Di akhir puisi ditutup dengan kalimat penutup “jadi ombak yang kehilangan laut”.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penyair ingin menyampaikan puisinya dengan menggambarkan eksotisme alam secara dalam dan lebih menyelami ke dasarnya. Sebuah hal yang wajar karena Husni Djamaludin lahir dan dibesarkan di Sulawesi, pulau yang terkenal dengan keindahan laut. Tak ayal, banyak puisinya menggambarkan alam, salah satu contohnya adalah “Laut (6)”, merupakan puisi metafora laut sebagai orang yang sedang melaksanakan ibadah shalat.
Laut (6)
laut yang diam
laut dalam hening takbiratul ihram
laut yang bergelombang
laut yang sedang rukuk sembahyang
gerak-gerik ombak
yang tak henti
menghempas di pantai
gerak-gerik abadi
laut
yang
bersujud
Di dalam pengaturan baris, penyair menempatkan bait sesuai pada konteks kalimat, sekaligus memperdalam makna yang ingin disampaikan. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang penuh dengan kiasan makna
DAFTAR PUSTAKA
Darma, B. 1982. Moral dalam sastra. Basis 31(2), Februari: 42–70.
1990. Perihal studi sastra. Basis 39(8): 337–348.
Purba Antilan. 2009. Stilistika Sastra Indonesia. Medan : USU press
Hassanuddin.Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2004. Bandung: Titian