Subscribe

Jumat, 18 Desember 2009

Perbandingan Sastra Daerah (Dewi Tatea dan Kota Jambi)



Nama : SURYA HADIDI
E-mail : surya_hadidi@yahoo.com
Friendster : uya_so7@ymail.com
Facebook : uya_so7@ymail.com
NB : Wajib tinggalkan pesan di halaman paling bawah
About Me













DEWI TATEA BULAN

Di sebuah desa ada seorang pemuda yang bernama Sariburaja. Ia adalah seorang pemuda yang rajin. Ia selalu membantu orang tua atau tetangga menebang kayu-kayu besar di hutan, baik untuk membuat rumah atau untuk kepelruan yang lain.
Sayangnya, suatu ketika Sariburaja membuat suatu kesalahan. Ia diusir dari kampungnya. Sariburaja sangat sedih. Sebagai anak yang patuh ia tidak mau melawan orang tuanya. Dengan berat hati ia meninggalkan kampungnya.
Sariburaja terus berjalan menyusuri kampong demi kampong. Akhirnya, ia sampai di kawasan hutan yang angker. Jarang ada orang yang berani memasuki kawasan hutan tersebut karena ada seekor harimau betina yang sangat buas. Siapa pun yang berani memasuki hutan pasti menjadi mangsanya. Benar saja, ketika Sariburaja sedang beristirahat, ia dikejutkan dengan suara auman harimau. Dan entah darimana asalanya, namun seekor harimau besar telah menghadangnya di depan.
“Hah, hatimau ganas itu telah menghadangku begitu dekat. Mau lari?” guman Sariburaja pada dirinya sendiri.
Sebenarnya ia ngeri juga. Tetapi, sebagai seorang laki-laki dia harus berani. Ia tidak mau mati konyol diterkam harimau itu. Harimau itu mengangkat kepala siap menerkammnya. Sariburaja pun pasang kuda-kuda. Harimau itu mengaum dahsyat dan meolompat kea rah Sariburaja. Pemuda itu cepat berkelit, akibatnya harimau ganas itu makin marah. Ketika itu menerkamnya untuk kedua kalinya, Sariburaja segera menangkap kaki yang hamper mengkoyak kulitnya. Ia memelintir kaki harimau itu sekuat tenaga. Karena Sariburaja biasa memecahkan batu dan menebang pohon, dia bisa mengunci kaki harimau itu. Akhirnya, harimau itu pun tak bisa mengamuk lagi. Bahkan, Sariburaja berhasil membanting harimau itu hingga mengaum kesakitan. Sariburaja masih berusaha membantingnya lagi, namun tiba-tiba harimau itu menghilang dari pandangannya. Ia menjadi heran, ke mana harimau itu?
“Terima kasih, Sariburaja. Kau telah membebaskan aku,” terdengar suara lembut di belakangnya.
Ketika ia menoleh kea rah suara itu, ia terbelalak melihat sorang puteri cantik yang berdiri di hadapannya.
“Siapakah Puteri sebenarnya?”
“Namaku Tatea Bulan. Karena suatu kesalahan aku dikutuk Dewa dan menjadi harimau tadi.”
“O, begitu!” kata Sariburaja takjub.
“Karena engkau telah menolongku menjadi manusia kembali, aku sangat berterima kasih kepadamu. Untuk membalas jasamu, aku mau menjadi abdimu.”
“Maksud Puteri?”
“Aku ingin menjadi pendampingmu.”
Mulai saat itu Dewi Tatea Bulan dan Sariburajaresmi menjadi suami isteri. Mereka membuka hutan itu menjadi sebuah desa yang nyaman. Desa itulah yang diperkirakan berkembang menjadi daerah Mandailing sekarang.

















ASAL MULA KOTA JAMBI

Konon pada zaman dahulu di Sumatera ada sebuah daerah yang dihuni oleh banyak penduduk. Mereka hidup dari bercocok tanam dan berladang. Hidup mereka aman dan tenteram.
Daerah tersebut terkenal banyak orang karena kecantikan seorang gadis di daerah itu. Gadis itu bernama Puteri Pinang Masak. Banyak raja yang melamarnya, namun selalu di tolak.
Suatu ketika ada seorang raja yang datang melamarnya sebagai isterinya. Raja tersebut sangat kaya. Sumber kekayaan kerajaan adalah dari minyak tanah. Sang raja mengutus hulubalang untuk meminang Sang Puteri. Emang Baginda Raja sangat terpikat dengan kecantikan Puteri Pinang.
Puteri Pinang sudah mengetahuinya bahwa Raja yang melamarnya kali ini sangat kaya dan kekuasaannya sungguh besar. Agar Raja tidak kecewa dan murka, maka Puteri Pinang tidak berani menolak lamarannya.
Ia menerima lamaran Sang Raja, namun dengan syarat. Puteri Pinang Masak mau diperisteri meskipun Sang Raja buruk rupa, asalkan Raja bisa memenuhi syarat: dalam waktu semalam Raja harus dapat membangun isatana yangmegah. Apabila Raja tidak berhasil membangunnya, maka Raja harus menyerahkan segala kekuasaannya kepada Puteri.
Utusan tersebut kemudian pergi menghadap Baginda Raja, katanya, “Ampun Tuan Raja, patih menghaturkan sembah. Lamaran Tuan Raja diterima.”
Mendengar laporan bahwa lamarannya diterima, senanglah hati Raja. Bertanyalah Sang Raja kepada utusan, “Kapan saya harus membawa Puteri Pinang?”
Jawan utusan, “Sembah Tuanku Raja, itu semua terlaksana bila Tuanku dapat memenuhi satu permintaan. Puteri Pinang minta dibuatkan sebuah istana megah yang harus diselesaikan dalam waktu semalam.”
Bersabdalah Raja, “Segera saya penuhi.”
Sang Raja memerintahkan beribu-ribu tukang untuk membangun istana yang megah dalam waktu semalam. Mereka bekerja keras. Menjelang tengah malam pekerjaan sudah hamper selesai.
Melihat pekerjaan itu hamper selesai, Puteri Pinang menjadi cemas. Ia mencari-cari akal untuk menggagalkan usaha Sang Raja. Secara diam-diam Puteri Pinang membawa lampu dan menyalakan di dekat kandang ayam.
Kandang ayam tampak terang oleh cahaya lampu. Hal ini membuat semua ayam jantan terbangun dan berkokok karena ayam-ayam tersebut mengira hari menjelang pagi. Kokok ayam tersebut disambut ayam-ayam jantan yang lain. Suasana seolah-olah sudah menjelang pagi, padahal hari masih tengah malam.
Mendengar kokok ayam yang bersahutan, Sang Raja terkejut karena mengira hari sudah pagi sedangkan istana belum selesai dibangun. Raja segera menghentikan pekerjaannya.
Akhirnya, PAduka Raja tidak jadi mempersunting Puteri Pinang Masak menjadi permaisurinya. Bahkan, Raja harus menyerahkan segala kekuasaannya kepada Puteri Pinang Masak.
Semenjak peristiwa gagalnya Paduka Raja mempersunting Puteri Pinang Masak, daerah tersebut diperintah oleh Sang Puteri. Ia memerintahkan dengan adil. Lama-kelamaan daerah tersebut berkembang menjadi negeri yang makmur. Kemudian daerah tersebut diberi nama Jambi yang berasal dari kata jambe yang berarti pinang. Nama Jambi dimaksud untuk menghormati Ratu Pinang Masak sebagai pemimpin mereka.













Perbandingan Sastra Antara Dewi Tatea Bulan
dan Asal Mula Kota Jambi
Kisah Dewi Tatea Bulan dan Asal Mula Kota Jambi merupakan legenda yang sama – sama menceritakan asal mula suatu daerah. Pada kisah Dewi Tatea Bulan menceritakan beraninya seorang pria di dalam hutan untuk bertahan hidup dan mendirikan desa. Sedangkan kisah Asal Mula Kota Jambi bersal dari seorang puteri yang bijaksana dan menjadi pemimpin kemudian namanya diabadikan sebagai nama suatu kota oleh rakyatnya untuk menghormatinya.

Berikut rincian kisah Dewi Tatea Bulan :
1. Tokoh
Sariburaja : Seorang pemuda rajin, patuh pada orang tua, berjiwa pemberani.
Tatea Bulan : Puteri yang tahu berterima kasih atas jasa dan perbuatan baik orang lain

2. Pesan Cerita
a. Kepribadian
Sariburaja merupakan gambaran seorang pemuda yang rajin, patuh pada orang tua. Kepatuhannya secara tak langsung mebuahkan hasil. Meskipun ia diusir dan dimarahi orang tuanya, ia tidak melawan. Ia pergi dengan rela dan akhirnya bertemu dengan Dewi Tatea Blan yang menjadi Isterinya. Bagaimana pun orang tua yang menghukum anaknya pasti karena lasan tertentu, mungkin demi menjaga nama baik keluarga, dan sebagainya. Ternyata, kepatuhan pada perintah orang tua pun memberikan hasil yang tak terukur.

b. Keberanian
Sariburaja adalah pemuda pemberani. Dia tahu bahwa hutan yang akan dimasuki adalah hutan angker. Ia memegang prinsip harus berani maju dan menghadapi masalah serta mencari jalan keluarnya. Berkat keberaniannya akhirnya dia bisa mengalahkan harimau ganas itu dan memperoleh keberuntungan yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Kita pun dituntut untuk berani mengahadapi kenyataan dan berusaha menyelesaikan setiap persoalan dengan jiwa pantang menyerah.
c. Budi pekerti
Dewi Tatea Bulan semula berujud harima. Ia kembali menjadi manusia berkat pertolongan Sariburaja. Ia merasa sangat berhutang budi pada Sariburaja. Itulah sebabnya ia bersedia mengabdi kepada sang penolong, meskipun penolong tersebut adalah manusia biasa. Kerja keras dan tekad bulat Sariburaja dan Dewi Tatea Bulan membuahkan hasil terbangunnya sebuah perkampungan yang terkenla sampai sekarang.

Berikut rincian kisah Asal Mula Kota Jambi :
1. Tokoh
Puteri Pinang Masak : Seorang puteri yang cerdik, mampu memerintah dengan adil.
Raja : Gambaran pemimpin yang mudah diitipu dan dibodohi, mau
memamerkan kekuasaan dengan harta yang melimpah.

2. Pesan Cerita
a. Berhati-hati
Dalam memutuskan sesuatu perlu kehati-hatian, jangan sampai tertipu oleh kecerdikan orang lain.
b. Kerendahan hati
Puteri Pinang tidak mau menyakiti hati Sang Raja yang melamarnya dengan cara menolak lamaran secara halus. Akhirnya, karena kecerdikannya ia mampu mengambil alih kekuasaan dan memerintah dengan adil.






0 komentar: