Subscribe

Kamis, 15 Januari 2009

Makalah Menyimak3



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : suryahadidi@yahoo.co.id
Friendster : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.
Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28).

B. Identifikasi Masalah
Suasana dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Suasana tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
























BAB II
ISI

A. Pengertian Menyimak
Dalam kehidupan sehari-hari, kata menyimak sering dipergunakan bukan untuk pancaindera telinga saja bahkan dipakai pula indera mata dan hati. Dalam bab ini secara terperinci akan dijelaskan bahasan dan pengertian menyimak, berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat dari beberapa pakar mengenai batasan pembahasan pengertian menyimak adapun diantaranya adalah sebagai berikut:
Russel & Russel, 1959; Anderson, 1972
“Menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.”
Harimurti K. 1981
“Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
W.J.S. Poerwadorminto
“Menyimak adalah mendengarkan ( memperhatikan apa yang diucapkan atau dibaca orang, meninjau ataupun memeriksa).”
Djago Tarigan
“Menyimak mencakup mendengarkan dan disertai usaha pemahaman, dan adanya unsur kesengajaan dan penuh perhatian dan minat.”
Guntur Tarigan
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh melalui ujaran atau bahasa lisan.”

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasan yang lebih lengkap yaitu:
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan nonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.

B. Suasana-suasana dalam Menyimak
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif. Berikut penulis akan menguraikannya :

a. Menyimak Defensif
Menyimak defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat, antara lain pesan-pesan bersifat :
1. Evaluatif. Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksama yang telah mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara sadar memancing penilaian khusus.
2. Mengawasi. Pesan-pesan disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya ujaran itu.
3. Strategis. Para penyimak akan siap memasang siasat atau pertahanan yang strategis.
4. Netral. Pesan yang disampaikan pembicara, merangsang penyimak untuk berpikir secara netral.
5. Superior. Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain.
6. Pasti dan Tentu. Pembicara mengemukakan sesuatu yang pasti, yang sudah tertentu.

b. Suasana Suportif
Kalau suasana komunikasi defensif kerap kali ditimbulkan oleh pesan-pesan manipulatif dari pihak pembicara, maka suasana komunikasi suportif atau suasana komunikasi yang bersifat mendukung atau menunjang justru timbul dari Keenam butir perangsang atau pemancing komunikasi suportif adalah sebagai berikut.
(i) Deskripsi. Apabila sang pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deskripsi yang lebih banyak.
(ii) Orientasi permasalahan. Ujaran atau pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahan dapat menjadi suasana menyimak suportif.
(iii) Spontanitas. Pembicara dapat memanfaatka ‘spontanitas’ dalam ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para menyimak lebih mudah mencerna isi pesan.
(iv) Empati. Ketegasan merupakan unsure pentingyang harus dimanfaatkan pembicara dalam menyampaikan pesan.
(v) Ekualitas. Unsur lain dalam ujaran yang dapat menjelmakan suasana suportif adalah ekualitas atau persamaan (hak).
(vi) Provisionalisme. Ketepatan, ketentuan, walaupun bersifat sementara merupakan salah satu unsure pembentuk suasan suportif.

C. Upaya Menyimak Tepat Guna
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.
Berikut upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadi yang lebih tepat guna.
(i) Kembangkanlah suatu kemauan atau kesudian menyimak
Tanpa kemauan tidak ada pekerjaan yang akan beres apalagi mendatangkan hasil yang memuaskan.
(ii) Menyimaklah lebih lama
Bila ada orang memberi ceramah, sebaiknya kita menengarkan dari awal sampai akhir dengan suatu keikhlasan, sebab dari dalamnya dapat kita temukan beberapa ide yang berharga.
(iii) Menyimaklah lebih sering
Keberhasilan orang menyimak, selain ditentukan oleh lamanya, juga ditentukan oleh kekerapannya, keseringannya.
(iv) Menyimaklah dengan penuh respek
Adanya kesediaan dan kesudian untuk menyimak, berarti adanya keyakinan bahwa pembicara mempunyai kelebihan topic itu.
(v) Menyimak dengan umpan balik
Dalam kegiatan menyimak sadar atau tidak, sebenarnya kita ingin membandingkan pengetahuan sang pembicara dengan pembicara lainnya, bahkan dengan pengetahuan kita sendiri.
(vi) Menyimaklah tanpa penilaian atau keputusan yang premature
Adakalanya sebelum berlangsungnya kegiatan menyimak, seseorang telah terlebih dahulu menilai atau membuat keputusan terhadap pembicara besertga materi yang akan dikemukakannya.
(vii) Menyimaklah dengan tenang dan tenggang hati
Kegelisahan dan prasangka dalam kegiatan memang tidak baik. Begitu pula dengan menyimak.
(viii) Menyimaklah secara analisis
Pada saat menyimak perlu pula kita menganalisis butir-butir tertentu dari materi ujaran sang penyimak itu.
(ix) Menyimaklah tanpa keadaan membela diri
Membela diri untuk mempertahankan kebenaran, barulah terpuji.
(x) Menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim
Manusia tidak bisa bebas dari prasangka dan sifat meniru-niru. Tetapi prasangka dan sterotip ini bisa kita kurangu, kita tekan sehingga menjadi minim.
(xi) Simaklah tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen
Gaya, gerak-gerik, mimic, ekspresi wajah sang pembicara pada saat penampilannya dapat pula membantu penyimak memahami butir-butir ujarannya.

D. Perilaku Menyimak
Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbul, ataumati.
Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dalam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dapat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.
Berikut ini dua tipe perilaku dalam kegiatan menyimak.
a. Menyimak Faktual
Penguasaan yang mantap terhadap tekhnik-tekhnik menyimak factual ini justru memudahkan sang penyimak untuk menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasi yang disampaikan sang pembicara.

b. Menyimak Empatik
Menyimak empatik menolong kita untuk memahami sikap psokologis dan emosional sang pembicara dan bagaimana sikap tersebut mempengaruhi ujarannya. Menyimak empatik ini dapat disebut menyimak aktif atau menyimak pemahaman. Setiap pesan berisi dua bagian, yaitu isi, dan perasaan atau sikap pembicara terhadap isi tersebut.

E. Meningkatkan Perilaku Menyimak
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.
Dibawah ini kita kemukakan beberapa langkah khusus untuk meningkatkan keterampilan menyimak.
(i) Menerima keanehan sang pembicara. Setiap orang mempunyai cirri khas, keanehan sendiri.
(ii) Memperbaiki sikap. Suatu peringatan pada diri kita sendiri, peringatan yang bersifat internal.
(iii) Memperbaiki lingkungan. Pilihlah tempat yang memungkinkan anda dapat menyimak lebih baik.
(iv) Jangan dulu memberikan pertimbangan. Ada baiknya kita melatih diri untuk menahan jangn dulu memperlihatkan tindakan-tindakan yang mengganggu kegiatan menyimak.
(v) Meningkatkan pembuatan catatan. Mencoba membuat celaan yang terlalu terperincidan bertele-tele dapat menggangggu proses menyimak.
(vi) Menyaring tujuan-tujuan menyimak yang spesifik. Menetukan tujuan khusus dalam menyimak.
(vii) Memanfaatkan waktu secara bijaksana. Perlu merencanakan penggunaan waktu secara diferensial.
(viii) Menyimak secara rasional. Perlu merem atau mengurangi diri sendiri untuk bereaksi secara emosional.
(ix) Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit. Penyimak yang baik menerima dengan senang hati segala tantangan dari bahan-bahan yang sulit yang diutarakan pembicara.






BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan nonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif.
Upaya menyimak tepat guna terdiri dari kesudian menyimak, menyimak lebih lama, menyimak lebih sering, menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim, dan menyimak tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen.
Perilaku menyimak terdiri dari menyimak faktual dan menyimak empatik. Adapun upaya untuk meningkatkan perilaku menyimak adalah menerima keanehan sang pembicara, memperbaiki sikap, jangan dulu memberikan pertimbangan, memanfaatkan waktu secara bijaksana, dan berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit.

2. Saran
Penulis memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Menerapkan dan memahami suasana dalam menyimak
2. Menerapkan menyimak tepat guna dalam kehidupan sehari-hari
3. Melaksanakan perilaku menyimak dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa

Gibb; Jack R. 1961. “Defensive Communication” dalam The Journal of Communication,
11 (1961): 141-8

Logan; Lilian M. [et al]. 1972. Creative Communication: Teaching The Language Arts.
Toronto: Mc Graw. Hill Ryerson Ltd

Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunia

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED




0 komentar: