Subscribe

Kamis, 15 Januari 2009

Makalah Menyimak2



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : suryahadidi@yahoo.co.id
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

B. Identifikasi Masalah
Dalam pokok bahasan ini akan dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
(1) Pembicara
(2) Pembicaraan
(3) Situasi
(4) Penyimak

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.

Agar proses menyimak berhasil baik, perlu diperhatikan faktor-faktor yang turut mempengaruhi menyimak. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan menyimak. Tetapi kenyataan sering penyimak kurang efektif untuk menyimak.




















BAB II
ISI

A. Defenisi Menyimak
Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tapi belum sampai pada taraf menyimak.menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan komunikasi ; perbedaannya terletak dalamhal jenis komunikasi, menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan sedangkan membaca berhubungan degan komunikasi tulis.dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan serta kita susun batasan sebsgai berukut ini;
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

B. Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan, suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.
Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:
1. pembicara
2. pembicaraan
3. situasi
4. penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Karena itu ada sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:
(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan tersebut.
(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.
(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.
(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.
(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam menyimak.























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
1. Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan.
2. Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya.
3. Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak.
4. Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak.

B. Saran
Ada beberapa saran dari penulis yaitu :
1. Setiap faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak harus lebih diperhatikan karena mempengaruhi keberhasilan menyimak.
2. Faktor-faktor menyimak harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kualitas menyimak lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.











DAFTAR PUSATAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1985a . Aneka Dimensi Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia.
Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED

Dari http://www.google.co.id
Dari http://kakashiiyomoto.blogspot.com





0 komentar: